KENAPA SAYA MENULIS?
Hingga saat ini, sudah 34 buku saya hasilkan. Sepanjang
11 tahun, dari 2010-2021 ini, rata-rata 3,1 buku per tahun diterbitkan. Ada bisa
diperoleh di toko buku ternama, ada juga yang menulis bareng-bareng anak atau
mahasiswa. Intinya saya menulis. Sebab menurut saya, ada hal-hal sederhana yang
selalu bisa ditulis. Dalam hidup siapa pun, termasuk saya.
Saat ditanya orang, kenapa saya menulis? Jawab saya, saya
menulis untuk diri sendiri. Sebab menulis
itu seperti olahraga, atau makan, atau tidur. Untuk menyehatkan pikiran. Agar membangun mental positif. Menulis pula yang bikin saya “berteman” dengan pengalaman, pengetahuan atau
perasaan. Dan juga buku-buku. Karena tidak ada orang yang menulis tanpa membaca.
Seperti tidak ada orang yang pandai bicara tanpa pandai mendengarkan.
Scripta manent verba volant; yang tertulis akan abadi
dan yang terucap akan hilang. Maka saya menulis. Menulis juga perbuatan bukan
pelajaran. Menulis itu keberanian bukan kekhawatiran. Maka saya sering “memaksa”
diri saya dan orang lain menulis.
Saya menulis juga karena saya sedih. Kok bisa-bisanya orang-orang sekarang menebar hoaks alias berita bohong.
Terus untuk apa pula bikin ujaran kebencian kepada orang lain. Banyak orang
terlalu mudah menghakimi dan meyalahkan orang. Itu bukti orang-orang tersebut
tidak pernah menulis. Hanya bisa marah-marah dan menulis sedikit doang untuk
hal-hal yang tidak penting. Maka menulis itu “obat” dari kesedihan saya
terhadap keadaan. Teknologi makin canggih, zaman makin maju. Tapi sayang
orang-orangnya tidak lebih baik. Karena tidak mau menulis. Padahal menulis itu
ekspresi yang lebih bertanggung jawab.
Saya pun tidak menulis untuk cari uang. Bukan pula untuk menyelamatkan dunia.
Atau mengejar popularitas. Saya menulis
karena menulis Sudha jadi gaya hidup, sudah jadi kebiasaan.
Ibarat “tidak bisa tidur bila belum menulis”. Tiap hari saya menulis. Minimal 300
kata atau bisa juga 6.000 karakter. Tentang apa saja, tentang apa pun. Asal
berdasar pengalaman, pengetahuan atau perasaan saya. Bukan pengalaman atau
perasaan orang lain, karena out susah banget.
Dan yang penting, menulis itu bukan untuk diseminarkan
atau didiskusikan. Karena resep menulis yang paling jitu adalah “menulis,
menulis, dan menulis”. Salam literasi. #KenapaSayaMenulis #MenulisBuku #PegiatLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar