Membangun tradisi baca anak-anak usia sekolah di tengah gempuran era digital memang tidak mudah. Maka hari ini, pemandangan anak-anak sedang membaca buku pun kian langka, bila tak mau dibilang punah. Bisa jadi, tradisi baca di kalangan anak-anak kian terpinggirkan.
Realitas
itu pula yang dialami anak-anak usia sekolah di Desa Sukaluyu Kec. Tamansari di
Kaki Gunung Salak Bogor. Survei membuktikan 74% anak-anak usia sekolah tidak
pernah membaca buku, 19% ragu-ragu. Selain akibat kemiskinan, tidak adanya
akses buku bacaan menjadi sebab utama. Tidak ada budaya membaca pada anak-anak
di kampung itu.
Namun
sejak tahun 2017, saat Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka berdiri dan
menerapkan model “TBM Edutainment’, sebuah tata kelola taman bacaan berbasis
edukasi dan hiburan. Kini, diperoleh hasil 71% anak mampu membaca 5-10 buku
per minggu di taman bacaan, 16% ragu-ragu, dan 13% tidak setuju. Hal ini
berarti, tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak usia sekolah
sudah terbentuk dan menampakkan hasilnya. Taman bacaan telah menjadi pilihan
anak untuk membaca buku, di samping sarana belajar di tengah wabah Covid-19 seperti
sekarang.
Itulah simpulan survei internal TBM Lentera
Pustaka tentang tradisi baca anak usia sekolah di masa Covid-19 pada Agustus
2020. Diikuti 60 anak yang rutin seminggu 3 hari membaca buku di taman bacaan,
survei ini menjadi sinyal pentingnya peran taman bacaan di masyarakat dalam
menegakkan tradisi baca. Sebuah aktibitas untuk membiasakan anak-anak tetap
membaca buku.
“Survei TBM
Lentera Pustaka ini jadi bukti bahwa taman bacaan punya peran penting dalam
membangun tradisi baca anak usia sekolah. Apalagi di tengah wabah Covid-19 di
mana belajar jarak jauh tidak efektif. Maka selain ketersediaan akses buku
bacaan, taman bacaan pun harus dikelola secara profesional dan mampu menarik
minat baca anak”” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera
Pustaka yang juga kandidat doktor taman bacaan dari Pascasarjana Unpak Bogor.
Harus disadari, taman bacaan adalah
prasarana publik yang dapat menunjang aktivitas belajar dan sekolah anak-anak.
Setelah pulang sekolah, maka si anak bisa melakukan aktivitas tambahan untuk
membaca buku di taman bacaan, Agar pengetahuan dan wawasannya bertambah. TBM
Lentera Pustaka meyakini tanpa dukungan taman bacaan, anak-anak akan makin terlindas
oleh peradaban zaman dan era digital. Sehingga makin jauh dari buku bacaan.
Untuk diketahui, TBM Lentera Pustaka saat
ini telah menjadi tempat membaca 60-an anak-anak yang terancam putus sekolah
akibat kemiskinan. Dengan koleksi lebih dari 3.500 buku bacaan, kini 71% mampu
membaca 5-10 buku per minggu. Berbekal model TBM Edutainment, TBM Lentera
Pustaka pun membiasakan anak-anak untuk senam literasi, doa literasi, dan salam
literasi sebelum membaca. Setiap hari Minggu digelar laboratorium Baca, dan
selalu ada event bulanan dan jajanan kampung gratis setiap bulan. Alhasil, kini
TBM Lentera
Pustaka telah menjadi “tempat nongkrong” 60-an anak pembaca aktif untuk
mewujudkan gairah membaca.
Secara demografis, Desa Sukaluyu Kec.
Tamansari Kab. Bogor menunjukkan statistik rata-rata tingkat pendidikan
masyarakatnya 81,9% SD dan SMP 8,9%. Inilah yang menadi sebab masih tingginya
angka putus sekolah. Oleh karena itu, TBM Lentera Pustaka bertekad untuk menekan
angka putus sekolah melalui tradisi baca dan budaya literasi.
“TBM Lentera Pustaka ini didirikan dengan misi besar menekan
angka putus sekolah. Karena dengan membaca, pengetahuan dan cara berpikira anak
akan lebih baik. Sehingga punya gairah untuk belajar dan tersu sekolah. Buku
itu mampu mengubah cara pandang pembacanya” tambah Syarifudin Yunus yang juga
dosen Unindra PGRI.
Melalui taman bacaan, harapannya anak-anak usia sekolah tidak
hanya gemar bermain, menonton TV atau asyik dengan ponsel. Tapi dapat diimbangi
dengan membaca buku di taman bacaan. Oleh
karena itu, taman bacan di manapun, seperti TBM Lentera Pustaka memiliki
tanggung jawab moral untuk mendekatkan anak-anak dengan buku bacaan. Agar mampu
menanamkan kesadaran akan pentingnya sekolah. #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
#BudayaLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar