Sebut saja Budi, seorang eksekutif sukses. Setiap malam seperti biasanya, ia sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawa pulang ke rumah. Dia sibuk. Sibuk mempersiapkan rapat penting dengan para pemegang saham besok pagi. Sementara ia sedang asyik mereview dokumen kantor tersebut, putrinya Tiara datang mendekatinya, berdiri tepat di sampingnya, sambil memegang buku cerita baru. Buku itu bergambar seorang “peri kecil” yang imut dan sangat menarik perhatian Tiara.
"Ayah, lihat deh…!" ujar
Taiara berusaha menarik perhatian ayahnya.
Budi sedikit menengok ke arahnya.
Sambil menurunkan kacamatanya. Kalimat yang keluar hanya basa-basi, "Wahh,..
itu buku baru ya Tiara?"
"Yaa.. Ayah", Tiara
berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari ayahnya.
"Bacain Tiara dong Yah",
pinta Tiara lembut.
"Wah Ayah lagi sibuk sekali, jangan sekarang deh"
sanggah Budi dengan cepat. Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada
kertas-kertas yang berserakan di depannya, dengan serius.
Tiara bengong sejenak, namun ia
belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu, "Ayah,
Mama bilang Ayah mau bacain buku untuk Tiara.."
Budi mulai agak kesal, "Tiara,
Ayah lagi sibuk. Sekarang kamu minta Mama yang baca ya?"
"Ya Ayah, Mama sibuk juga. Ayah
lihat deh gambarnya lucu-lucu !"
"Lain kali aja Tiara, sana! Gak
ngerti Ayah lagi banyak kerjaan". Budi berusaha memusatkan perhatiannya
pada lembar-lembar kertas tadi.
Menit demi menit berlalu. Tiara
pun menarik nafas panjang dan tetap di situ, tetap berdiri di sampping ayahnya
penuh harap. Dan tiba-tiba ia mulai lagi, "Yah,… buku ini gambarnya bagus
deh. Ayah pasti suka".
"Tiara, AYAH BILANG, LAIN
KALI AJA. JANGAN SEKARANG !!" kata Budi membentaknya dengan keras. Kali
ini Budi pun berhasil.
Semangat Tiara kecil membaca buku
pun drop. Ia sedih, hampir menangis dengan mata berkaca-kaca. Ia bergeser menjauhi dari ayahnya "Iya Yah,..
lain kali ya Yah?". Tiara pun masih
sempat mendekat dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya. Ia menaruh buku
cerita di pangkuan sang Ayah.
"Yah, kalau Ayah sudah ada
waktu, Ayah bacain keras-keras ya, supaya Tiara bisa dengar"…
Tanpa terasa dua minggu pun
berlalu.
Tapi permintaan Tiara untuk
dibacakan buku oleh ayahnya bellum juga terpenuhi. Sang Ayah lagi-lagi, belum
punya waktu untuk membacakan buku cerita ‘peri kecil'. Entah, sang anak
menunggu sampai kapan?
Hingga pada suatu sore di akhir
minggu … Tiba-tiba, terdengar suara hentakan keras "Brakkk!!". Seorang
tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Tiara si anak kecil tertabrak. Ia
terlindas kendaraan seorang pemuda mabuk yang melaju kendaraannya dengan
kencang, persisi di depan rumahnya. Tubuh Tiara terpental beberapa meter. Histeriss.
Dalam keadaan panic, ambulance didatangkan secepatnya.
Selama perjalanan menuju rumah
sakit, wajah Tiara sembab menahan sakit yang sangat. Air mata mengalir deras,
sakit yang tak terperikan. Tiara pun sempat berkata dengan begitu lirih, "Ayah,
Tiara takut. Mama, Tiara takut Ma. Tiara sayang banget sama ayah dan
mama". Darah segar terus keluar dari kepalanya, bahkan dari mulutnya. Sudah kehendak-Nya. Tiara pun tidak tertolong
lagi ketika sampai di rumah sakit.
Hati Budi sang ayah terguncang
hebat. Kedua tangannya dibenturkan ke kepalanya sendiri. Ia menyesal. Tidak ada
lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. MEMBACAKAN YANG KERAS BUKU CERITA ANAKNYA …
Kini yang tersisa, hanya penyesalan.
Permintaan sang buah hati yang “sangat sederhana” pun tidak mampu ia penuhi.
MEMBACAKAN BUKU CERITA untuk sang buah hati pun tak mampu ia lakukan. Tangan
mungil anaknya sambil memberi buku ke pangkuannya, kini tingal kenangan. Masih Masih
segar terbayang dalam ingatan Budi.
"Ayah bacain buku cerita ini
keras-keras ya, supaya Tiara bisa dengar". Kata-kata Tiara masih terngiang-ngiang.
Budi menyesal, karena tidak bisa memenuhi permintaan anaknya. Walau hanya
membacakan buku ..
DUKA
MENDALAM DIRASAKAN Budi, sang ayah.
Sore itu setelah segalanya telah
berlalu, yang tersisa hanyalah keheningan dan kesunyian. Tiidqak ada lagi canda
dan tawa Tiara kecil. Sunyi, suara Tiara tidak terdengar lagi. Dan Budi, baru
mulai membuka buku cerita ‘Peri Kecil' yang diambilnya perlahan dari onggokan
mainan Tiara di pojok ruangan. Buku yang sudah tidak baru lagi. Sampulnya sudah
using, terkoyak. Ada coretan tak berbentuk yang dibuat Tiara. Goreta pensil,
pulpen menghiasi lembar-lembar halaman buku itu. Seperti sebuah kenangan hendak
digoretkan dari Tiara kecil.
Dengan mata yang berkaca-kaca, Budi
berusaha menguatkkan hati.
Ia membuka halaman pertama dan
membacanya dengan suara keras. Tampak sekali, ia membacanya dengan suara keras.
Sebagaimana permintaan anaknya dulu. Ia terus membacanya dengan suara keras,
halaman demi halaman sambil berlinang air mata.
"Tiara dengar ayah baca
ya." Selang beberapa kata… suaranya terbata-bata lalu memohon lagi, "Tiara,
ayah mohon ampun Nak,... Ayah sayang Tiara."
Kata demi kata, dibaca Budi
dengan keras. Keras dan semakin keras.
Setiap kata dalam buku bacaan itu
begitu menggores lubuk hatinya. Batinnya makin terluka. Duka yang mendalam. Tak
kuasa menahan itu, Budi bersujud dan menangis, memohon satu kesempatan lagi
untuk “membacaan buku cerita untuk anaknya yang dicintai.”
Bagi banyak orang tua, mengapa harus
menunggu hingga semuanya sudah terlambat?
Mengapa Anda harus menunda untuk
memberi perhatian, memenuhi permintaan anak-anak yang kita sayangi? Memangnya, Anda
bekerja penuh kesibukan untuk siapa? Untuk karier Anda, untuk kesuksesan Anda,
untuk nama besar Anda? Lalu, di mana keluarga dan anak-anak kita?
KINI
SAATNYA …
BERIKAN
PERHATIAN TERBAIK DAN SEDERHANA UNTUK MEREKA, ANAK_ANAK KITA?
BACAKAN
BUKU CERITA UNTUK MEREKA. Karena mereka terlalu sering membaca buku sendiri.
Dan hari
ini, mungkin esok. Anak-anak itu ingin sekali dibacakan oleh orang tuanya.
LAKUKAN
SEKARANG …. BACAKAN BUKU UNTUK ANAK_ANAK KITA.
=============
Jadilah RELAWAN & DONATUR TBM LENTERA PUSTAKA untuk membangun tradisi baca bagi sekitar 500 anak-anak/remaja yang membutuhkan, di
samping memberi edukasi akan pentingnya peradaban dan etika.
Untuk informasi lebih lanjut dan partisipasi/donasi dapat menghubungi:
TBM Lentera Pustaka
Jl. Masjid Jami Kp. Warung Loa No. 77 RT 01/12 Desa Sukaluyu Kec. Taman Sari Kab. Bogor 16610
Telp: 0818 194172 – 0812
8568 3535 atau Email: lentera.pustaka77@gmail.com
Rekening Bank BNI Cabang Jkt. Sampoerna Strategic (a.n.
Syarifudin Yunus)
No. Rek. 028-826-1601
Mari wujudkan mimpi anak-anak di masa depan melalui buku ...
#TBMLenteraPustaka
Come Visit the Leading Online Gambling Site in Indonesia Using the Original Indonesian Currency and the Real and Safe Trusted Player vs Player Until Now!
BalasHapuslink:
1. POKERQQ
2. SUKSESDOMINO
3. ASIKBDRQQ
4. RAJADOMINO88
5. ADILQQ
6. POKER228
7. POKER757
8. IDRPOKER
9. OMPOKER
10. JITUPOKER