Fitrah itu memperbesar
rasa syukur, bukan kufur.
Karena tidak ada hati
yang bersih tanpa diimbangi dengan rasa syukur. Syukur itu berterima kasih atas segala yang
dianugerahi Allah SWT; menerimasegala yang diberikan-Nya dengan lapang hati.
Maka hari ini, bila masih ada manusia yang berkeluh-kesah dan berpikir yang
jelek apalagi berperilaku negatif. Bisa jadi, karena manusia itu tidak
pernah atau kurang bersyukur atas apa-apa yang ada padanya. Seolah-olah,
Allah SWT tidak pernah memberikan apapun kepadanya.
Jangan mengeluh melulu.
Karena itu tanda tidak bersyukur; bukan fitrah.
Jalanan macet mengeluh.
Umur semakin tua gelisah. Sibuk pekerjaan dikeluhkan. Hidup sederhana merasa
miskin. Orang lain senang baper. Hasil pilpres diratapi. Hingga kondisi negara
pun jadi keluh-kesah. Terus, kapan bersyukur? Fitrah itu syukur bukan kufur.
Manusia kadang sering
lupa. Lupa bersyukur.
Masih bisa bernafas
dengan udara. Masih punya mata untuk melihat. Masih bisa makan tanpa ada
pantangan. Bahkan diberikan tubuh yang sehat dan terbebas dari penyakit. Itu
semua patut disyukuri. Karena tanpa nikmat dan anugerah itu semua, sudah pasti
manusia tidak bisa hidup tanpanya.
Coba bayangkan di hari
raya Idul Fitri, bagaimana penderitaan saudara-saudara kita yang sedang
terbaring sakit? Atau saudara-sudara kita yang hidup dalam kemiskinan?
Bersyukurlah karena itu fitrah.
Lagi-lagi, manusia sering lupa.
Hidup manusia itu isinya hanya dua dan
silih berganti; ada kesenangan ada kesusahan. Hari ini senang besok susah. Dan
sebaliknya, hari ini susah maka esok pun senang. Semua berputar sesuai dengan
hukum-Nya. Maka hidup itu kian indah, karena ada senang ada susah. Persis
seperti ada sehat ada sakit; ada macet ada lancar; ada suka ada duka. Silih
berganti dalam kehidupan pun fitrah manusia.
Makanya, bersyukur itu penting. Agar
sewaktu senang ingat susah. Sewaktu susah ingat senang. Bersyukur atas segala
keadaan. Semuanya dalam hidup manusia sudah sesuai dengan firman Allah SWT: “Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan” (QS 94:5-6).
Lupa bersyukur bisa jadi kufur.
Lupa bersyukur karena
terlalu sering mengeluh. Segala sesuatu yang dipikirkan hanya yang jelek-jelek
saja. Terasa sulit mengingat yang baik-baik. Ada banyak hal yang kita miliki tapi
tidak dimiliki orang lain. Ada banyak hal baik yang dipunya negara sementara
negara lain tidak punya. Jangan sampai lupa bersyukur. Karena itu sifat
fundamental pikiran jelek dan perilaku buruk. Fitrah itu hati yang bersih; maka
fitrah sama dengan bersyukur.
Lupa bersyukur bisa
jadi kufur.
Kufur terhadap nikmat dan
anugerah Allah SWT. Kufur berarti “menutupi”
atau “mendustakan” apa yang sudah dimiliki, apa yang harus disyukuri. Untuk apa
tubuh sehat tapi digunakan untuk memukuli orang lain atau menghina orang yang
tubuhnya tidak sehat? Untuk apa rezeki banyak atau cukup bila digunakan untuk
menyenangkan diri sendiri tanpa bisa disedekahkan untuk membantu orang lain?
Rezeki banyak tapi salah pakai untuk hal-hal yang tidak perlu, itulah kufur.
Fitrah itu syukur bukan kufur.
Karena ada 3 hal yang sering bikin manusia
lupa bersyukur hingga menjadi kufur.
1. Selalu memusatkan diri pada apa yang
diinginkan bukan pada yang dimiliki.
2. Selalu melihat kepada orang lain bukan
kepada diri sendiri.
3. Selalu menganggap yang dimilki sebagai
hasil usaha sendiri bukan anugerah Allah SWT.
Sadar tidak sadar, keadaan itulah yang
menjadi sebab lupa bersyukur sehingga kuur. Lupa berterima kasih kepada Allah
SWT apalagi kepada orang-orang yang telah membantunya. Ketahuilah, masih banyak orang-orang di luar sana yang tidak
seberuntung kita.
“Sesungguhnya barang
siapa yang bersyukur, maka akan Ku-tambah nikmatmu, dan barang siapa yang
mengingkarinya, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”(Q.S. 14:7).
Fitrah itu syukur bukan kufur.
Inilah momentum memperbesar rasa syukur
untuk memelihara kebersihan hati. Hanya bersyukur yang mampu
membuat kita lebih
menjaga, menyayangi, dan mencintai apa yang sudah kita miliki, bukan yang lainnya. Dan salah satu cara untuk bersyukur
adalah dengan sedekah. Berbagi apa yang sudah kita miliki untuk orang lain yang
membutuhkan, baik harta maupun ilmu. Karena bersedekah, tidak akan membuat
seseorang kekurangan. Justru segala nikmat akan ditambahkan-Nya.
Berangkat dari realitas itu, TBM (Taman
Bacaan Masyarakat) Lentera Pustaka yang berlokasi di Desa Sukaluyu Kaki Gunung
Salak Bogor pun sangat bersyukur atas tradisi baca dan budaya literasi di
kalangan anak-anak usia sekolah yang selama ini telah diperjuangkan. Sedekah berupa ilmu dan buku-buku menjadi cermin wujudu syukur yang tiada tara. Karena anak-anak yang tadinya tidak memiliki akses bacaan kini telah gemar mebaca seminggu 3 kali, dengan rata-rata membaca 5-10 buku per minggu. TBM Lentera Pustaka pun terus bersyukur atas dukungan dan kontribusi berbagai pihak, seperti masyarakat, anak-anak, petugas baca, para donatur serta pihak koprorasi yang selama ini menyalurkan CSR untuk mendukung aktivitas TBM Lentera Pustaka.
“Atas nama TBM Lentera Pustaka, saya bersyukur atas dukungan dan donasi yang telah diberikan berbagai pihak. Sehingga aktivitas membaca di taman bacaan ini berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang luar biasa. Semoga sinergi ini menjadi contoh yang baik dalam mensyukuri karunia Allah SWT” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala
Program TBM Lentera Pustaka.
Maka ke depan, TBM Lentera Pustaka akan terus membangun tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak usia sekolah. Sebagai wujud rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama.
Fitrah
itu syukur. Agar kita tidak terlalu sibuk menghitung yang belum ada. Tapi lebih
banyak berterima kasih atas apa yang ada.
Karena hari ini, masih ada yang bernafas tapi tidak bersyukur … #TGS
#FitrahItuSyukur #IdulFitri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar