Apresasi adalah penghargaan. Sebuah kata sederhana yang mungkin sulit dilakukan banyak orang. Apresiasi adalah sikap untuk menghargai, sekaligus bersyukur dan berterima kasih atas apa yang dilakukan orang lain kepada diri kita. Pertanyaannya, kapan terakhir kita mengapresiasi orang lain?
Atas dasar itulah, Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak selalu mentradisikan apresiasi
kepada 5 wali baca dan 12 relawannya. Karena tanpa mereka, TBM Lentera Pustaka
sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa. Wali baca dan relawan-lah yang menggerakkan
aktivitas di taman bacaan. Mereka yang sehari-hari “buka tutup” warung TBM
dalam melayani anak-anak yang membaca 6 hari dalam seminggu. Bahkan mereka yang
menyapu, membuang sampah, memasang spanduk, merapihkan buku di rak bila
berantakan. Sama sekali, TBM Lentera Pustaka bukan apa-apa tanpa wali baca dan
relawan.
Wali baca dan relawan, orang-orang yang
patut diapresiasi di taman bacaan. Atas ketulusan dan keikhlasannya dalam
“mengawal” tegaknya tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak
kampung yang selama ini jauh dari akses bacaan. Apresiasi, sebuah sikap untuk
menghargai kontribusi seseorang. Dan apresiasi tidak ada hubungannya dengan
uang, apalagi jabatan dan status sosial. Karena apresiasi, hanya soal
menegaskan “selalu ada peran orang lain di dekat kita”.
Karena itu, terlalu naif bila ada manusia
merasa hebat dan sombong karena punya 1 atau 2 kelebihan. Apalagi menganggap
apa yang terjadi seolah-olah hanya karena diri kita, karena pikiran kita. Tidak
sama sekali, karena dunia ini tidak dihuni oleh diri kita sendiri. Tapi oleh
orang-orang baik yang memainkan peran atas diri kita. Maka apresiasi di taman
bacaan, adalah sikap menghargai orang lain yang tidak bisa didapat secara
instan. Ini soal kebiasaan, sola tradisi yang dijadikan nilai-nilai kebaikan. Untuk
selalu belajar meng-apresasi orang lain, apapun alasannya.
Salah satu bentuk apresiasi yang
dilakukan TBM Lentera Pustaka kepada wali baca dan relawannya, antara lain
makan bersama di suatu resto atau sekadar makan siang bersama di taman bacaan. Sederhana
namun cukup untuk saling menghargai. Agar aktivitas taman bacaan tetap dibangun
atas harmoni, sinergi, dan apresiasi tentunya.
Karena apresiasi bukan hanya soal penghargaan.
Tapi soal cara meletakkan hati untuk orang lain. Semakin tinggi orang lain di mat
akita, maka semakin tinggi pula derajat kita. Seperti “tukang kebun” yang
selalu membuat jiwa anak-anak tetap “berbunga” untuk selalu dekat dengan buku.
Salam literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar