Bahwa kondisi ekonomi saat ini secara umum
dirasakan sulit, tentu sesuatu yang sulit dibantah. Menteri Keuangan Sri
Mulyani pun pun
dengan tegas menyatakan kondisi ekonomi saat ini berat (CNBC News, 14 November 2019). Ekonomi global melemah. Bahkan indikator
perdagangan internasional menunjukkan angka terlemahnya sejak 20 tahun.
Maka imbasnya, perekonomian nasional Indonesia pun mengalami pelemahan. Perdagangan barang dan jasa, arus modal termasuk dana secara psikologis dan sentiment pun terus tertekan. Kinerja neraca perdagangan pun kian lesu, baik ekspor maupun impor.
Lalu, apa artinya itu semua? Tentu, urusan negara
dan pemerintah untuk mencarikan solusi terbaiknya. Namun, kondisi ini pun bisa
jadi momentum bagi masyarakat untuk merefleksi diri tentang “literasi ekonomi”
yang dipahami dan dijalankan selama ini. Bila ekonomi dalam kondisi sulit,
adakah kesadaran masyarakat untuk mengubah perilaku ekonominya sendiri?
Maka
di situlah pentingnya literasi ekonomi. Sebuah budaya literasi untuk lebih
mengedepankan “kesadaran” memahami kondisi, kesadaran belajar tentang apapun
dalam kehidupan, termasuk masalah ekonomi. Melalui literasi ekonomi yang kokoh,
masyarakat diharapkan mampu bertahan dalam situasi ekonomi seperti apapun.
Utamanya, manakala ekonomi sedang sulit.
Karena
literasi ekonomi, setidaknya masyarakat diajarkan dan diajak untuk tahu dan
paham dalam mengelola uang. Paham tentang cara mengendalikan kebutuhan dan keinginan
manusia yang tidak terbatas. Sementara sumber daya yang ada tetap terbatas. Peran penting literasi ekonomi inilah yang
seharusnya disajikan ke tengah masyarakat. Agar lebih paham, lebih mampu
mengendalikan diri dalam urusan ekonomi.
Karena
ekonomi, hakikatnya bukanlah “kekuasaan” manusia terhadap uang atau modal. Tapi
literasi ekonomi lebih menekankan tentang pemahaman bahwa ekonomi harus lebih bertumpu
pada 1) rasionalitas komposisi biaya versus manfaat (cost vs benefit), 2) tahu mana
yang jadi kebutuhan – mana yang jadi keinginan, dan 3) sikap manusia itu
sendiri terhadap uang.
Melalui literasi ekonomi
yang mumpuni, setidaknya masyarakat mampu sadar dan tahu dalam mengambil
keputusan ekonomi. Pemanfaatan ekonomi atau uang yang lebih berorientasi pada “manfaat”
yang lebih besar daripada “biaya”. Bukan sebaliknya, lebih besar “pasak”
daripada “tiang”.
Misal
saja. Bila kita ke pasar ingin membeli kebutuhan lauk pauk, lalu mengapa begitu
mudah tergoda dengan “diskon 50%” buah-buahan impor. Sehingga lupa membeli
kebutuhan lauk pauk yang utama ketimbang buah-buahan impor yang hanya sebatas
keinginan. Kemudahan berbelanja online
pun sering kali hanya untuk “pelampiasan nafsu konsumtif” yang sebatas
keinginan. Karena belum tentu barang yang dibeli online itu dibutuhkan. Fakta
inilah yang kian menegaskan pentingnya literasi ekonomi.
“Suka
tidak suka, budaya literasi ekonomi sangatlah penting. Agar masyarakat bisa
menjadi konsumen yang cerdas. Konsumen yang lebih “dominan” dalam membuat
keputusan yang mementingkan manfaat atau benefit daripada biaya. Bukan
sebaliknya, mengeluarkan biaya mahal untuk urusan yang manfaatnya kecil” ujar
Syarifudin Yunus, pegiat literasi TBM Lentera Pustaka saat menjadi narasumber
di TV Parlemen.
Sejatinya,
literasi ekonomi memainkan peranan penting untuk memacu pengendalian diri dalam
mengelola sumber daya atau uang yang terbatas. Sementara keinginan dan nafsu
konsumsi tidak terbatas. Pengendalian diri terhadap ekonomi inilah yang akan
berpengaruh pada sikap mental dan perilaku ekonomi masyarakat. Literasi ekonomi
yang lebih fokus pada tujuan keuangan di masa mendatang. Literasi yang mampu
mengendalikan diri dalam urusan ekonomi; tentang apa yang harus dilakukan dan
apa yang sebaiknya dihindari. Cara memperlakukan uang untuk tujuan ekonomi
jangka pendek, menengah, dan jangka panjang secara proporsional.
Akhirnya, target akhir
literasi ekonomi adalah kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam membedakan antara
“kebutuhan dan keinginan” secara ekonomis. Kebutuhan yang bertumpu pada
pemanfaatan barang atau jasa yang memang dibutuhkan. Sedangkan keinginan hanya
bertumpu pada hasrat untuk memiliki suatu barang atau jasa.
Maka
di tengah ekonomi sulit. Sangat tidak bijak bila masyarakat hanya mempersoalkan
kondisi ekonomi nasional apalagi global. Jauh lebih penting, untuk terus
membangun kesadaran akan pentingnya “literasi ekonomi”. Tentang cara bagaimana bisa
lebih paham dalam membuat keputusan ekonomi yang berbasis kebutuhan, bukan
keinginan.
Literasi
ekonomi, bolehlah dikatakan sebagai cara sederhana untuk berpikir dahulu
sebelum bertindak dalam urusan ekonomi. Agar mampu membuat pilihan yang cerdas
yang efektif, bukan yang keliru tapi tidak efisien. Salam literasi ekonomi ….
#BudayaLiterasi #LiterasiEkonomi #PegiatLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar