Hidup seimbang. Untuk siapa pun, bisa jadi sebuah keharusan.
Karena sesuatu yang seimbang itu menyehatkan, bahkan
membahagiakan. Seimbang antara urusan dunia dan akhirat. Seimbang urusan
pribadi dan urusan umum. Walau seimbang itu relatif, sesuai dengan kondisi
orangnya masing-masing. Seperti waktu pagi dan petang, seperti siang dan malam.
Itulah seimbang.
Pandemi Covid-19 yang mewabah ini.
Juga pelajaran akan pentingnya hidup seimbang. Bahwa kerja keras itu penting.
Tapi sehat pun harus dijaga, Agar seimbang. Covid-19 pun mengingatkan pentingnya
menjaga hidup yang seimbang antara dunia dan akhirat. Karena hidup di dunia pun tidak selamanya. Ada batas akhirnya, ada batas
umurnya. Covid-19 tentu tidak bisa dihadapi dengan keberanian apalagi
kesombongan. Maka tetap harus patuhi protokol kesehatan. Agar tidak tertular.
Takut boleh tapi jangan berlebihan.
Seimbang itu berarti sama berat. Sebanding
atau setimpal. Hidup yang seimbang antara ke atas dan ke samping. Sebanding urusan vertikal dan horizontal. Seimbang antara kepentingan pribadi dengan umum. Setimpal antara kerja keras untuk mencari dan keberanian untuk memberi. Hidup
seimbang itu sangat manusiawi.
Seperti
teko pun seimbang. Ada saat menuang ke gelas memberi air. Ada saat pula dituangkan
air untuk diisi. Teko kosong diisi, teko penuh yang mengisi yang gelas lainnya.
Mana mungkin, teko hanya minta diisi air terus. Tentu akan kepenuhan lalu
tumbah. Jadi mubazir, terbuang sia-sia.
Taman
bacaan pun simbol keseimbangan. Ada saat pegiat literasi menuntut ilmu. Ada
saat berbagi ilmu kepada anak-anak. Ada saat pegiat literasi mengejar
kepentinganya pribadinya. Ada saat pula membela kepentingan umum demi tegaknya
tradisi baca. Taman bacaan, ada saat ditolong ada saat menolong. Seimbang.
Rezeki,
uang, atau apa pun Butuh seimbang. Ada saat mencari ada saat memberi. Rezeki
itu justru makin berkah, makin ditambah bila mau dibagi. Bukan hanya mencari
melulu tanpa mau berbagi. Semua harus seimbang, ada yang masuk ada yang keluar.
One in one out …
Memang, seimbang tidak harus sama rata. Atau sama hasil.
Tapi seimbang adalah kesadaran. Bahwa bekerja
seolah akan hidup selamanya. Namun harus ingat,
beribadah-lah seolah akan mati besok. Maka, tanamlah setiap benih kebaikan di mana
pun, hingga kapan pun.
Seimbang itu spirit. Lalu diikuti
perbuatan. Ada saat senang, ada saat sedih. Ada kekuatan, ada kelemahan. Ada yang jahat ada yang
baik. Maka spirit seimbang, harus mampu mengolahnya dengan optimal. Hanya hidup
yang seimbang, pasti membuat pelakunya lebih tenang, lebih tentram. Salam literasi. #KampanyeLiterasi
#TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar