Hari-hari gini di masa pandemi Covid-19. Publik dihadapkan pada berita tentang Covid-19 yang mengganas. Setiap hari selalu saja ada yang meninggal dunia. Bikin takut dan khawatir. Sementara di sisi lain, edukasi untuk tidak takut Covid-19 pun begitu gencar. Agar imunitas tubuh tetap baik dan tetap patuh protokol kesehatan. Ada dua kutub di situ soal Covid-19. Ada yang membangun ketakutan, ada pula yang menebar optimisme.
Pesan
moralnya, penyakit dan kematian bisa terjadi pada siapa pun. Bisa karena sakit,
bisa karena kena covid, bisa kecelakaan. Kematian itu pasti datang. Tapi dia
tidak bisa dipercepat, tidak bisa diperlambat. Karena bukan area manusia. Tapi
sudah kehendak Allah SWT.
Bila sakit dan kematian bisa terjadi
pada siapa pun. Maka siapa pun bisa jadi apapun.
Bahasa kerennya, kata orang bule “anyone
can be anything”. Siapapun bisa jadi apapun.
Setiap orang bisa jadi apa saja. Siapa pun bisa memilih mau
seperti apa dalam hidup ini. Mau sehat atau sakit? Mau optimis atau pesimis? Asal
jangan mau jadi Tuhan. Karena manusia hanya bisa ikhtiar dan doa.
Anyone can be anything. Siapa pun bisa jadi apapun.
Begitulah spirit yang seharusnya ada di taman bacaan. Karena sebelumnya,
anak-anak di kampung itu tidak punya akses buku bacaan. Tidak terbiasa membaca
buku. Maka di taman bacaan, katakan mereka sudah bisa membaca buku. Dan untuk
itu, berhak menjadi apapun. Mereka bisa jadi presiden, guru, dokter, polisi,
CEO, arsitek atau apapun. Anak-aak yang boleh dan bisa jadi apapun. Tidak
penting, mereka berasal dari mana? Dari kampung atau dari kota. Dari keluarga
miskin atau kaya, sama sekali tidak peduli. Asal kalian punya semangat dan
tekad untuk berhasil. Energi untuk mencapai cita-cita, itu sudah cukup.
Siapa yang tidak kenal. Cut Nyak Dien itu dari Aceh. Jenderal
Sudirman pun orang kampung di Purbalingga. Ibu R.A. Kartini dari Jepara. Bahkan
semua presiden di Indonesia tidak ada yang lahir di Jakarta. Itulah contoh,
siapa pun bisa jadi apapun. Sosok yang bisa jadi contoh baik. Karena mau membaca,
mau belajar, mau berjuang tanpa lupa berdoa. Hingga bisa mencapai cita-citanya,
menapak jalan hidup yang lebih baik.
Seperti anak-anak di TBM Lentera Pustaka di kaki
Gunung Salak Bogor. Ada 168 anak pembaca aktif yang rutin membaca 3 kali
seminggu. Rata-rata kini “melahap” 5-8 buku per minggu per anak. Padahal mereka
terancam putus sekolah. Akibat keterbatasan ekonomi orang tua. Maklum,
wilayahnya termasuk kawasan prasejahtera. Maka tingkat pendidikan masyarakatnya
saat ini 81% ada di SD dan 9% di SMP.
Di masa pandemi Covid-19. Justru jadi momen taman bacaan untuk merenda
masa depan anak-anak lebih optimis melalui buku bacaan. Apalagi di tengah PJJ
(pembelajaran jarak jauh) yang tidak efektif atau libur sekolah. Sungguh, taman
bacaan justru menjadi media untuk meningkatkan imunitas tubuh. Sekaligus “ladang
amal” untuk selalu menggiatkan anak-anak membaca buku. Di taman bacaan,
anak-anak pun dilatih berpikir positif. Bukan malah ketakutan dan pesimis
terhadap realitas hidup yang harus dihadapi.
Anyone
can be anything. Setiap anak, sejatinya bebas memilih jalan hidupnya sendiri.
Mau
baca buku di taman bacaan, silakan. Mau nongkrong dan main doang, silakan. Mau
berhasil atau gagal. Mau terang benderang atau gelap di masa depan. Tapi satu
yang pasti, bahwa anak-anak itu terlahir untuk sukses, untuk berhasil. Itu
takdir. Tapi bila saat dewasa nanti mereka tetap miskin, itu bukan takdir tapi
piliham. Karena lalai di masa kecil, di masa muda. Tertipu oleh Kesehatan dan
waktu luang yang tidak digunakan untuk kebaikan.
Ketahuilah,
tanpa membaca bisa jadi, siapa pun sulit untuk berhasil. Sulit untuk meraih
cita-cita. Jalan ke depan jadi lebih gelap, tidak ada kompas atau arahan. Maka jangan
tertipu. Untuk sukses tidaklah harus kaya. Asal mau membaca, mau berbuat baik. Dan
siap berubah, insya Allah bisa lebih baik. Asal caranya baik dan benar.
Akhirnya, Covid-19 itu satu urusan. Dan taman bacaan pun
urusan yang harus diperhatikan. Tegakkan protocol Kesehatan untuk sehat dan
terhindar Covid-19. Dan tetaplah membaca buku untuk merenda masa depan
anak-anak kita. Itulah peran taman bacaan.
Anyone can be anything. Maka teruslah membaca buku di taman
bacaan. Tetaplah belajar sepenuh hati. Karena tidak ada cita-cita yang bisa
diraih siapa pun bila hanya berdiam diri. Membacalah, belajarlah, dan
bertindaklah untuk meraih mimpi. Dan orang dewasa hanya cukup mendampingi
mereka.
Maka di taman bacaan, katakan dengan lantang. Anyone can be
anything, siapa pun bisa jadi apapun! Salam literasi #TBMLenteraPustaka
#TamanBacaan #BacaBukanMaen #AnyoneCanBeAnything
Tidak ada komentar:
Posting Komentar