Rabu, 09 November 2022

Makna Hari Pahlawan di Mata Pegiat Literasi Taman Bacaan Lentera Pustaka

Tiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan. Pahlwan yang berjuang untuk bangsa yang lebih baik. Pahlawan yang berkorban untuk memperbaiki keadaan. Pahlawan berbuat bukan untuk dipuji. Tidak pula agar dikenal namanya atau agar status sosialnya dianggap tinggi. Pahlawan, selalu membela cita-cita kebaikan dan kebenaran di mana pun.

 

Tapi sayangnya, tidak banyak anak-anak Indonesia yang mau jadi pahlwan. Saat ditanya cita-citanya, mereka justru ingin jadi pilot, pengacara, dokter, atau insinyur. Banyak pula yang mau jadi politisi. Maka pahlwan hari ini, hanya cukup dikenang. Hanya cukup diperingati. Tanpa pernah tahu "apa yang diperjuangkan seorang pahlawan di masa lampau?"

 

Anehnya, tidak sedikit orang yang hari ini merasa jadi pahlawan. Menganggap dirinya sudah jadi pahlawan hanya sebatas pikiran dan omongan tanpa tindakan. Merasa diri paling benar lalu gampang menyalahkan orang lain, merendahkan pemimpinnya bahkan meremehkan bangsanya. Semua yang dilakukan orang lain pasti salah, apalagi orang yang dibencinya. Lupa, pahlawan itu bukan merasa sok pahlawan.

 

Pahlawan itu bukan orang yang merasa “sok pahlawan”. Lalu, merasa jadi sok tahu, sok mengerti, dan sok pintar. Agar dibilang hebat, disebut pintar, dan ingin dibilang tahu segalanya. Padahal aslinya, mereka sama sekali tidak tahu apapun. Hanya sedikit tahu tapi banyak bicara. Pahlawan yang “sok pahlawan”, nggak banget deh.

 


Pahlawan hari ini, memang tidak lagi berperang atau mengangkat senjata. Tapi pahlawan juga bukan orang yang teriak-teriak kebaikan tapi tidak melakukan apapun. Bukan pahlawan namanya, bila tidak pernah menyesali apa-apa yang sering dikatakan tapi tidak pernah dilakukan. Hari ini, pahlawan cukup bertekad menjadi orang lebih baik dari hari kemarin. Minimal, mempraktikkan 7 (tujuh)  nilai-nilai kepahlawanan di masa kini, yaitu:

1.      Tidak menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian sekecil apapun dan di mana pun.

2.      Tidak merasa paling benar dalam segala urusan lalu gampang menyalahkan orang lain.

3.      Tidak tertarik terhadap aib orang lain lalu gemar menggunjingkannya di belakang.

4.      Tidak menggunakan akal sehat dan kecerdasan untuk membangun prasangka buruk.

5.      Tidak peduli terhadap harga diri tapi peduli untuk menebar manfaat kepada orang lain.

6.      Tidak menghabiskan semua waktunya hanya mencari dan mengumpulkan harta kekayaan karena merasa takut miskin.

7.      Tidak menjadikan diri sebagai budak kepentingan, keinginan, egoisme, dan pujian orang lain.

 

Maka pahlawan hari ini, hanya sibuk menebar kebaikan kepada sesama. Seperti yang dilakukan pegiat literasi di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bigor.  Pegiat literasi yang berjuang demi tegaknya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Bergerak sepenuh hati untuk mengelola taman bacaan untuk menyediakan tempat membaca anak-anak dan mendidik akhlak masyarakat. Taman bacaan yang jadi tempat memberantas buta huruf, tempat anak-anak difabel ber-aktualisasi diri, membebaskan kaum ibu dari belenggu rentenir, hingga tempat menabur senyum anak-anak yatim dan kaum jompo binaan. Pegiat litetasi di taman bacaan, hanya fokus “mengecilkan” keadaan dengan solusi, bukan “membesarkan” masalah tanpa solusi.

 

Jiwa pahlawan itu bertindak dan berbuat, menjadikan semua aktivitas sebagai ladang amal. Menjadi pahlawan karena panggilan, bukan karena keterpaksaan. Agar suatu hari nanti, pahlawan sebenarnya tetap tersenyum saat bersanding dengan orang-orang yang merasa "sok pahlawan". Selamat Hari Pahlawan dan salam literasi. #HariPahlawan #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar