Kamis, 16 Desember 2021

Catatan Pegiat Literasi TBM Lentera Pustaka, Emang Elo Siapa?

Sekalipun perbuatan baik, taman bacaan itu bukan tanpa hambatan. Bukan tanpa kebencian bahkan fitnah. Karena di taman bacaan, selalu saja ada orang-orang yang “otaknya jelek”. Bila tidak menganggu ya minimal ngomongin atau gibahin taman bacaan. Gila ya, sempat-sempatnya tuh orang. Bantu kagak, donasi kagak. Tapi kok benci dan musuhin taman bacaan. Emang elo siapa?

 

Ini kisah nyata pengalaman pahit yang dialami taman bacaan. Ketika ada orang tua yang melarang anaknya datang dan membaca ke taman bacaan. Ada pula Ibu yang menyetop anaknya membaca karena jadi bawel alias banyak tanya. Banyak warga yang kerjanya bergosip dan menggibahi aktivitas taman bacaan. Apalagi orang-orang yang apatis alias tidak peduli sama sekali ke taman bacaan. Dan yang tidak terduga, ada pula orang-orang yang bersekongkol untuk “menggembosi” eksistensi taman bacaan. Apalagi tujuannya, kalua bukan “mematikan” taman bacaan. Itu fakta yang dihadapi taman bacaan.

 

Maka saat taman bacaan dihadapkan pada ujian dan cobaan. Siapapun pegiat literasi dan pengelola taman bacaan harus sabar dan tegar. Tetap fokus pada program literasi yang dijalankan. Namanya perbuatan baik selalu saja ada risiko dan orang-orang yang tidak suka, tidak peduli. Gimana caranya? Bilang saja ke mereka, emang elo siapa?

 

Emang elo siapa?

Saat taman bacaan didirikan, elo kan gak bantuin apa-apa

Saat taman bacaan butuh uang, elo juga gak sedekah atau gak ngasih

Saat taman bacaan punya acara, elo gak bantuin apa-apa

Saat taman bacaan sepi, elo juga gak bikin ramai

Saat taman bacaan gak punya buku, elo gak nyumbang

Tapi sekarang saat taman bacaan maju, elo tetap gak suka

JADI APA YANG JADI DASAR ELO MUSUHIN TAMAN BACAAN. APA TAMAN BACAAN MENYUSAHKAN ELO? EMANG ELO SIAPA?

 


Hari ini memang semua orang hidup di alam demokrasi, di alam bebas. Tapi bebas itu bukan berarti segalanya. Apalagi bebas yang tidak bertanggung jawab. Bebas bukan berarti membenci atau memusuhi taman bacaan. Gak ada untungnya. Karena taman bacaan itu perbuatan sosial. Hanya tempat untuk membaca anak-anak apalagi yang terancam putus sekolah. Di taman bacaan pula ada anak yatim binaan, jompo binaan, kaum buta aksara yang belajar baca dan tulis, anak-anak yang belajar calistung, bahkan ada koperasi simpan pinjam sebagai cara untuk membebaskan kaum ibu dari jeratan rentenir dan utang berbungan tinggi.

 

Jadi, emang elo siapa? Sementara elo merasa bebas dan bisa berbuat seenaknya. Tapi elo sendiri gak mau menerima kebebasan taman bacaan. Bila elo tidak suka itu urusan elo bukan urusan taman bacaan. Toh, taman bacaan gak merugikan elo kan?

 

Agak mengherankan. Kok ada ya orang-orang yang sibuk membenci dan memusuhi taman bacaan. Apa mata hatinya sudah tertutup sama hal-hal yang baik? Atau memang orangnya yang sudah gak mau wilayahnya maju akibat banyak membaca?

 

Itulah kisah perjuangan di taman bacaan. Khususnya di daerah atau wilayah yang masyarakatnya apatis, warga yang tidak peduli. Sekaligus tips agar taman bacaan tetap eksis. Jangan fokus pada masalah. Tapi fokus saja pada program literasi. Karena di taman bacaan, memang selalu ada orang-orang yang tidak suka, tidak peduli tapi kerjanya membenci dan memusuhi. Orang-orang yang lupa. Bahwa kebencian dan permusuhan yang ditebarkan sama sekali tidak ada manfaatnya, tidak ada gunanya. Semoga saja bisa sadar. Karena emang elo siapa? Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMLenteraPustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar