Ada yang perlu diluruskan tentang “nasihat”.
Nasihat,
bukan nasehat. Itu artinya “ajaran atau
pelajaran baik”. Atau lainnya berarti “anjuran (petunjuk, peringatan, teguran)
yang baik”. Maka bagi siapapun, menasihati atau menasihatkan pasti “pesannya
baik, sesuatu yang positif”. Ada ajaran moral yang baik dari nasihat. Jadi
sangat salah, bila ada orang menasihati sesuatu yang buruk, apalagi jahat.
Contoh nasihat, “Nasihat
pemerintah, semua orang wajib pakai masker”. Tapi sebaliknya “Gimana
tidak sakit, sudah dinasihati tidak mau” adalah bukan nasihat.
Di
tengah wabah Covid-19, nasihat baik itu penting. Bahkan di era media sosial
seperti sekarang pun nasihat yang baik sangat penting. Karena selain sebagai
koreksi, nasihat juga sebagai evaluasi atas apa yang pernah diucapkan dan dilakukan.
Agar ke depan jadi lebih baik, bukan lebih buruk. Maka nasihat adalah sesuatu
yang baik.
Maka nasihat,
tidak tercermin darih kata-kata yang buruk. Tidak ada nasihat pada kata-kata yang
jelek atau jahat. Berdalih nasihat. Tapi mencela, mencaci, menghujat, membenci,
menyalahkan atau merendahkan orang lain. Sama sekali itu semua bukan nasihat. Berdebat
yang tidak ada manfaatnya pun bukan nasihat. Coba cek di media sosial. Gayanya
seperti bernasihat. Tapi nyatanya, kata-kata yang dipakai tidak baik, tidak
pantas. Sekali lagi, itu bukan nasihat.
Kenapa
nasihat? Karena manusia itu makhluk yang labil. Pemilik salah dan khilaf. Kan tidak
ada manusia yang sempurna. Namanya manusia. Satu waktu berbuat baik, di waktu
lain berbuat buruk. Saat ingat baik, saat lupa jahat. Hari ini benar, bsia jadi
besok salah. Atas dasar itu tiap manusia pasti butuh nasihat, antara dinasihati
atau menasihati. Tujuannya, untuk mengingatkan. Agar jadi lebih baik, jadi
lebih benar, jadi lebih ingat. Itulah nasihat.
Maka
siapapun, selagi masih jadi manusia. Jangan pernah merasa paling benar dan
mengklaim tidak pernah salah. Manusia itu pasti ada salahnya. Dan orang yang
anti nasihat, kemungkinannya hanya dua: 1) sombong atau 2) bebal. Merasa diri
paling benar, sementara yang lain salah.
Sejatinya,
nasihat itu untuk memperbaiki diri. Nasihat pun boleh disebut sebuah “investasi”
kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Karena tanpa nasihat, manusia akan
sulit dikontrol. Bahkan bisa menabrak aturan apa pun. Menjadi liar dan tidak terkendala.
Hingga akhirnya membuat kerusakan dan kerugian. Tidak hanya untuk dirinya
sendiri tapi juga orang lain.
Maka di TBM Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak
Bogor. Saya pun membiasakan untuk memberi nasihat kepada anak-anak kampung usia
sekolah dan masyarakat sekitar. Agar mereka lebih paham arti kehidupan dan
mampu berdaya di tengah peradaban, bukan malah terlindas zaman. Taman bacaan
bukan hanya jadi tempat baca. Tapi juga tempat bernasihat orang dewasa kepada
anak-anak. Agar mereka tidak salah jalan. Agar hidup lebih bermanfaat untuk
orang lain, bukan malah merusak orang lain.
Karena
saya percaya. Nasihat itulah yang duperlukan banyak orang hari ini. Agar jadi
lebih baik, lebih bijak, lebih rendah hati, dan lebih peduli. Karena “sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati
supaya menetapi kesabaran. (QS 103:2-3).
Mungkin
karena nasihat, kesalahan dan kekurangan manusia bisa ditambal. Sebab pengetahuan
manusia itu terbatas, tidak bisa menjangkau segala hal dalam kehidupan. Dan
nasihat baik itu datangnya dari Allah, walau eksekusinya bisa saja melalui
orang lain. Jadi, nasihat itu kebaikan bukan keburukan. Salam
literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BudayaLiterasi #PegiatLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar