Jadi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), tentu tidak ada yang mau. Itu sudah pasti. Tapi apa yang bisa dilakukan bila seorang Ibu mengantar anaknya yang ABK ke Taman Bacaan? Diantar sendiri ke taman bacaan, itu berarti ada kepercayaan bukan? Atau sanga Ibu sudah bingung, mau ke mana lagi menemukan harapan "normal" untuk anaknya? Lalu apa yang bisa diperbuat taman bacaan terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK)?
Sore
ini (4 Juli 2021) TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor kedatangan
anak ABK. Sebut saja si A, 28th yang ABK, dia punya keterbatasan. Kendala
bicaranya, bahkan perilakunya. Hanya menunduk, malu dan tidak interaktif. Maka
saya pun berdialog dengan ibunya, bertanya tentang apa dan bagaimana kondisi
sebenarnya? Panjang lebar dijelaskan, saya pun memahami realitas anaknya yang
ABK. Sesekali saya pun dialog dengan si A, sang anak ABK. Secara perlahan,
sambil mengecek "tingkat kesadaran" yang dimiliki, seberapa
responnya? Ya, ada respon walau banyak hal tidak bisa dipahami. Tapi saat
dikeluarkan mainan, si A pun langsung merespon. Dia mau bermain dan ada tawa
khas anak ABK di dirinya.
Dari
sinilah, TBM Lentera Pustaka saya putuskan untuk melakukan "terapi"
bukan "pengobatan" kepada Si A. Insya Allah, dengan ilmu dan
pendidikan yang pernah dipelajari, saya akan bantu terapi ABK tahap demi tahap,
sebuah "perlakuan umum tapi khusus" untuk si A. Sekalipun bukan
lulusan Pendidikan Luar Biasa, saya akan bantu si A untuk setahun ke depan.
Agar si A bisa lebih baik dari sebelumnya. Mampu ber-interaksi dengan usia
sebaya-nya. Tanpa malu dan tanpa "terpinggirkan" dari mereka yang
tidak khusus.
Dengan
bismillah, TBM Lentera Pustaka pun siap membuka kelas ABK bagi masyarakat yang
membutuhkan bantuan di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kabupaten Bogor. Seperti
juga yang dialami oleh W (35th) yang juga disabilitas. Tuna wicara dan
pendengarannya terganggu. Saat ngobrol kemarin, saya belum tahu, terapi apa
yang pas untuknya? Tapi untuk si A dan si W, saya meminta mereka datang ke TBM
Lentera Pustaka setiap jam baca? Seminggu 3 kali. Untuk mulai terapi. Insya Allah
ikhtiar dan doa baik untuk masa depan mereka.
Sesuai
spirit TBM Lentera Pustaka dengan "TBM Edutainmen"-nya. Selain terapi
sensori dan okupasi, mungkin porsi terapi "bermain" akan lebih banyak
diterapkan untuk anak-anak ABK di TBM Lentera Pustaka. Untuk melatih saraf
motorik agar seimbang dengan kesadarannya. Sekaligus membiasakan terjadi
interaksi sosial yang dipacu dari pandangan matanya.
Inilah
realitasnya. Di taman bacaan, ketika seseorang datang meminta bantuan. Maka
bantulah semampu yang kita bisa. Agar mereka merasa ada yang perhatikan dan
punya harapan ke depan. Salam literasi #AnakBerkebutuhanKhusus #TamanBacaan
#TBMLenteraPustaka #BacaBukanMain
Tidak ada komentar:
Posting Komentar