Terkadang, sebaik-baiknya niat apapun bisa tampak buruk di mata yang telah menutup pandang. Sebaik-baiknya perilaku pun, tetap terlihat salah bagi mereka yang hatinya sudah menolak untuk memahami, apalagi memengertikannya. Selalu ada salah prasangka, daridulu hingga kini.
Begitulah
hidup — seperti secangkir kopi. Tidak semua orang mampu menikmati pahitnya. Ada
yang langsung menuduh getir, padahal di sanalah kejujuran rasa berdiam. Sebab kopi
tidak pernah menuntut, ia hanya hadir dan memberi rasa. Hidup memang bukan
tentang selalu manis, tapi tentang bertahan dalam pahit. Begitulah secangkir
kopi, hidup kadang pahit, tapi tetap layak dinikmati. Asal Ikhlas.
Secangkir kopi di taman
bacaan pun tidak lepas dari prasangka. Tapi bagaikan secangkir kopi yang pahit,
taman bacaan yang didasari niat baik pun tidak bisa ditolak rasanya. Semakin
kita merawatnya, semakin nikmat rasanya. Seperti secangkir kopi, selalu ada
ras. Kadang manis, kadang pahit tetapi tetap membuat kita ketagihan.
Kebaikan di taman bacaan
ibarat kopi yang diseduh dari ketulusan. Aromanya hangat, niatnya murni. Namun
ketika diseruput oleh lidah yang menyimpan kebencian, semanis apa pun ia, tetap
terasa pahit. Maka biarlah tetap pahit. Jangan berhenti menjadi baik hanya
karena dunia tidak pandai mengecap niat baik.
Sebab kopi pun tahu, pahit
bukan berarti buruk. Karena taman bacaan pun tahu, tiap kebaikan selalu ada
yang tidak menyukainya. Sebab di sanalah keindahan rasa yang paling jujur
bersembunyi. Maka teruslah berbuat baik dan menebar manfaat di taman bacaan. Seperti
cinta kaum penikmat kopi, taman bacaan pun tidak pernah habis untuk dinikmati
setiap hari. Harus tetap diseduh dan butuh waktu untuk merasakan kehangatannya.
Setiap tegukan kopi, pasti
ada perjuangan. Saat berada di taman bacaan pun, selalu ada cinta dan air mata.
Namun di bakiknya, ada harapan untuk meraih kebahagiaan. Maka di taman bacaan,
seperti meneguk secangkir kopi. Kita ajarkan untuk tidak terburu-buru dan cukup
nikmati setiap prosesnya. Pada kopi, cinta dan taman bacaan, selalu ada rasa yang
tidak pernah cukup
Jadilah seperti kopi di taman
bacaan, tidak sempurna tapi selalu ada untuknya. Teruslah berbuat baik di taman
bacaan, hingga seperti kopi yang menuai rasa. Seperti hati yang menuai cinta. Hingga
terasa sepanjang malam. Salam literasi!




Tidak ada komentar:
Posting Komentar