Selasa, 01 Desember 2020

Literasi Teror, Belajar Dari Kasus Teror Sigi

Rumah, di manapun, harusnya jadi tempat yang nyaman dan melindungi penghuninya. Tapi keadaan itu tidak dialami warga di Desa Lembantongoa, Sigi Sulteng (27/11).  Teror  biadab kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT)  menewaskan 4 orang, 7 rumah ludes dibakar, dan 150 KK pun mengungsi. Maka, teror Sigi itu musuh semua orang. Hanya ada satu kata untuk teror di bumi Indonesia, “LAWAN”.

 

Akibat teror, warga ketakutan. Wilayah dan kehidupan masyarakat jadi mencekam. Penuh ketakutan. Bahkan teror jadi sebab nyawa anak-anak bangsa melayang. Maka jangan diskusi lagi, tidak perlu ada polemik. Teror jelas musuh semua orang. Harus diberantas tuntas. Teror di manapun, sekecil apapun harus dilenyapkan.

 

Teror Sigi adalah fakta. Warga sekampung ketakutan. Perasaan campur aduk menuju bahaya. Bingung apa yang harus dilakukan di rumah? Tiba-tiba didatangi dan diserang kelompok teroris. Atas alasan apapun, teror tidak dibenarkan. Aksi kekerasan, penyerangan, provokasi, merusak kerukunan, dan meluluh-lantakkan persatuan adalah cara kerja yang sengaja dipilih pelaku teror. Maka teror, musuh semua orang. Saatnya aparat keamanan Indonesia, berantas tuntas teror di manapun, sekecil apapun.

 

Hari ini, teror itu ada dan bertebaran di mana-mana. Untuk menakuti orang lain, membuat keadaan mencekam. Bahkan untuk menimbulkan rasa tidak saling percaya antara satu dengan yang lainnya, antara rakyat dan negara. Lalu, teror pun “bersembunyi” di balik dalih aliran, di balik dalih agama. Sekali lagi, teror adalah musuh semua orang. Karena teror, ada nyawa orang tidak bersalah yang melayang. Hidup masyarakat jadi penuh ketakutan. Teror itu soal manusia. Maka harus diberantas tuntas dari bumi Indonesia.

 

Sangat salah, pelaku teror “membenarkan” tindakannya. Teror bukan pula cara untuk masuk surga. Apalagi atas nama jihad. Karena  surga hanya pantas dihuni bagi siapapun yang melakukan kebaikan di jalan Allah. Bukan membunuh, menakuti, dan menyengsarakan orang lain.


 

Kenapa teror musuh semua orang?

Karena teror, bisa jadi “perang masa depan” yang dipilih era digital, era revolusi industri atau era yang katanya serba canggih. Teror diciptakan untuk “menurunkan” moral siapapun yang dianggap musuh. Teror dengan segala bentuknya ditebar kemana-mana. Sabotase, provokasi, penyerangan, kebencian, persekusi, hoaks, intimidasi bahkan pembunuhan adalah bagian dari teror.

 

Kadang, teror  paling sederhana pun ada di media sosial. Mereka yang gemar menghujat, mencaci, membenci, bahkan memprovokasi. Mereka yang hanya bisa menjelek-jelekkan pihak lain, mencari salah orang lain. Pelaku teror, tentu hanya bisa merendahkan siapapun yang dianggap “musuh” dam dibencinya. Lalu, membenarkan semua sikap dan tindakan buruknya. Maka, teror adalah musuh semua orang.

 

Beda pilihan meneror, beda pendapat meneror. Benci meneror. Kalah pun meneror. Lalu merampas hak asasi orang lain hingga membunuhnya. Maka sekali lagi, teror dan pelaku teror adalah musuh semua orang. Karena teror itu bak peperangan yang tidak akan pernah dimenangkan.  

 

Teror, harus diberantas tuntas. Basmi hingga ke akar-akarnya. Agar penulis dapat terus menulis sekalipun teror mengepung… #LiterasiTeror #BerantasTeror #LawanTeror

Tidak ada komentar:

Posting Komentar