Salah satu prinsip yang dijaga di TBM Lentera Pustaak di
kaki Gunung Salak Bogor adalah “tidak boleh membandingkan anak dengan orang
lain”. Selain dibiasakan membaca buku, anak-anak TBM Lentera Pustaka dilatih
untuk berpendapat dan mampu menemukan potensinya sendiri. Taman Bacaan hanya
memberi ruang dialog untuk anak-anak pembaca aktif, di samping memotivasi untuk
terus maju dan membaca buku.
Tidak boleh membandingkan anak dengan orang lain. Sebab
semuanya berada pada jalannya masing-masing. Tidak ada yang sama tiap anak, dan
mereka tumbuh dengan jcaranya sendiri. Sementara orang dewasa berpikir “memabdingkan
anak” dianggap sebagai motivasi. Salah, berani berpikir untuk membandingkan
anak yang satu dengan yang lainnya berartio sedang menanamkan rasa tidak pernah
cukup. Menumbuhkan keinginan bersaing akibat orang lain, pengen lebih unggul
dari lainnya. Jadi, pendidikan sejatinya harus “mengharamkan” nasihat atau
motivasi yang membandingkan anak dengan orang lain. Biarkan tiap anak
berkembang sendiri, dan orang tua atau orang dewasa cukup memfasilitasi dan
memberi nasihat baik.
Kenapa begitu? Karena seorang anak yang disbanding-bandingkan
dengan anak yang lain akan mudah frustrasi. Dianggap kurang pintar, urang
kreatif, bahkan dianggap tidak lebih baik dari anak yang lain. Kata siapa
begitu. Apakah orang tua atau orang dewasa telah mengajarkan pentingnya
anak-anak untuk berkembang dan menenukan potensi dirinya masing-masing,. Ingat,
sekolah itu gagal katena menyamaratakan setiap anak. Sekolah tidak mampu mengajak
anak menemukan jati dirinya, apalagi optensinya. Sekolah sekadar formalitas
semata!
Kasihan anak-anak yang sering dibandingkan dengan orang
lain.. Seakan hidupnya tidak ada artinya. Meski sudah belajar keras dan
berusaha, apa yang dicapainya tidak pernah diakui karena standarnya selalu
diarahkan pada orang lain. Lama-kelamaan, akhirnya anak-anak tumbuh dengan rasa
iri, minder, bahkan membenci dirinya sendiri. Alasannya mendidik tpai
menyesatkan.
Maka di TBM Lentera Pustaka, hal yang selalu dijaga
adalah setiap anak punya potensi masing-masing. Anak0anak yang difasilitas
melalui buku-buku bacaan, dimotivasi, dilatih afektif dan psikomotoriknya.
Untuk selelau bersemangat dan punya energi untuk mencapai cita-citanya. Tanpa
perlu membandingkan dirinya dengan anak-anak yang lain. Karena membandingkan diri
dengan orang lain pasti dapat merusak harga diri anak itu sendiri. Alih-alih si
anak tumbuh dalam kompetisi, justru membuat anak-anak bisa terjebak dalam
kompetisi yang tidak sehat dan solidaritas semu. Seperti yang terjadi di masyarakat
saat ini, solidaritas semu!
Taman bacaan, sudah cukup mengambil peran untuk “memerdekakan
anak” secara pribadi. Agar tetap tumbuh dan berkembang tanpa meninggalkan jati
dirinya. Salam literasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar