Kamis, 18 September 2025

Gimana Kondisi Gen X di Indonesia Saat Pensiun?

 

Generasi X atau Gen X adalah generasi yang lahir antara 1965-1980. Di tahun 2025 ini, Gen X yang lahir tahun 1965-an pasti sudah pensiun. Seperti saya kelahiran tahun 1970, secara normative juga sudah memasuki usia pensiun di tahun 2025 ini. Sebagian besar Gen X di Indonesia pun akan segera pensiun dalam 10 tahun ke depan. Khusus di industri dana pensiun, maka akan ada “gelombang” pensiun pada peserta Gen X, utamanya bagi gen X yang kepesertaan di dana pensiun sudah melebihi 10 tahun.

 

Memang, tidak ada data yang memadai tentang jumlah Gen X yang ikut dana pensiun atau berapa jumlah uang pensiun yang dimiliki Generasi X di Indonesia? Tentu sangat bervariasi dan sulit untuk ditentukan jumlahnya secara pasti. Besarnya uang pensiun yang diterima Gen X sangat bergantung pada banyak faktor seperti jenis pekerjaan, program pensiun yang diikuti, lamanya bekerja, gaji terakhir, serta perencanaan keuangan pribadi. Jika benar, paling minimal Gen X adalah peserta JHT BPJS TK yang saat usia pensiun tiba mencairkan manfaat JHT-nya dan diterima secara sekaligus (bukan manfaat bulanan).

 

Hari ini, jumlah Generasi X di Indonesia (BPS, 2020) mencapai 58,65 juta jiwa atau 21,88% dari total populasi. Lumayan besar jumlahnya dan berpotensi besar akan menambah kelompok usia lanjut di Indonesia. Selain populasi pensiunan akan meningkat signifikan, sebagaian besar Gen X sama sekali tidak punya program pensiun. Konsekuensinya secara ekonomi, ada potensi Gen X yang pensiun akan mengalami masalah keuangan dan menjadi beban ekonomi, baik untuk keluarga maupun negara khususnya melalui bansos.  

 

Sebuah studi di AS menyebut rata-rata tabungan hari tua Generasi X di AS masih jauh dari ideal, diperkirakan hanya memiliki tabungan 10% dari kebutuhan di masa pensiun. Karenanya, uang pensiun sama sekali tidak cukup untuk menopang hidup di hari tua yang nyaman. Selain tekanan “generasi sandwich" yang masih harus menanggung biaya anak-anak dan orang tua, Gen X juga mengalami beban ekonomi di hari tua dan “terpaksa” harus menurunkan gaya hidup secara drastis, tidak lagi seperti waktu bekerja.

 

Di Indonesia sendiri, analisis saya, tingkat penghasilan pensiun (TPP) Gen X akan sama dengan rata-rata TPP aktual yaitu 10%-15% dari gaji terakhir. Artinya, Gen X yang bergaji terakhir Rp 10 juta maka hanya punya uang Rp. 1-1,5 juta per bulan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tingkat pendapatannya anjlok 85%-90% dari gajiyang diterima saat bekerja. Sudah pasti gaya hidup dan standar hidupnya akan menurun drastis. Sebab sumber dananya, hanya mengandalkan uang pesangon pensiun dari tempatnya bekerja ditambah dari JHT BPJS TK. Lalu, bagaimana dengan Gen X yang pensiun dari sektor informal? Sudah pasti tidak dapat apa-apa saat pensiun.

 

Berdasarkan data dan analisis saya, di DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan), ada potensi terjadinya “gelombang pensiun” pada peserta Gen X di DPLK. Akan banyak peserta DPLK yang memasuki usia pensiun dari kalangan Gen X. Bila peserta DPLK dari Gen X mencairkan manfaat pensiun, ada potensi kepesertaan DPLK tergerus 50% karena Gen X pensiun dan manfaat pensiun yang dibayarkan mencapai 30% dari aset kelolaan DPLK saat ini. Angka yang tidak kecil, maka konsekuensinya DPLK “ditantang’ untuk meningkatkan kepesertaan baru secara signifikan dalam 10 tahun mendatang. Sebagai antisipasi terhadap peserta DPLK yang akan pensiun, khususnya berasal dari Gen X.

 


Objektif-nya, bila Gen X pensiun maka ada potensi tekanan finansial di kalangan pensiunan dan bisa menimbulkan stress yang luar biasa. Laporan perusahaan manajemen aset global Natixis Investment Managers (2024) menyebut mayoritas Generasi X (82%) AS mengakui akan memikul beban masa pensiun sendiri, bahkan 60% Gen X bersedia memperpanjang masa kerjanya untuk tidak pensiun, dan hampir setengahnya (47%) khawatir akan menganggur tanpa pekerjaan lagi di hari tua. Karenanya, hampir separuh (44%) Generasi X membutuhkan "keajaiban" untuk dapat pensiun dengan nyaman. Kondisi di atas, berpotensi terjadi pada Gen X di Indonesia.

Bisa jadi, pertambahan pensiunan Gen X akan menambah panjang “jejak masalah keuangan” di hari tua. Akibat tidak adanya kesadaran mempersiapkan masa pensiun sejka dini, rendahnya kepesertaan dana pensiu di kalangan Gen X. Konsekuensinya, tabungan atau uang pensiun yang dimiliki tidak dapat memenuhi biaya hidup di hari tua saat masa pensiun tiba. Terjadi kesenjangan yang signifikan antara uang pensiun yang dimiliki dengan tingat biaya hidup di hari tua. Maka jelas, Generasi X yang pensiun khawatir tidak dapat mencapai tujuan pensiunnya sendiri.

 

Gen X di masa pensiun, sudah pasti mengalami tekanan ganda sebagai “Generasi Sandwich”. Masih menanggung biaya anak dan merawat orang tua yang lanjut usia, sementara si Gen X sudah pensiun. Kondisi ini akan jadi penyebab stress akibat masalah keuangan. Belum lagi bila Gen X yang pensiun masih dihadapkan pada utang atau cicilan yang belum selesai. Bila kondisi ini terjadi, maka gaya hidup Gen X pasti menurun drastis di masa pensiun.

 

Belajar dari kondisi Gen X, terlalu banyak kekahwatiran yang menyelimuti masa pensiun. Utamanya soal tidak adanya kesiapan dana pensiun. Maka konsekuensinya, harus menunda untuk pensiun atau bekerja lagi sekalipun telah pensiun akibat ketidak-adaan dana untuk biaya hidup di hari tua. Tidak masalah bekerja lagi di masa pensiun, asal motifnya untuk aktualisasi diri, bukan karena “tidak punya uang”.

 

Belajar dari Gen X, sudah saatnya Gen Y (Millenial) dan Gen X harus menyiapkan sejak dini. Harus punya dana pensiun untuk mencapai kenyamanan di hari tua. Salam #EdukasiDanaPensiun #DPLKSAM #DanaPensiun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar