Jumat, 07 Juni 2019

TBM Lentera Pustaka Ajak Bersyukur Bukan Kufur


Fitrah itu memperbesar rasa syukur, bukan kufur.
Karena tidak ada hati yang bersih tanpa diimbangi dengan rasa syukur.  Syukur itu berterima kasih atas segala yang dianugerahi Allah SWT; menerimasegala yang diberikan-Nya dengan lapang hati. Maka hari ini, bila masih ada manusia yang berkeluh-kesah dan berpikir yang jelek apalagi berperilaku negatif. Bisa jadi, karena manusia itu tidak pernah atau kurang bersyukur atas apa-apa yang ada padanya. Seolah-olah, Allah SWT tidak pernah memberikan apapun kepadanya.

Jangan mengeluh melulu. Karena itu tanda tidak bersyukur; bukan fitrah.
Jalanan macet mengeluh. Umur semakin tua gelisah. Sibuk pekerjaan dikeluhkan. Hidup sederhana merasa miskin. Orang lain senang baper. Hasil pilpres diratapi. Hingga kondisi negara pun jadi keluh-kesah. Terus, kapan bersyukur? Fitrah itu syukur bukan kufur.

Manusia kadang sering lupa. Lupa bersyukur.
Masih bisa bernafas dengan udara. Masih punya mata untuk melihat. Masih bisa makan tanpa ada pantangan. Bahkan diberikan tubuh yang sehat dan terbebas dari penyakit. Itu semua patut disyukuri. Karena tanpa nikmat dan anugerah itu semua, sudah pasti manusia tidak bisa hidup tanpanya.

Coba bayangkan di hari raya Idul Fitri, bagaimana penderitaan saudara-saudara kita yang sedang terbaring sakit? Atau saudara-sudara kita yang hidup dalam kemiskinan? Bersyukurlah karena itu fitrah.

Lagi-lagi, manusia sering lupa.
Hidup manusia itu isinya hanya dua dan silih berganti; ada kesenangan ada kesusahan. Hari ini senang besok susah. Dan sebaliknya, hari ini susah maka esok pun senang. Semua berputar sesuai dengan hukum-Nya. Maka hidup itu kian indah, karena ada senang ada susah. Persis seperti ada sehat ada sakit; ada macet ada lancar; ada suka ada duka. Silih berganti dalam kehidupan pun fitrah manusia.

Makanya, bersyukur itu penting. Agar sewaktu senang ingat susah. Sewaktu susah ingat senang. Bersyukur atas segala keadaan. Semuanya dalam hidup manusia sudah sesuai dengan firman Allah SWT:  Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS 94:5-6).

Lupa bersyukur bisa jadi kufur.
Lupa bersyukur karena terlalu sering mengeluh. Segala sesuatu yang dipikirkan hanya yang jelek-jelek saja. Terasa sulit mengingat yang baik-baik. Ada banyak hal yang kita miliki tapi tidak dimiliki orang lain. Ada banyak hal baik yang dipunya negara sementara negara lain tidak punya. Jangan sampai lupa bersyukur. Karena itu sifat fundamental pikiran jelek dan perilaku buruk. Fitrah itu hati yang bersih; maka fitrah sama dengan bersyukur.


Lupa bersyukur bisa jadi kufur.
Kufur terhadap nikmat dan anugerah Allah SWT.  Kufur berarti “menutupi” atau “mendustakan” apa yang sudah dimiliki, apa yang harus disyukuri. Untuk apa tubuh sehat tapi digunakan untuk memukuli orang lain atau menghina orang yang tubuhnya tidak sehat? Untuk apa rezeki banyak atau cukup bila digunakan untuk menyenangkan diri sendiri tanpa bisa disedekahkan untuk membantu orang lain? Rezeki banyak tapi salah pakai untuk hal-hal yang tidak perlu, itulah kufur.

Fitrah itu syukur bukan kufur.
Karena ada 3 hal yang sering bikin manusia lupa bersyukur hingga menjadi kufur.
1. Selalu memusatkan diri pada apa yang diinginkan bukan pada yang dimiliki.
2. Selalu melihat kepada orang lain bukan kepada diri sendiri.
3. Selalu menganggap yang dimilki sebagai hasil usaha sendiri bukan anugerah Allah SWT.
Sadar tidak sadar, keadaan itulah yang menjadi sebab lupa bersyukur sehingga kuur. Lupa berterima kasih kepada Allah SWT apalagi kepada orang-orang yang telah membantunya. Ketahuilah,  masih banyak orang-orang di luar sana yang tidak seberuntung kita.

“Sesungguhnya barang siapa yang bersyukur, maka akan Ku-tambah nikmatmu, dan barang siapa yang mengingkarinya, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.”(Q.S. 14:7).

Fitrah itu syukur bukan kufur.
Inilah momentum memperbesar rasa syukur untuk memelihara kebersihan hati. Hanya bersyukur yang mampu membuat kita lebih menjaga, menyayangi, dan mencintai apa yang sudah kita miliki, bukan yang lainnya. Dan salah satu cara untuk bersyukur adalah dengan sedekah. Berbagi apa yang sudah kita miliki untuk orang lain yang membutuhkan, baik harta maupun ilmu. Karena bersedekah, tidak akan membuat seseorang kekurangan. Justru segala nikmat akan ditambahkan-Nya.

Berangkat dari realitas itu, TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Lentera Pustaka yang berlokasi di Desa Sukaluyu Kaki Gunung Salak Bogor pun sangat bersyukur atas tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak usia sekolah yang selama ini telah diperjuangkan. Sedekah berupa ilmu dan buku-buku menjadi cermin wujudu syukur yang tiada tara. Karena anak-anak yang tadinya tidak memiliki akses bacaan kini telah gemar mebaca seminggu 3 kali, dengan rata-rata membaca 5-10 buku per minggu. TBM Lentera Pustaka pun terus bersyukur atas dukungan dan kontribusi berbagai pihak, seperti masyarakat, anak-anak, petugas baca, para donatur serta pihak koprorasi yang selama ini menyalurkan CSR untuk mendukung aktivitas TBM Lentera Pustaka.


“Atas nama TBM Lentera Pustaka, saya bersyukur atas dukungan dan donasi yang telah diberikan berbagai pihak. Sehingga aktivitas membaca di taman bacaan ini berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang luar biasa. Semoga sinergi ini menjadi contoh yang baik dalam mensyukuri karunia Allah SWT” ujar Syarifudin Yunus, Pendiri dan Kepala Program TBM Lentera Pustaka.

Maka ke depan, TBM Lentera Pustaka akan terus membangun tradisi baca dan budaya literasi di kalangan anak-anak usia sekolah. Sebagai wujud rasa syukur dan kepedulian terhadap sesama.  


Fitrah itu syukur. Agar kita tidak terlalu sibuk menghitung yang belum ada. Tapi lebih banyak berterima kasih atas apa yang ada.


Karena hari ini, masih ada yang bernafas tapi tidak bersyukur … #TGS #FitrahItuSyukur #IdulFitri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar