Hidup itu biasa-biasa saja. Sederhana dan tidak berlebihan. Jangan “mabuk” pada gemerlap dunia. Apalagi berharap pujian dari manusia. Jadi, biasa-biasa saja.
Di tahun 2018, saya sebagai pegiat literasi
TBM Lentera Pustaka bertemu dengan Pak Wiranto, Menko Polhukam RI saat itu.
Tidak ada bicara politik, apalagi soal pilih-memilih pemimpin. Saya hanya memberi
kado 2 buah buku karya saya sendiri; 1) Kumpulan Puisi “Tiada Kata Dusta untuk
Presiden” dan 2) Potret Orang-orang Metropolitan. Seorang warga negara menghadiahi
buku seorang Menteri, tentu biasa saja. Apalagi karya sendiri, agar beliau tahu
apa isi dan maksudnya. Saya menyebutnya, pertemuan yang biasa-biasa saja.
Hidup itu biasa-biasa sajalah. Tidak ada
manusia yang luar biasa. Tidak ada pula manusia istimewa. Semua manusia itu
sama saja selagi di dunia. Yang membedakan, hanya amal baik dan ibadahnya
semata. Tidak perlu sombong apalagi merasa berkuasa, merasa menang. Sifat luar biasa
itu hanya milik Allah SWT. Jadi, tidak usah
jadi manusia yang “gampang kagum cepat heran”. Merasa pintar, berpangkat, punya
jabatan, punya kekuasaan bahkan berstatus sosial itu bukan nikmat tapi ujian. Nikmat
tersebesar itu keimanan dan amal soleh. Jadi, biasa-biasa
saja.
Orang biasa di taman bacaan. Itulah spirit
taman bacaan, seperti TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Tidak ada
orang luar biasa tanpa peduli terhadap tradisi baca dan budaya literasi
masyarakat. Sekalipun hanya menyediakan akses bacaan dan tempat asyik untuk
membaca buku. Di taman bacaan, tidak ada orang istimewa tanpa mau menebar kebaikan
dan mengumbar manfaat untuk orang lain. Karena baik dan manfaat itu perbuatan
bukan pelajaran. Praktik bukan teori.
Di taman bacaan semua berjalan apa adanya
dan biasa-biasa saja. Maka tidak ad ataman bacaan yang mampu berdiri tegak
hingga kini tanpa ada kesulitan. Masalah, ujian, dan cobaan selalu ada di taman
bacaan, Itu semua biasa saja. Tinggal si pegiat
literasi di taman bacaan, mau tetap melangkah atau berhenti berliterasi?
Orang biasa di taman bacaan. Tugasnya, hanya
memperbaiki niat dan memperjuangkan ikhtiar. Demi tegaknya tradisi baca dan
budaya literasi masyarakat. Selebihnya biarkan Allah SWT yang bekerja untuk umat-Nya.
Literasi cukup dilakukan dengan sepenuh hati dan istikomah. Sederhana dalam
ucapan tapi mewah dalam tindakan. Sedikit bicara banyak aksi nyata. Untuk membungkam
mulut dan suara orang-orang yang sok luar biasa, berteriak seolah-olah menjadi
orang yang luar biasa.
Jadi, tetaplah jadi orang biasa. Untuk berjuang
di taman bacaan dengan cara yang pas dan hasilnya efektif. Karena memang, tidak
ada teori paling benar di taman bacaan. Semua tergantung kondisi dan keadaan
masing-masing.
Biasa saja, toh apa yang dulu kamu bilang
indah kini biasa-biasa saja kan? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar