Di sekolah hari ini, mungkin banyak anak diajarkan tahu rumus ekonomi (pengetahuan). Tapi belum tentu jujur dalam bertransaksi ekonomi (karakter). Maka di situlah pentingnya memadukan pendidikan kognitif vs pendidikan karakter anak. Belajar yang menekankan pada “apa yang diketahui” seperti rumus, teori, hafalan sama pentingnya dengan karakter yang menekankan pada “bagaimana bertindak dengan pengetahuan yang dimiliki” untuk tetap jujur, disiplin, empati, tangguh, dan bertanggung jawab. Seimbang antara membentuk pikiran dan hati secara sekaligus, itulah pendidikan yang ideal.
Pendidikan semestinya bukan sekadar soal menghitung dan
menghafal. Tapi juga tentang membentuk karakter. Untuk jadi guru bila hanya
ditakuti bukan dihormati, untuk apa pula mendidik anak jadi pintar tapi tidak
punya karakter. Wajar bila akhirnya, belajar jadi kegiatan yang terasa
menegangkan, tidak lagi menyenangkan. Sekolah justru menjadi beban, bukan ruang
pertumbuhan. Di sinilah “pekerjaan rumah” pendidikan, menjadikan belajar
sebagai kegiatan yang menyenangkan.
Belajar yang maju itu bukan di tempat megah atau programnya
banyak. Tapi maju itu karena punya arah, nilai dan punya kesadaran tentang ap
aitu mendidik. Guru dan siswa bukan sibuk mengejar nilai. Tapi mencari arti
dari setiap Pelajaran. Kita sering lupa,
kedasaran iitu akar dari segala perubahan. Pendidikan yang maju tidak berdiri
di atas ego guru tapi di atas kerja bersama. Guru, siswa,, orang tua, dan
lingkungan harus terlibat untuk membangun ekosistem belajar yang sehat dan
menyenangkan. Tanpa kesadaran dan kolaborasi, pendidikan dan belajar hanya
seadar narasi dan bangga di ruang diskusi.
Berangkat dari spirit itulah TBM Lentera Pustaka memiliki
program KElas PRAsekolah (KEPRA), yang diikuti 40-an anak usia prasekolah
(sebelum SD) yang berasal dari 4 desa. Tiap Selasa, Kamis dan Minggu, anak-anak
ini belajar calistung dan berkreasi di taman bacaan. Sekaligus memberi ruang sejak
dini untuk anak-anak agar memiliki karaketr yang baik dan tangguh. Punya adab
dan akhlak, jujur, disiplin, empati, dan mampu aktualisasi diri sesuai potensi
dirinya secara asyik dan menyenangkan. Program KEPRA di TBM Lentera Pustaka
tidak pernah bertekad menjadikan anak-anak pintar. Tapi cukup menjadi anak-anak
yang punya “kesadaran, mau berpikir, dan berani kolaborasi”. Karenanya, belajar
harus asyik dan menyenangkan. Itulalh TBM Eduatinment yang digagas Pendiri TBM
Lentera Pustaka.
Pendidikan dann belajar, pada akhirnya bukan untuk menghasilkan
orang cerdas. Tapi memproduksi anak-anak yang berkarakter dan berintegritas,
yang mampu menggunakan pengetahuannya untuk kebaikan bersama. Tidak cengeng dan
mau “mendekatkan” antara harapan dan kenyataan.
Sebab, pendidikan adalah menyalakan api, bukan mengisi
bejana (William Butler Yeats). Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
#KelasPrasekolah
.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar