Festival
Literasi Gunung Salak Usung Budaya Lokal untuk Tradisi Baca
Bertajuk “Membaca Budaya Lokal”, Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) Lentera Pustaka di Kaki Gunung Salak Bogor usai menggelar #2 Festival
Literasi Gunung Salak sebagai ajang kreativitas anak-anak pembaca aktif usia
sekolah dan ibu-ibu berantas buta aksara, Minggu 17 November 2019. Dihadiri 350
pegiat dan pemerhati literasi, acara ini dibuka oleh Yustinus Ivan, Corporate
Secretary Bank Sinarmas sekaligus menyerahkan bantuan CSR pembangunan kebun
baca lentera, perangkat komputer, dan buku bacaan.
Di tengah gempuran era digital dan revolusi industri, “membaca
budaya local” menjadi penting di ke depankan. Agar nilai kearifan lokal dan adab
yang dimiliki anak-anak tetap terpelihara. Sebagai bekal menyongsong masa depan
yang diberkahi. Karena hari ini, berapa banyak budaya lokal yang kian
tersingkir dari pribadi-pribadi orang Indonesia.
Maka tradisi baca dan budaya literasi harus tetap tegak di
anak-anak Indonesia. Seperti kata bijak “Kita tidak harus membakar buku
untuk menghancurkan budaya. Tapi cukup membuat orang berhenti membacanya”.
Itulah titik kematian budaya …
Maka melalui #2 Festival Literasi Gunung
Salak, TBM Lentera Pustaka mengajak masyarakat untuk mengkampanyekan akan
pentingnya tradisi baca dan budaya literasi masyarakat Indonesia. Demi
tegaknya nilai-nilai budaya local sesuai aslinya yang tetatp harus dihormati
dan dijunjug tinggi.
Kemeriahan #2 Festival Literasi Gunung
Salak bukan hanya dihadiri ratusan pegiat literasi, namun mampu menyajikan acara
yang kreatif dan menarik. Deni tegaknya tradisi baca dan budaya literasi.
Diawali tarian massal “jaran goyang” dan “senam literasi khas TBM Lentera
Pustaka”, semua bergerak bersenam ria sebagai simbol semangat membaca di
kalangan anak-anak dan ibu-ibu.
Mengusung budaya local, Festival Literasi
Gunung Salak kali ini pun menamilkan pentas musik dari KMJ Band, Goesrax Band,
dan Bayu & Friend Band serta Pesulap
Nasrul Magic dari AJ Tugu Mandiri. Makin ciamik dengan aksi panggung mahasiswa
Unindra, IPB, dan Unpam sebagai pemerhati budaya literasi. Aksi Literasi pun
dibawakan anak-anak TBM Lentera Pustaka yang menampilkan 6 tarian lokal dan
performa ibu-ibu buta aksara sebagai potret aktivitas membaca yang selalu
dilakukan di TBM Lentera Pustaka, di samping apresiasi kepada anak-anak yatim,
anak-anak pembaca terbaik, dan murid terbaik gerakan berantas buta aksara.
Pendiri TBM Lentera Pustaka, Syarifudin
Yunus, pun membacakan puisi “sajak tiga lentera” yang dipersembahakan kepada
sleuruh tamu dan anak-anak pembaca, di samping bersama mahasiswanya meluncurkan
2 buah buku, yaitu “Negeri Hancur Akibat Korupsi” karya liputan jurnalistik
semester 5 PBI Unindra dan “Apa Enaknya Sih Jadi Koruptor” karya artikel ilmiah
kuliah menulis ilmiah semester 7 PBI Unindra.
Semua tamu dan peserta yang hadir di
Festival Literasi Gunung Salak pun mendapatkan kupon “jajanan kampung gratis”
untuk menikmati jajanan kampung yang berjualan di sekitar acara, di samping
sajian organ tunggal tunggal sebagai hiburan kepada warga. Semuanya dilakukan tentu
utuk memberi spirit agar anak-anak selalu rajin dan tekun membaca.
Festival Literasi Gunung Salak digelar
sebagai rangkaian peringatan 2 tahun berdirinya TBM Lentera Pustaka. Sekaligus
membangun tradisi baca masyarakat kampung. Agar jangan ada lagi anak putus sekolah,
di samping menghormati budaya lokal yang kini mulai terpinggirkan.
"Festival Literasi Gunung Salak kali ini mengusung budaya lokal. Agar
anak-anak tetap mau membaca dan akrab dengan buku. Sambil menghormati budaya
lokal melalui pementasan seni dan budaya baca. Luar biasa, animo dan antusiasme
pegiat literasi terbukti sangat besar di acara ini" ujar Syarifudin Yunus,
Pendiri TBM Lentera Pustaka sekaligus Pegiat Literasi Indonesia.
Patut
diketahui, TBM Lentera Pustaka diusianya ke-2 tahun telah menjadi tempat
membaca 65 anak pembaca aktif yang terbiasa membaca 5-8 buku per minggu. Dengan
jam baca 3 kali seminggu. TBM Lentera Pustaka dikenal sebagai taman bacaan yang
unik dan kreatif, sehingga sering menjadi narasumber di DAAI TV dan TV Parlemen
serta beberapa media cetak lainnya.
Maka
di tengah maraknya hoaks dan ujaran kebencian, tradisi baca dan budaya literasi menjadi
penting dilestarikan, khususnya di kalangan anak-anak usia sekolah. Agar anak-anak
tidak tergilas oleh zaman yang serba digital di masa depan. Maka, tradisi baca
dan budaya literasi harus tetap tegak di bumi Indonesia.
Maka,
membacalah dan hormati budaya local. Karena anak-anak yang tidak membaca dan tanpa pengetahuan tentang sejarah
masa lalu, asal-usul, dan budaya. Mereka bagai pohon tanpa akar… #FestivalLiterasiGunungSalak
#TBMLenteraPustaka #BudayaLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar