Harus diakui, zaman now
tidak banyak anak-anak yang pandai membaca Al Quran. Kenapa? Sebagian menjawab
karena malas, sebagian lagi bilang sangat sulit. Bahkan yang paling banyak
bilang tidak punya waktu. Sudah pasti, alasan apapun terlalu mudah untuk
dicari. Padahal bagi umat Islam, hanya di Al Quran ada petunjuk untuk hidup di
dunia, ada pahala yang besar. Dan membaca Al Quran, yang paling penting, pasti mendatangkan
kebaikan.
Berangkat dari realitas itu, saya
menuliskan catatan ini. Sebagai bentuk apresiasi dan sekaligus “cara mudah
dimudahkan segala urusan” akibat kita senang membaca Al Quran. Adalah Riska
Nurul Fajirin, anak yatim kelas VI SD yang selama ini aktif dan rajin membaca
di TBM Lentera Pustaka berhasil menggaet Juara III Lomba Tahfidz “Hisbah Ceria
Season 2 – Menciptakan Generasi Muda Robbani” yang diselenggarakan Yayasan Al
Hisbah Bogor pada 30 Desember 2018.
Di usia 12 tahun, Riska mampu bersaing
dengan 30 peserta lomba tahfidz yang ada. Sebagai juara 3, dia berhak
memeproleh hadiah berupa uang R. 75.000 + piala + piagam. Tentu jangan dilihat
dari hadiahnya. Tapi ini sinyal bahwa anak-anak yang mampu membaca Al Quran
apalagi hafal, adalah penyelamat kehidupan dunia yang kian hingar-bingar. Silakan dicek, di balik musibah tsunami di
Selat Sunda, bahkan di Palu dan Aceh dulu, pasti ada anak-anak yang diselamatkan
Allah SWT karena mereka “tercatat dalam keseharian” rajin membaca Al Quran,
termasuk hafiz atau penghafal Al Quran.
Maka TBM Lentera Pustaka yang terletak
di Kp. Warung Loa Desa Sukaluyu Kec. Tamansari Kab. Bogor merasa penting untuk
mengangkat kisah Riska, 12 tahun yang sekitar pertengahan tahun 2018 lalu baru
saja ditinggalkan ayahnya. Kini Riska seorang anak yatim. Sejak TBM Lentera
Pustaka berdiri November 2017 lalu, Riska adalah anak yang aktif dan rajin
membaca di TBM. Bahkan ia sempat menyabet “pembaca terbaik” TBM Lentera Pustaka
pada Maret 2018 lalu. Atas ketekunan dan kerajinannya untuk selalu hadir pada
jam baca tiap Rabu sore, Jumat sore, dan Minggu pagi.
Harus diakui, mencetak anak-anak yang pandai
membaca Al Quran tidaklah mudah. Bahkan mencetak anak yang hafal Al Quran
pastinya sangat sulit. Di samping butuh kemauan dan niat yang tulus, anak yang
gemar membaca Al Quran harus didukung oleh lingkungan dan keluarga yang “getol”
membaca Al Quran. Inilah salah satu pentingnya membangun “budaya literasi” di
sebuah lingkungan, di sebuah wilayah. Agar anak-anak rajin membaca, termasuk
membaca Al Quran.
Khusus untuk Riska, kemampuan membaca Al
Quran dan menjadi seorang hafiz, apalagi dalam keadaan sebagai anak yatim sudah
pasti “kebiasaan” hari-harinya tidak sama dengan anak-anak lainnya. Di samping
rajin sholat, keseharian Riska pasti dekat dengan kebiasaan membvacxa Al Quran
di rumah di madrasah, membantu Ibu di rumah, membimbing adik-adiknya di rumah,
membaca di TBM Lentera Pustaka hingga rajin belajar. Perilaku anak-anak zaman
now seperti Riska inilah yang sudah langka.
"Saya menuliskan
kisah tentang Riska, sebagai rasa syukur dan bangga. Karena setidaknya,
kehadiran TBM Lentera Pustaka telah membuatnya berani tampil di muka umum dalam
lomba tahfiz. Alhamdulillah, dia bisa meraih Juara 3. Ini prestasi anak kampung
yang patut diapresiasi. Sederhana tapi harus ada yang mau mempromosikannya”
ujar Syarifudin Yunus, Kepala Program TBM Lentera Pustaka yang sangat bergembira
saat mendapat kabar ini.
Zaman boleh maju. Tapi sayang, peradaban dan
sikap cinta kepada dunia pun makin menggila. Hingga akhirnya, berapa banyak
anak-anak dan orang dewasa yang kian “menjauh” dari Al Quran. Manusia sering
lupa, kehidupan dunia bukanlah tujuan tapi “jembatan” untuk menuju kehidupan
yang abadi di akhirat. Oleh karena itu, ibadah wajib termasuk ibadah membaca Al
Quran harus mampu mengimbangi kehidupan dunia yang kian fana.
Inilah momentum penting untuk “menghidupkan
kembali” anak-anak kita untuk dekat dengan Al Quran; membacanya lalu
mengahfalnya. Alasannya sederhana, karena hebatnya keutamaan membaca Al Quran.
Mungkin kita lupa, Membaca Al Quran adalah
perdagangan yang tidak pernah merugi. Satu huruf AL Quran yang dibaca. Selain itu, membaca Al Quran bagaimanapun akan mendatangkan kebaikan
dan syafaat yang luar biasa. Dan yang paling penting, salah satu ibadah paling
agung di mata Allah SWT adalah membaca Al Quran. Karena dengan membaca Al
Quran, siapapun tidak akan sesat di dunia dan tidak akan merugi di akhirat.
Maka, jadikanlah membaca Al Quran sebagai tradisi. Budaya literasi untuk
membaca, membaca buku pengetahuan dan membaca Al Quran. Agar mendapat petunjuk
dan tuntunan, bagaimana seharusnya kita “hidup” di dunia yang sementara ini?
Bukan
hanya dimuliakan oleh Allah SWT, membaca Al Quran sevara terus-menerus dan
setiap hari pada akhirnya pun mampu menyelamatkan kedua orang tua, seperti apa
yang dilakukan Riska si anak yatim. Bahkan lebih dari itu, bila suatu wilayah
atau keluarga ingin terbebas dari masalah di dunia dan mendapatkan anugerah
Allah SWT yang tiada berbatas, menurut saya, resepnya hanya satu: “rajin-rajinlah
membaca Al Quran”.
Semangat
budaya literasi inilah yang menjadikan TBM Lentera Pustaka ingin berbuat lebih
banyak kepada masyarakat dan anak-anak usia sekolah. Oleh karena itu, TBM
Lentera Pustaka mengusung motto #BacaBukanMaen agar anak-anak “selalu dekat
dengan buku”. Bahkan kini, TBM Lentera Pustaka pun telah memulai GErakan
BERantas BUta aksaRA (GEBER BURA) sebagai ikhtiar untuk membebaskan ibu-ibu dan
bapak-bapak dari buta hurif. Sederhana saja, agar mereka bisa membaca Al Quran
atau terjemahannya saat di bulan puasa.
Ini hanya secuil kisah anak yatim dari
TBM Lentera Pustaka, Riska namanya yang berhasil meraih Juara 3 Tahfiz.
Sementara anak-anak lainnya, tiap malam sibuk memegang remote televisi
menonton acara yang tidak bermanfaat. Sementara anak-anak lain lebih senang
nongkrong yang tidak ada gunanya. Mengapa kita tidak menyuruh anak-anak kita
untuk rajin membaca Al Quran bila tahu kehebatan manfaatnya?
Semoga anak-anak kita,
anak-anak TBM Lentera Pustaka kian rajin membaca. Karena dengan membaca, Allah
akan memberi kekuasaan di tangan kanan dan kekekalan di tangan kiri. Dan di
atas kepala akan dipasang “mahkota perkasa” yang harganya tidak dapat dibayar
oleh seluruh penghuni dunia sekalipun.
Maka budaya literasi, harus
terus tumbuh dan bersemayam di anak-anak kita. Kalau bukan kita siapa lagi?
Kalau bukan sekarang kapan lagi? ….
Salam Literasi #BudayaLiterasi
#BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar