Aku ingin mencintaimu dengan sederhana …
Sapardi
Djoko Damono (SDD) telah pergi 19 Juli 2020 lalu, di usia 80 tahun. Kepergiannya
menjadi trending topik sekaligus menjadi “mendung di bulan Juli” bagi para
pecintanya di dunia sastra. Sebagai penghormatan kepada beliau, Ikatan Alumni
Bahasa dan Sastra Indonesia (IKA BINDO) FBS UNJ menggelar diskusi
daring ke-3 bertajuk "Mengenang SDD" melalui zoom video
conference (24/07/20). Tampil sebagai narasumber: 1) Zen Hae (Penyair – Bindo 88)
dan 2) Gilang Saputro (Pengkaji Sastra – Bindo 05), Madin Tyasawan (Bindo 85)
sebagai pembaca karya SDD dan Syarifudin Yunus (Ketua IKA BINDO – 89) sebagai
moderator. Acara ini diikuti 26 peserta, baik
kalangan sastrawan seperti Nirwan Dewanto, guru, dosen, dan pemerhati sastra.
Zen Hae
mengupas tentang karya-karya SDD. Bahwa karya-karya SDD tidak sesedrhana
kata-kata yang digunakan. Tampak luar yang mengecoh itulah yang menjadikan
karya SDD memberi kenikmatan ber-prosa. SDD telah berhasil mengenalkan prinsip “melingkar”
dalam puisi-puisinya. Benda-benda yang dianggap mampu berbicara dalam puisinya menjadi
ciri penciptaan baru dalam Sastra Indonesia Modern. Maka pantas, karya-karya
SDD bisa disebut sebagai “karya yang belum ada namanya” akaibat nalar prosa
yang terkesan surealis. Banyak penikmat SDD yang terkecoh dari sisi makna.
Sementara
Gilang Saputro menyoroti sosok SDD yang dapat dilihat dari 3 unsur yaitu 1) sebagai
intelektiual, 2) sebagai penyair, dan 3) sebagai mitor. Untuk itu, penikmat
karya SDD seharusnya dapat “menunda makna” dari karya-karyanya. Ada campur aduk
rasa dalam membaca karya-karya SDD.
Sementara Nirwan
Dewanto pun memberi komentar bahwa SDD selalu berproses dalam mencari bentuk
terbaik puisinya. Ada pengaruh Chairil Anwar di dalamnya dan mengemas dimensi
filsafat ke dalam kata-katanya. Setidaknya, SDD telah berhasil merebut
kata-kata dalam puisinya menjadi liriknya sendiri. Poin penting dari SDD adalah
menjadikan kalimat sebagai unit paling dasar dalam puisi, bukan frase.
Maka, mengenang
SDD berarti menjadikan SDD sebagai realitas sastra yang ada di bumi Indonesia. Terlepas
dari mudah atau tidaknya memaknai setiap karya SDD, justru kian menegaskan eksistensi
dan kepeloporan SDD di dunia sastra.
Sebagai
wadah alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKA BINDO FBS UNJ bertekad
untuk terus menggelar kegiatan diskusi seputar bahasa dan sastra Indonesia sebagai
bagian dari “refreshment” keilmuan. Karena di tengah dinamika peradaban, ilmu dan
pengetahuan terus mengalami metamorfose agar tidak perhan habis untuk
dipelajari diperbarui. Maka IKA BINDO FBS UNJ mengajak para alumni bahasa dan
sastra Indonesia untuk terus meningkatkan kualitas dan kompetensinya melalui
diskusi atau kajian secara reguler.
“Sebagai
alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKA BINDO FBS UNJ akan lebih
intensif melakukan diskusi daring soal
bahasa dan sastra. Sebagai ajang bertukar pikiran di antara pembelajar dan
pemerhati bahasa dan sastra. Karena peradaban telah berubah, maka kita pun harus
ber-adaptasi” ujar Syarifudin Yunus, Ketua IKA BINDO UNJ.
Rencananya,
kepengurusan IKA BINDO FBS UNJ periode 2017-2021 akan berakhir. Beragam
kegiatan yang dilakukan pun sekaligus untuk mengajak anggota muda-nya ikut
mengurusi organisasi IKA BINDO. Sebagai bentuk regenerasi … Salam IKA BINDO
#MengenangSDD #IKABINDO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar