Generasi X atau Gen
X adalah generasi yang lahir antara 1965-1980. Di tahun 2025 ini, Gen X yang lahir
tahun 1965-an pasti sudah pensiun. Seperti saya kelahiran tahun 1970, secara normative
juga sudah memasuki usia pensiun di tahun 2025 ini. Sebagian besar Gen X di
Indonesia pun akan segera pensiun dalam 10 tahun ke depan. Khusus di industri
dana pensiun, maka akan ada “gelombang” pensiun pada peserta Gen X, utamanya
bagi gen X yang kepesertaan di dana pensiun sudah melebihi 10 tahun.
Memang, tidak ada
data yang memadai tentang jumlah Gen X yang ikut dana pensiun atau berapa jumlah
uang pensiun yang dimiliki Generasi X di Indonesia? Tentu sangat bervariasi
dan sulit untuk ditentukan jumlahnya secara pasti. Besarnya uang pensiun yang
diterima Gen X sangat bergantung pada banyak faktor seperti jenis pekerjaan,
program pensiun yang diikuti, lamanya bekerja, gaji terakhir, serta perencanaan
keuangan pribadi. Jika benar, paling minimal Gen X adalah peserta JHT BPJS TK
yang saat usia pensiun tiba mencairkan manfaat JHT-nya dan diterima secara sekaligus
(bukan manfaat bulanan).
Hari ini, jumlah Generasi X di Indonesia (BPS, 2020) mencapai 58,65
juta jiwa atau 21,88% dari total populasi. Lumayan besar jumlahnya
dan berpotensi besar akan menambah kelompok usia lanjut di Indonesia. Selain populasi pensiunan
akan meningkat signifikan, sebagaian besar Gen X sama sekali tidak punya
program pensiun. Konsekuensinya secara ekonomi, ada potensi Gen X yang pensiun
akan mengalami masalah keuangan dan menjadi beban ekonomi, baik untuk keluarga maupun
negara khususnya melalui bansos.
Sebuah studi di AS menyebut rata-rata tabungan hari tua Generasi X di AS masih
jauh dari ideal, diperkirakan hanya memiliki tabungan 10% dari kebutuhan di
masa pensiun. Karenanya, uang pensiun sama sekali tidak cukup untuk menopang
hidup di hari tua yang nyaman. Selain tekanan “generasi sandwich" yang masih
harus menanggung biaya anak-anak dan orang tua, Gen X juga mengalami beban ekonomi
di hari tua dan “terpaksa” harus menurunkan gaya hidup secara drastis, tidak lagi
seperti waktu bekerja.
Di Indonesia
sendiri, analisis saya, tingkat penghasilan pensiun (TPP) Gen X akan sama
dengan rata-rata TPP aktual yaitu 10%-15% dari gaji terakhir. Artinya, Gen X
yang bergaji terakhir Rp 10 juta maka hanya punya uang Rp. 1-1,5 juta per bulan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tingkat pendapatannya anjlok 85%-90% dari
gajiyang diterima saat bekerja. Sudah pasti gaya hidup dan standar hidupnya
akan menurun drastis. Sebab sumber dananya, hanya mengandalkan uang pesangon
pensiun dari tempatnya bekerja ditambah dari JHT BPJS TK. Lalu, bagaimana
dengan Gen X yang pensiun dari sektor informal? Sudah pasti tidak dapat apa-apa
saat pensiun.
Berdasarkan data dan
analisis saya, di DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), ada potensi terjadinya “gelombang
pensiun” pada peserta Gen X di DPLK. Akan banyak peserta DPLK yang memasuki
usia pensiun dari kalangan Gen X. Bila peserta DPLK dari Gen X mencairkan
manfaat pensiun, ada potensi kepesertaan DPLK tergerus 50% karena Gen X pensiun
dan manfaat pensiun yang dibayarkan mencapai 30% dari aset kelolaan DPLK saat
ini. Angka yang tidak kecil, maka konsekuensinya DPLK “ditantang’ untuk meningkatkan
kepesertaan baru secara signifikan dalam 10 tahun mendatang. Sebagai antisipasi
terhadap peserta DPLK yang akan pensiun, khususnya berasal dari Gen X.
Objektif-nya, bila
Gen X pensiun maka ada potensi tekanan finansial di kalangan pensiunan dan bisa
menimbulkan stress yang luar biasa. Laporan perusahaan manajemen aset global
Natixis Investment Managers (2024) menyebut mayoritas Generasi X (82%) AS mengakui
akan memikul beban masa pensiun sendiri, bahkan 60% Gen X bersedia
memperpanjang masa kerjanya untuk tidak pensiun, dan hampir setengahnya (47%)
khawatir akan menganggur tanpa pekerjaan lagi di hari tua. Karenanya, hampir
separuh (44%) Generasi X membutuhkan "keajaiban" untuk dapat pensiun
dengan nyaman. Kondisi di atas, berpotensi terjadi pada Gen X di Indonesia.
Bisa jadi, pertambahan
pensiunan Gen X akan menambah panjang “jejak masalah keuangan” di hari tua.
Akibat tidak adanya kesadaran mempersiapkan masa pensiun sejka dini, rendahnya
kepesertaan dana pensiu di kalangan Gen X. Konsekuensinya, tabungan atau uang
pensiun yang dimiliki tidak dapat memenuhi biaya hidup di hari tua saat masa
pensiun tiba. Terjadi kesenjangan yang signifikan antara uang pensiun yang
dimiliki dengan tingat biaya hidup di hari tua. Maka jelas, Generasi X yang
pensiun khawatir tidak dapat mencapai tujuan pensiunnya sendiri.
Gen X di masa
pensiun, sudah pasti mengalami tekanan ganda sebagai “Generasi Sandwich”. Masih
menanggung biaya anak dan merawat orang tua yang lanjut usia, sementara si Gen
X sudah pensiun. Kondisi ini akan jadi penyebab stress akibat masalah keuangan.
Belum lagi bila Gen X yang pensiun masih dihadapkan pada utang atau cicilan yang
belum selesai. Bila kondisi ini terjadi, maka gaya hidup Gen X pasti menurun drastis
di masa pensiun.
Belajar dari
kondisi Gen X, terlalu banyak kekahwatiran yang menyelimuti masa pensiun. Utamanya
soal tidak adanya kesiapan dana pensiun. Maka konsekuensinya, harus menunda
untuk pensiun atau bekerja lagi sekalipun telah pensiun akibat ketidak-adaan
dana untuk biaya hidup di hari tua. Tidak masalah bekerja lagi di masa pensiun,
asal motifnya untuk aktualisasi diri, bukan karena “tidak punya uang”.
Belajar dari Gen X,
sudah saatnya Gen Y (Millenial) dan Gen X harus menyiapkan sejak dini. Harus
punya dana pensiun untuk mencapai kenyamanan di hari tua. Salam #EdukasiDanaPensiun
#DPLKSAM #DanaPensiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar