Semua orang sepakat. Bahwa membaca adalah aktivitas yang penting. Tidak terkecuali anak-anak Indonesia. Tapi banyak pihak pula menuding, minat baca anak-anak Indonesia dianggap rendah. Apalagi di tengah era digital dan pengaruh gawai seperti sekarang. Padahal, minat bac aitu tergantung akses bacaannya. Bila tidak ada akses maka tidak ada minat, tidak ada perilaku membaca.
Atas dasar itulah, Kampung Literasi di Bogor bernama “Kampung Literasi
Sukaluyu” membukan 4 pojok baca baru. Sebagai komitmen menyediakan akses bacaan
kepada anak-anak dan kaum ibu. Di samping mewejudkan kawasan giat membaca
berbasis inklusi sosial. Keempat pojok baca akan dijalankan Oktober 2021 ini
dan berlokasi di Kampung Jami, Kampun Tamansari, kampung Warung Loa, dan Kebun
Baca Lentera.
Pojok
baca “Kampung Literasi Sukaluyu” akan beroperasi 2 kali seminggu, pada tiap
Selasa dan Kamis sore. Dengan menyediakan 2 dus buku bacaan, 1 dus untuk
anak-anak dan 1 dus untuk ibu-ibu. Dengan menggunakan tikar baca, beragam buku
bacaan baru dan menarik disajikan di pojok baca Kampung Literasi. Untuk
diketahui, program kampung literasi tahun 2021 ini diinisiasi oleh Direktorat PMPK
Kemdikbudristek RI dan Forum TBM. Dan TBM Lentera Pustaka Bogor terpilih 1 dari
30 TBM di Indonesia yang menggelar Kampung Literasi
"Selain menyediakan akses bacaan dan mendekatkan buku kepada anak-anak
dan para ibu, Pojok baca Kampung Literasi Sukaluyu ini jadi momen kami di TBM
Lentera Pustaka untuk menggaungkan pentingnya perilaku membaca. Sambil santai di
sore hari lebih baik membaca buku daripada ngobrol atau main gawai " ujar
Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka di Bogor.
Membaca
memang bukan hanya soal minat. Tapi soal ketersedian akses bacaan. Itulah
pekerjaan rumah terbesar gerakan literasi di Indonesia. Karena tidak ada
perilaku membaca bila tidak ada akses bacaan. Dan tidak ada akses bacaan tanpa
ada buku-buku. Buku-lah yang akan membuat siapa pun yang membacanya, jadi
bertambah wawasan dan jadi tahu. Sehingga pikirannya terbuka dan mampu memahami
realitas. Dan hari ini, siapapun yang tidak membaca buku itlah yang terlibat hoaks
atau ujaran kebencian. Karena mereka oran-orang yang tidak literat.
Buku adalah jendela dunia, memang terkesan klise. Membaca berarti memberi makanan rohani yang baik
juga dianggap kamuflase. Tapi perbuatan itulah yang diemban taman bacaan dan
pegiat literasi di manapun. Untuk komitmen dan konsisten menyediakan akses
bacaan. Karena dalam membaca, tidak ada minta tanpa ada akses. Dan semua itu
terletak pada buku-buku. Hanya buku yang mampu mempertemukan dua
kekuatan yang berhasil memengaruhi pendidikan manusia yaitu seni dan sains.
Di pojok baca, ada kehidupan baru saat siapapun
melihat. Ada perilaku baca di anak-anak dan ibu-ibu di kampung-kampung seperti
di kaki Gunung Salak melalui Kampung Literasi Sukaluyu. Karena tanpa baca kita merana. Salam literasi #TBMLenteraPustaka
#TamanBacaan #PegiatLiterasi #KampungLiterasiSukaluyu #DirektoratPMPK #ForumTBM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar