Kata orang bijak, membaca itu dengan hati bukan dengan pikiran. Hati yang ikhlas punya waktu membaca. Hati yang sabar membuka halaman demi halaman. Tetap rendah hati sekalipun segudang ilmu dari bacaan dikuasai. Dan hati yang berprasangka baik terhadap isi bacaan. Karenanya, membaca sama dengan berpikir. Harus mampu mengajak hari untuk lebih baik, lebih realistis.
Hari ini, tidak sedikit orang yang
membaca namun hidup di masa lalu. Bacaannya hanya untuk merefleksikan masa
lalunya, bukan untuk menyongsong masa depannya. Fisiknya di masa sekarang tapi
hati dan pikirannya di masa lalu. Hingga lupa, bahwa membaca itu belajar dari
masa lalu, hidup untuk hari ini, berharap untuk hari esok (kata Albert
Einstein).
Ada yang bilang, masa lalu adalah guru
yang berharga. Betul itu tapi jangan lupa masa lalu juga bukan satu-satunya
penunjuk arah. Jika hidup hanya dijalani dengan menoleh ke belakang, kita akan
kehilangan peluang yang terbentang di depan. Biar bagaimanapun, masa lalu hanya
momen yang sudah terlewat dan tidak perlu diingat. Membacalah untuk hari ini
dan esok.
Pengalaman memang penting, tapi tidak
cukup. Karena dunia sudah berubah, dan masa depan selalu membawa ketidakpastian
yang tidak bisa diatasi hanya dengan mengingat masa lalu. Hanya hati yang
lapang dan pikiran yang sehat yang bisa membawa kita pada harapan. Maka membaca
memang harus dengan hati. Seperti ajaran yang ditanamkan di TBM Lentera Pustaka
di kaki Gunung Salak Bogor. Bacalah dengan hati, jangan dengan pikiran.
Membaca dengan hati, berarti cara
memberi ruang imajinasi. Cara mengajak pikiran untuk menerima berbagai
kemungkinan. Cara sederhana berdamai dengan keadaan dan realitas. Karenanya
membaca butuh keberanian sebagai bahan bakarnya. Membaca dengan hati jadi
penentu saat logika berhenti di batas pengetahuan. Untuk merancang masa depan
yang lebih baik, lebih dari sekadar kalkulasi. Tapi butuh kepekaan untuk
merasakan arah, dan keberanian untuk menapaki jalan yang belum pasti. Bersikap
realistis, tidak lagi di bayangan masa lalu atau mimpi-mimpi yang utopis.
Membaca dengan hati, untuk masa depan.
Karena siapapun yang hanya hidup di masa lalu akan tersesat dalam kenangan.
Terjebak pikirannya sendiri. Sementara mereka yang percaya pada hati dan berani
melangkah, akan menulis masa depan yang tidak bisa dicontoh dari buku mana pun.
Saat membaca dengan hati, maka hati pun akan membaca segalanya.
Maka bacalah dengan hati. Jangan
pernah menengok ke belakang, teruslah menatap ke depan. Jadilah literat! Salam
literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar