Agak istimewa, Idul Fitri 1443 H kali ini bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), 2 Mei 2022. Idul Fitri dimaknai sebagai simbol kemenangan umat muslim dalam melawan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa. Karena itu, siapa pun berhak atas anugerah kesucian lahir dan batin di momen Idul Fitri. Manusia yang kembali suci. Dalam konteks pendidikan, sucinya lahir batin pun ditegaskan dalam teori “tabula rasa” John Locke, yang menyebut bahwa setiap anak lahir ibarat 'kertas kosong'. Maka terserah orang dewasa untuk mengisi dan memengaruhinya kemudian.
Tentu, kesucian
lahir dan batin sulit diperoleh. Bila manusianya tidak berani meminta maaf dan memberi
maaf. Mengapa meminta maaf? Karena setiap manusia di mana pun, pasti pernah
berbuat salah dan khilaf. Untuk itu dibutuhkan sikap berani untuk meminta maaf.
Sebaliknya, mengapa memberi maaf? Karena tidak ada kesalahan seseorang yang
tidak termaafkan. Allah SWT pun memberi ruang untuk mengampuni dosa dan salah
hamba-Nya, lalu kenapa manusia tidak mau memberi maaf.
Idul Fitri dan Hardiknas diikat oleh kata
kunci, pendidikan yang memaaafkan. Bahwa dalam hidup ini, tidak ada manusia
yang sempurna. Pasti ada salah, khilaf dan dosa. Pendidikan yang memaafkan
selalu mengajak siapa pun ikhtiar memamaafkan apa pun dan siapa pun. Agar terbebas
dari sifat dan perilaku buruk atau kemarahan. Itulah substansi ibadah puasa,
yang tidak hanya menahan rasa lapar dan haus. Bila hari ini, masih ada manusia
yang tidak memaafkan. Itu berarti manusianya telah mengabaikan tuntutan agama,
terlalu egois, angkuh, dan inferior
dalam hidupnya. Sikap tidak memaafkan sangat
bertentangan dengan karakter alami manusia, akibat lupa bahwa manusia sejatinya
bukanlah apa-apa dan bukan siapa-siapa.
Memang benar,
sebagian orang merasa sulit untuk meminta maaf dan memberi maaf. Atas alasan
apa pun. Saat merasa dilukai atau
dizolimi, sengaja atau tidak sengaja, sebagian besar orang pasti marah dan terlukai.
Sebagai manusia, tentu sangat lazim. Maka butuh waktu untuk meminta maaf atau
memberi maaf. Namun Ketika waktu itu tiba, seperti momen Idul Fitri, seharusnya
meminta maaf atau memberi maaf itu benar-benar direalisasikan. Jika tidak, mau
berapa lama lagi dalam keadaan marah dan bermusuhan yang tidak menyehatkan itu?
Pendidikan
yang memaafkan, menjadi penting hari ini. Untuk Lembaga Pendidikan, guru, atau
siswa sekalipun. Bahwa pendidikan sebagai proses penting dalam membentuk
karakter manusia. Agar tercipta manusia yang berkualitas iptek dan imtak.
Pendidikan yang mampu mengadirkan karakter 1) kebaikan hati (agreeableness) yang menonjol. 2) lebih peduli orang
lain (tender-mindedness), 3) rendah hati (humility), 4) murah hati (altruism), dan
5) ramah (compliance). Karakter itulah yang ditunjukkan oleh Nabi
Muhammad SAW sebagai contoh terbaik pribadi yang berani memaafkan. Seperti kisah Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan
kemurahan hatinya atas seorang warga Madinah yang matanya buta dan beragama
Yahudi. Sekalipun orangtua si buta selalu saja mencercanya, Nabi tetap saja
menyuapi si but dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Sesuai anjuran Surat
Ali Imran (QS 3:159), yang artinya “Maafkanlah mereka, mohonkan
ampun bagi mereka, dan bermusyawarah-lah dengan mereka.”
Maka momen Idul
Fitri dan Hari Pendidikan Nasional ini menegaskan kian pentingnya pendidikan karakter.
Bukan hanya Pendidikan yang mencerdaskan intelektual. Pendidikan yang berani
meminta maaf dan memberi maaf. Apa pun alasannya dan siapa pun pelakunya.
Pendidikan yang mengajarkan pentingnya memaafkan. Karena dalam beningnya hati, pasti
ada secuil benih rasa benci. Dalam santunnya ucapan, pasti ada hal menyinggung
perasaan. Dalam bijaknya sikap pun pasti ada khilaf yang terjadi. Agar Pendidikan
tidak lagi bertumpu pada kecerdasan tapi keteladanan. Pendidikan yang menjadi
basis pengembangan karakter dan emosional manusianya.
Untuk itu dengan
segala kerendahan hati pun, saya memohon maaf lahir batin. Atas segala
kesalahan dan kekhilafan yang pernah terjadi. Selamat Idul Fitri dan Selamat
Hari Pendidikan Nasional.
Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar