Mungkin salah besar, bila pendidikan hanya dijadikan alat untuk mengejar angka atau peringkat di atas kertas. Lalu dianggap “unggul” dari lainnya. Pendidikan tidak ada apa-apanya bila yang bertumpu pada kepintaran tanpa dukungan moral atau karakter. Justru sejatinya, pendidikan semestinya mampu membentuk manusia yang bernilai bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.
Nilai akademis, hanyalah
salah satu indikator dalam pendidikan. Bukan tolok ukur utama keberhasilan
seseorang. Untuk apa sekolah bila hanya mengejar angka dan dibilang pintar?
Sungguh, terlalu banyak orang terjebak pada obsesi mendapatkan nilai di
sekolah. Meraih nilai tinggi agar dibilang pintar. Hingga lupa bahwa kecerdasan
sejati tercermin dalam karakter yang berkualitas, kemampuan berpikir kritis,
kreativitas, dan kontribusi nyata dalam kehidupan. Aksi nyata untuk masyarakat.
Harus diakui, saat ini pendidikan
sering kali dijadikan sarana untuk mengoleksi sertifikat atau nilai. Siswa hanya
“diadu” untuk meraih prestasi akademik. Jam belajar digenjot hanya untuk menggapai
rangking dan kategori “bagus”. Akhirnya, sekolah kehilangan ruhnya sebagai
tempat menumbuhkan manusia seutuhnya, tempat lahirnya karakter dan akhlak baik
di kalangan peserta didik. Sekolah yang kian jauh dari upaya menanamkan rasa ingin tahu, membentuk
karakter, dan menumbuhkan integritas.
Kita sering lupa, orang yang
cerdas di atas kertas belum tentu mampu menghadapi kompleksitas hidup di dunia
nyata. Banyak orang cerdas terbukti “gagal”
bila tidak memiliki keberanian, kejujuran, dan kepekaan sosial sebagai buah
dari pendidikan. Maka, pendidikan harusnya berfokus pada pengembangan manusia,
bukan sekadar pencetak angka di rapor atau ijazah.
Lebih jauh lagi, harusnya
pendidikan mampu menjadikan si pembelajar menjadi “lebih bernilai”. Ketika ilmu yang
kita peroleh bisa memberi manfaat kepada banyak orang. Berani berbuat baik, mau
mengabdi secara sosial, dan mendedikasikan diri bukan hanya untuk kepentingan
pribadi. Sebab, seorang yang bernilai bukan hanya pandai memecahkan soal ujian,
melainkan mampu memecahkan masalah nyata yang ada di masyarakat. Sekolah yang
baik adalah sekolah yang tidak hanya mendidik murid untuk menjadi pintar. Tapi
juga mampu membentuk manusia yang berkarakter, peduli, dan siap menghadapi
tantangan dunia seberat apapun dengan penuh integritas.
Seperti relawan yang
berkiprah di taman bacaan. Tanpa pamrih dan jauh dari panggung popularitas,
relawan taman bacaan tetap mau mengabdi dan berkiprah untuk meningkatkan kegemaran
membaca anak-anak dan budaya literasi masyarakat. Sebuah kepedulian sosial di
jalan sunyi literasi. Untuk mengubah niat baik jadi aksi nyata. Prinsip itulah
yang kini tetap menyala di relawan TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak
Bogor.
Pendidikan bukan hanya di
ruang kelas. Pendidikan sejati bukanlah tentang akumulasi nilai, melainkan
perjalanan membentuk diri agar lebih bermakna, lebih bermanfaat untuk orang
lain. Nilai akademis bisa hilang, sertifikat bisa usang, tapi nilai diri yang
dibangun melalui sikap, pengetahuan yang bermanfaat, dan kontribusi pada
kehidupan akan selalu dikenang. Pada akhirnya, sekolah yang baik bukan yang
menghasilkan murid dengan nilai tertinggi, tetapi murid dengan kualitas hidup
yang berarti. Itulah pendidikan yang memberdayakan dan bermakna. Salam literasi!



Tidak ada komentar:
Posting Komentar