Di zaman begini, di mana kita bisa melihat pemandangan puluhan hingga ratusan anak usia sekolah membaca buku massal dan berlapis-lapis? Anak-anak yang terduduk di bangku-bangku bersaf sambil menyuarakan lafaz bacaan bukunya. Sebuah perilaku membaca yang masih terjaga hingga saat ini. Bila mau menyaksikannya langsung, silakan datang ke TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor setiap Rabu sore, Jumat sore, dan Minggu pagi pukul 10.00 WIB. Maaf ya Om dan Tante, kami anak-anak sedang membaca buku.
Berlapis-lapis anak membaca buku.
Sebagai sinyal tersedianya akses baca di kampung untuk anak-anak. Agar kita
tidak lagi mempersoalkan minat baca tanpa mau menyediakan akses bacaan. TBM
Lentera Pustaka yang kini menjadi tempat membaca 223 anak usia sekolah yang
berasal dari 4 desa (Sukaluyu, Tamansari, Sukajaya, Sukajadi) Kec. Tamansari
Kab. Bogor. Tempat yang mengajarkan pentingnya anak membaca buku sejak dini.
Agar pengetahuan bertambah, kreativitas terbangun, pengalaman batin meluas
bahkan imajinasi terlatih. Anak-anak yang saling bertegur sapa tanpa ada gawai
di tangannya, sebagai simbol pentingnya membangun empati pada anak-anak.
Dari buku, anak-anak di TBM Lentera
Pustaka jadi tahu diri tentang adab, tata krama daa membaca buku bahkan gairah
untuk membaca yang selalu dibiasakan. Anak-anak yang mengalami indahnya membaca
buku. Tanpa perlu dinasihati atau diceramahi orang dewasa yang mungkin tidak
pernah membaca buku. Sebagai cermin adab di atas ilmu, kerjakan dulu nasihatnya
sebelum menasihati orang lain.
“Berlapis-lapis anak-anak yang membaca
di TBM Lentera Pustaka, bersaf-saf. Sebuah tradisi yang dibangun sejak taman
bacaan ini berdiri. Karena bagi kami, adab tetap di atas ilmu” ujar Syarifudin
Yunus, Pegiat Literasi sekaligus Pendiri TBM Lentera Pustaka di Bogor kemarin
(8/6/2025).
Di era yang serba digital, mungkin
banyak orang sudah meninggalkan perilaku membaca buku. Pikiran yang terlalu
banyak dipengaruhi media sosial dan dunia maya sehingga tidak lagi mau membaca
buku. Wajar bila akhirnya, dunia jadi bising dan informasi yang dimiliki
dangkal. Tahu sedikit omong banyak, itulah ajaran yang dihindari TBM Lentera
Pustaka. Lebih baik ceritakan apa yang dialami dan dikerjakan sendiri daripada
berkata bagus tanpa pernah melakukannya. Karena membaca, adalah ikhtiar sadar
untuk dikerjakan bukan didiskusikan. Maka anak-anak yang membaca di taman
bacaan sejatinya sedang memberi makan hati dan akal sehat, di samping menanam
benih masa depan yang lebih adaptif dan siap menghadapi tantangan dunia yang
semakin keras.
Jangan abaikan kekuatan anak-anak yang
masih membaca buku hingga kini. Karena di mata mereka, harta itu tidak selalu
soal uang atau kekayaan. Tapi tersedianya waktu dan keberanian untuk mengambil
buku di rak lalu duduk manis untuk membacanya. Anak-anak yang membaca buku
berlapis-lapis. Untuk mengisi pikiran dengan teks demi teks pada setiap
halaman buku. Agar esok, mampu berpikir lebih baik, lebih positif, lebih jernih
dan akhirnya bersikap dan bertindak objektif.
Membaca harus dikembalikan pada
prosesnya, bukan persoalkan hasilnya. Karena membaca bukan hanya untuk
memperluas cara pandang, tapi membuat kita lebih mengerti dan mampu menerima
realitas kehidupan. Apapun keadaannya, apapun alasannya. Jadilah literat! #TBMLenteraPustaka
#TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar