Rumah, di manapun, harusnya jadi tempat yang nyaman dan melindungi penghuninya. Tapi keadaan itu tidak dialami warga di Desa Lembantongoa, Sigi Sulteng (27/11). Teror biadab kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) menewaskan 4 orang, 7 rumah ludes dibakar, dan 150 KK pun mengungsi. Maka, teror Sigi itu musuh semua orang. Hanya ada satu kata untuk teror di bumi Indonesia, “LAWAN”.
Akibat
teror, warga ketakutan. Wilayah dan kehidupan masyarakat jadi mencekam. Penuh
ketakutan. Bahkan teror jadi sebab nyawa anak-anak bangsa melayang. Maka jangan diskusi lagi, tidak
perlu ada polemik. Teror jelas musuh semua orang. Harus diberantas tuntas. Teror
di manapun, sekecil apapun harus dilenyapkan.
Teror Sigi adalah fakta. Warga sekampung
ketakutan. Perasaan campur aduk menuju bahaya. Bingung apa yang harus dilakukan
di rumah? Tiba-tiba didatangi dan diserang kelompok teroris. Atas alasan
apapun, teror tidak dibenarkan. Aksi kekerasan, penyerangan, provokasi, merusak
kerukunan, dan meluluh-lantakkan persatuan adalah cara kerja yang sengaja
dipilih pelaku teror. Maka teror, musuh semua orang. Saatnya aparat keamanan
Indonesia, berantas tuntas teror di manapun, sekecil apapun.
Hari ini, teror itu ada dan
bertebaran di mana-mana. Untuk menakuti orang lain, membuat keadaan mencekam. Bahkan
untuk menimbulkan rasa tidak saling percaya antara satu dengan yang lainnya,
antara rakyat dan negara. Lalu, teror pun “bersembunyi” di balik dalih aliran,
di balik dalih agama. Sekali lagi, teror adalah musuh semua orang. Karena teror,
ada nyawa orang tidak bersalah yang melayang. Hidup masyarakat jadi penuh
ketakutan. Teror itu soal manusia. Maka harus diberantas tuntas dari bumi
Indonesia.
Sangat salah, pelaku teror “membenarkan”
tindakannya. Teror bukan pula cara untuk masuk surga. Apalagi atas nama jihad.
Karena surga hanya pantas dihuni bagi
siapapun yang melakukan kebaikan di jalan Allah. Bukan membunuh, menakuti, dan
menyengsarakan orang lain.
Kenapa teror musuh semua orang?
Karena teror, bisa jadi “perang
masa depan” yang dipilih era digital, era revolusi industri atau era yang
katanya serba canggih. Teror diciptakan untuk “menurunkan” moral siapapun yang
dianggap musuh. Teror dengan segala bentuknya ditebar kemana-mana. Sabotase,
provokasi, penyerangan, kebencian, persekusi, hoaks, intimidasi bahkan pembunuhan
adalah bagian dari teror.
Kadang, teror paling sederhana pun ada di media sosial. Mereka
yang gemar menghujat, mencaci, membenci, bahkan memprovokasi. Mereka yang hanya
bisa menjelek-jelekkan pihak lain, mencari salah orang lain. Pelaku teror,
tentu hanya bisa merendahkan siapapun yang dianggap “musuh” dam dibencinya. Lalu,
membenarkan semua sikap dan tindakan buruknya. Maka, teror adalah musuh semua
orang.
Beda pilihan meneror, beda pendapat meneror. Benci meneror. Kalah pun
meneror. Lalu merampas hak asasi orang lain
hingga membunuhnya. Maka sekali lagi, teror dan pelaku teror adalah musuh semua
orang. Karena teror itu bak peperangan yang tidak akan pernah dimenangkan.
Teror, harus diberantas
tuntas. Basmi hingga ke akar-akarnya. Agar penulis dapat terus menulis
sekalipun teror mengepung… #LiterasiTeror #BerantasTeror #LawanTeror
Tidak ada komentar:
Posting Komentar