Untuk urusan masa pensiun, generasi melenial memang menganggap pensiun bukanlah prioritas utama. Karena usianya masih muda sehingga pensiun masih terlalu jauh. Tapi bukan berarti milenial nggak mau punya dana pensiun kan? Karena siapapun, baik masih muda atau tua, pasti akan menemui masa pensiun. Masa saat tidak bekerja lagi dan menikmati hari tua. Cepat atau lambat, pensiun pasti tiba.
Suka tidak suka, milenial pasti akan berhadapan
dengan masa pensiun. Tapi sayangnya, saat ini milenial lebih grandrung pada
gaya hidup dan perilaku konsumtif. Ditambah traveling dan nongkrong-nongkrong
di kafe. Tidak ada yang salah dengan gaya hidup milenial. Tapi akan lebih baik
bila diimbangi dengan persiapan untuk masa pensiun. Gaya hidup oke, persiapan
masa pensiun pun oke.
Survei Asosiasi DPLK (Dana Pensiun
Lembaga Keuangan) tahun 2019 menyebutkan bahwa 100% generasi milenial
menganggap dana pensiun atau DPLK itu penting untuk dirinya. Tapi secara fakta 90%
dari milenial tidak punya dana pensiun atau DPLK. Kondisi ini dipertegas oleh
data 60% generasi milenial tidak tahu dana pensiun atau DPLK. Karena itu,
edukasi pentingnya dana pensiun bagi milenial sangat mendesak dilakukan.
Sekalipun pensiun masih lama, milenial menyadari masa
pensiun penting dipersiapkan. Apalagi angka harapan hidup orang Indonesia semakin
meningkat, kini mencapai 72 tahun. Karena itu, dana pensiun sebagai sarana
investasi untuk masa pensiun generasi milenial patut jadi pilihan. Caranya
dengan memulai memiliki program dana pensiun atau DPLK, sebagai persiapan hari
tua dan masa pensiun nantinya.
Maka, cara pandang generasi milenial tentang dana
pensiun harus terus disosialisasikan. Bahwa masa pensiun bukanlah angan-angan. Tapi
menjadi tujuan finansial yang harus dimulai dan dipersiapkan sejak dini. Cara
pandang yang perlu diadaptasi oleh milenial untuk mewujudkan masa pensiun yang
sejahtera, bahwa:
1.
Dana
pensiun sebagai investasi jangka panjang, yang manfaatnya diambil saat hari
tua, saat tidak bekerja lagi.
2.
Menabung
di dana pensiun secara bulanan dengan besaran sesuai kemampuan. Boleh Rp. 500.000
atau Rp. 300,000 per bulan. Intinya, mulai menabung untuk masa pensiun.
3.
Merancang
masa pensiun mau seperti apa? Melalui dana pensiun, milenial dapat merancang
masa pensiun mau seperti apa? Sambil tetap
dapat mempertahankan gaya hidup seperti saat masih bekerja. Bahkan hobi dan
traveling masih tetap bisa dilakukan sekalipun sudah tidak bekerja lagi.
4. Mulai
memilih penyelenggara DPLK yang dipercaya untuk mengelola dana pensiunnya. Milenial
dapat mempelajari penyelenggara DPLK yang sesuai dengan keinginannya, mulai
dari layanan, teknologi, maupun manfaat yang diperolehnya.
5. Menyeimbangkan
gaya hidup dengan persiapan masa pensiun. Selain tetap dapat bergaya hidup,
milenial pun telah menabung untuk keperluan di hari tua. Kesadaran inilah yang
harus ditumbuhkan di kalangan milenial.
Survei Asosiasi DPLK pun mempertegas
bahwa 77% generasi milenial ingin punya dana pensiun atau DPLK secara individual.
Bahkan 42% diantaranya berani menyisihkan iuran dana pensiun di kisaran 6%-10%
dari gaji yang diterimanya. Tapi Menurut generasi milenial, 63% dari mereka mau
membeli produk dana pensiun atau DPLK secara online.
Sebagai edukasi, melalui dana pensiun pada akhirnya
milenial pun belajar untuk mengendalikan diri dari pengeluaran yang tidak
terlalu penting. Sekaligus belajar mengelola keuangan atas dasar kebutuhan,
bukan hanya keinginan. Agar di hari tua,
milenial tidak mengalami “dompet tipis” atau
bahkan bangkrut karena lalai mempersiapkan masa pensiunnya sendiri.
Karena ingin tetap sejahtera di masa pensiun, maka generasi
milenial pun mau punya dana pensiun. Agar kerja yes, pensiun oke. Salam #YukSiapkanPensiun
#PensiunMilenial #EdukasiDanaPensiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar