Ada benarnya, matematika umroh tidak masuk akal. Sebab umroh memang bukan panggilan “uang” tapi panggilan “hati”. Banyak yang kaya raya tapi belum bisa berangkat. Banyak pula yang pas-pasan tapi bolak-balik ke tanah suci. Umroh atau haji, memang undangan spesial. Sebab di kala umroh, kita ini adalah “tamu Allah”. Maka tuan rumah berhak memilih, siapa yang Dia undang? Uang hanya sarana, tapi izin Allah adalah kuncinya. Dapat izin atau tidak dari “tuan rumah”.
Matematika umroh sering tidak masuk akal. Ada logika yang patah
ketika umroh. Kok bisa tukang bubur naik haji. Ada pula pemulung dan tukang
parkir yang berangkat umroh. Tapi tidak sedikit direktur sebuah perusahaan yang
batal berangkat umroh karena hal sepele. Itu semua bukti di tanah suci, logika
matematika manusia tidak berlaku.
Ke tanah suci, ternyata modal utamanya hanya “rindu dan niat”.
Allah tidak memanggil yang mampu. Tapi Allah memampukan yang terpanggil. Lebih
baik tanamkan niat yang kuat, “Ya Allah, aku rindu. Undang aku ke rumah-Mu,
caranya terserah Engkau”.
Rezeki belum punya? Memang rezeki itu ajaib. Banyak kisah, uang
pas-pasan tapi daftar umroh. Tiba-tiba rezeki datang dari arah yang tidak
disangka-sangka. Atau sepulang umroh, uang yang habis terganti berlipat ganda.
Jangan takut miskin atau uang habis karena umroh. Pasti dan selalu ada
gantinya.
Pengalaman nyata, tahun 2017, saya dan keluarga (istri dan 3 anak)
bisa berangkat umroh, alhamdulillah. Niat biar bisa balik lagi, alhamdulillah
April 2024 berangkat umroh bersama anak bontot. Karena rindu dan niat lagi,
insya Allah awal Januari 2026 berangkat bersama istri. Memang benar, asal niat
ternyata rezeki selalu ada saja. Pergi ke tanah suci, insya Allah manfaatnya:
bisa menghapus dosa, doa dikabulkan, pahala ibadah berlipat ganda,
menghilangkan kefakiran, meninggikan derajat, iman dan takwa lebih kokoh, hidup
lebih berkah, dan rezeki dikembalikan setimpal oleh-Nya.
Maka jangan menunda untuk ke rumah-Nya. Nanti saja kalau sudah
tua, nanti saja kalau sudah banyak uang. Sementara, kematian tidak menunggu
kita tua. Bukankah Ka’bah merindukan kita sekarang, bukan nanti? Bismillah dan
niatkan, tahun depan saya dan keluarga berangkat umroh. Kun fayakun, biarkan
alam semesta dan pemiliknya yang mengamini doa kita. Umroh, jangan hitung isi
dompet tapi hitung keyakinan kita. Yakinlah, jalur langit ada jalannya sendiri,
Insya Allah …



Tidak ada komentar:
Posting Komentar