Semua yang terjadi pasti ada alasannya. Seperti kata bijak “jika ada akibat pasti ada sebab”. Itu berarti, tidak mungkin ada keputusan tanpa adanya alasan. Selalu ada alasan. Begitu hukum alamnya. Pandemi Covid-19 pun terjadi karena ada alasannya.
Bahwa hari ini, ada orang yang selalu bersyukur. Ada
yang hanya berkeluh-kesah. Ada yang tetap membenci. Bahkan ada yang berdiam
diri. Tidak mau melakukan kebaikan sedikit pun, itu semua ada alasannya. Maka
sekali lagi, apa pun itu pasti ada alasannya. Dan setiap alasan, pasti sah-sah
saja.
Seperti di taman bacaan. Ada
anak-anak yang mau membaca buku pasti ada alasannya. Ada pula anak-anak yang
hanya main dan tidak suka membaca buku, pasti ada alasannya. Ada orang-orang yang
mau bantu dan berkiprah di taman bacaan. Tapi bila ada yang tidak peduli taman
bacaan pun ada alasannya. Dan Ketika alasan dibuat, maka menyisakan pertanyaan “kenapa
begitu?”.
Kawan saya, dulu. Pernah bilang
tidak mau beli tanah di Bogor. Sekalipun harganya terjangkau. Karena lokasinya terlalu
jauh. Masih sepi dan tidak ada waktu untuk berkunjung. Tapi sekarang setalah
ramai, lokasinya terasa tidak jaih. Harganya pun melonjak gila-gilaan. Maka
kawan saya pun menyesal? Tentu, ada alasannya.
Alasan itu bisa dibuat dan selalu saja ada.
Tapi alasan bisa dibuat-dibuat karena tidak mau, Ada
alasan yang baik. Tapia da alasan yang tidak baik. Bahkan ada alasan yang dibuat
karena untuk menutupi kekurangan, kelemahan orangnya. Asal punya alasan, begitulah
adanya.
Hari ini. Ada orang yang takut mengambil keputusan. Ada yang tidak mau menanggung
risiko. Ada yang tidak mau bertindak di jalan kebaikan. Ada yang masih banyak
omong tapi praktik kosong. Ada pula yang hanya sebatas kata-kata bijak. Itu
semua ada alasannya. Dan sah-sah saja. Tapi sayang, bila alasan dibuat hanya
untuk “membungkus” ketidak-mauan bertindak. Alasan yang dicari-cari, bukan yang
apa adanya. Lalu berkata, “Tapi kan, karena
begini …. Tapi kan karena begitu ….”
Kata “tapi” dalam ilmu bahasa itu kata
penghubung. Memang sering dipakai untuk sebuah alasan. Untuk
menyatakan hal yang bertentangan atau tidak selaras. “Saya tahu membaca buku itu
penting TAPI belum punya waktu saja”. Pengen sih melakukan yang baik TAPI sekarang
lagi focus kerjaan dulu”. Mungkin, kata TAPI pada kalimat itu benar.
Namun kata “tapi” itu salah dipakai. Bila mampu membenci tanpa bisa
menyukai. Bila mampu mengkritik tanpa bisa memberi solusi. Bila bisa bertanya
tanpa mau membantu cari jawabnya. Dan bila sekolahnya bukan di jurusan politik
atau tata negara. Tapi bila sudah ngomongin negara seperti pakar kebenaran dan
paling benar sendiri.
Tapi, tapi, dan tapi. Bisa jadi kata mujarab yang dipakai untuk mencari
alasan. Soal apa pun, untuk apa pun. Sedikit-sedikit tapi. Lagi-lagi tapi. Kebanyakan
tapi. Semua ada “tapi”-nya. Selalu saja ada alasannya. Padahal, hanya untuk
mengungkap kebencian, ketidak-sukaan. Selalu saja ada alasannya, untuk berbuat
tidak baik, tidak patut.
Di jalanan, orang-orang yang menerobos lampu merah. Pasti
alasannya karena “buru-buru”. Orang-orang yang terlambat ke kantor, pasti
alasannya ,macet di jalan. Dan mungkin, orang-orang tidak mau membaca buku pasti
alasannya “belu ada waktu”. Begitu kira-kita hebatnya sebuah alasan.
Literasi “alasan”. Tentu sah-sah saja. Namun sejatinya, alasan dibuat bukan
untuk membela diri. Atau melakukan pembenaran atas kesalahan. Maka, sehebat
apapun alasannya. Sesuatu yang saah tidak perlu diperjuangan dengan alasan yang benar. Karena itu
menyalahi hukum.
Alasan itu boleh. Bila dipakai untuk
memperbaiki diri. Alasan untuk instrospeski diri, yang lebih
bersifat reflektif. Maka bilanglah "Saya memang salah TAPI saya
berusaha untuk lebih baik". Logika itu ada bukan untuk mengalahkan hati nurani.
Karena logika itu cara, hati burani itu arah. Maka “jadilah orang yang cukup dan jangan
menjadi orang yang selalu merasa kurang”. Tanpa alasan, tanpa perlu
dibantah. Jadilah cukup, tanpa merasa kurang.
Alasan memang baik. Asal berpegang pada hati
nurani.
Mumpung masih ada kesempatan. Mumpung masih ada
waktu untuk hidup lebih baik. Sebelum menyesali keputusan yang
lalu, sebelum terbaring di ranjang kematian. Jadilah lebih baik, tanpa
alasan apa pun. Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar