Ini hanya sebuah nasihat literasi dari orang awam. Bahwa “umur manusia hanya seutas benang, maka tenunlah sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain”. Sebuah perumpamaan tentang betapa pendek umur manusia di bumi, betapa rapuh makhluk bernama manusia, dan betapa tidak pastinya hidup setiap orang. Jadi, untuk apa seutas benang yang kita miliki? Dibiarkan, diunati untuk diri sendiri, atau ditenun menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain.
Manusia sering lupa, dari mana berasal dan mau ke mana hendak
pergi? Umur manusia memang hanya seutas benang. Benang itu tipis, mudah
putus, dan terbatas panjangnya. Begitu juga hidup: singkat, tidak pasti, dan bisa berakhir kapan saja.
Maka tenunlah sesuatu yang bermanfaat. Meski “benang” hidup terbatas, kita masih bisa menenun
sesuatu yang indah, berupa: kebaikan, kontribusi, membantu sesama, karya yang
memberi nilai, hubungan baik, hingga manfaat untuk orang lain. Untuk
meninggalkan “warisan” baik, sebagai bekal saat “benang terputus” pada
waktunya.
Waktu yang membuktikan. Bahwa hidup itu singkat, hidup pun hanya
sementara. Urip iku sing mampir Ngombe. Maka gunakanlah waktu yang ada untuk
berkarya dan memberi manfaat kepada orang lain. Selagi masih ada seutas benang,
tenunlah sesuatu untuk orang lain. Sebab pada akhirnya, bukan soal berapa lama kita
hidup. Tapi apa yang kita tenun dari hidup itu: kebaikan, amal, dan kemanfaatan.
Dalam perjalanannya, mungkin ada hati terasa disakiti. Sering dizolimi
atau pun dicaci. Seutas benang pun punya dorongan untuk membalasnya. Atas dasar
ego dan hawa nafsu. Tapi hati yang lapang, selalu mengingatkan tenunlah seutas
benang menjadi manfaat untuk orang lain. Karena di situ, barangkali ada ridho-Nya,
ada berkah dan menjadi pintu rezeki yang tidak terduga.
Berusaha ikhlas untuk tidak membalas dendam saat hati terluka memang
sulit. Tapi itulah yang bisa menjadi kunci pembuka kebaikan dan keberkahan
siapapun. Tetap sabar dalam segala keadaan, suka maupun duka. Berani melepaskan
dendam, yang berarti melepaskan beban, ikhtiar untuk membersihkan hati, dan selalu
mau introspeksi diri. Sambil menciptakan ruang dan energi positif untuk
mengalir masuk ke dalam jiwa.
Umur manusia hanya seutas benang, tenunlah sesuatu yang manfaat
untuk orang lain. Berlapang dadalah di segala keadaan, maafkanlah saat disakiti
dan teruslah muhasabah diri. Sebab di situ, kita tidak hanya membebaskan diri
sendiri dari kepahitan, tetapi juga menunjukkan kekuatan batin yang luar biasa.
Bertumpu pada hati yang besar dan berserah diri hanya kepada-nya.
Jadi, lebh baik fokuskan energi pada kebaikan dan keikhlasan, tebarkan
manfaat di mana pun berada. Hingga seutas benang itu membawa ketenangan dan
kelimpahan untuk menemukan jalannya kepada kita. Sungguh, manusia bukanlah
apa-apa dan bukan siapa-siapa. Umur manusia memang hanya seutas benang. Salam
literasi!

Tidak ada komentar:
Posting Komentar