Sulit dibantah, saat ini akses bacaan untuk anak-anak Indonesia tergolong sulit. Bahkan hampir tidak ada tempat untuk membaca anak-anak, baik itu di perpustakaan, taman bacaan,, atau perpustakaan sekolah sekalipun. Jadi jelas, urusan membaca buku jangan lagi mempersoalkan minat baca tapi akses bacanya. Karena tidak akan ada mint abaca tanpa tersedianya akses bacaan. Ke mana anak-anak harus membaca di dekat rumahnya, ke mana?
Di tengah gempuran era digital tambah
AI (Artificial Intellegence), justru akses bacaan anak semakin “hilang” bila
tidak mau disebut “dikebiri”. Terkadang, kasihan anak-anak kita. Pengen membaca
buku saja susah. Akhirnya, anak-anak disalhaan karena terlalu banyak main gawai
atau nonton youtube. Padahal, anak-anak itu susah mendapatkan akses bacaan. Ke
mana bila mereka mau membaca?
Akses bacaan bagi
anak itu penting (bukan sola minat baca ya). Karena dengan adanya akses bacaan,
anak-anak jadi lebih dekat dengan buku sekaligus membangun tradisi baca. Membaca
yang bukan hanya untuk menambah wawasan tentang dunia atau ilmu pengetahuan..
Tapi membaca sebagai “kebiasaan” yang bisa dipiih anak-anak. Melalui buku dan
bacaan, anak-anak dapat membuka cakrawala berpikir terhadap dunia luar, menemukan
hal-hal baru, dan ide-ide yang mungkin belum pernah mereka lihat secara langsung.
Karena ada akses bacaan, anak-anak jadi punya rasa ingin tahu dan semangat membaca
sekaligus belajar.
Tersedianya akses
bacaan juga jadi cara untuk meningkatkan kemampuan literasi anak. Akses bacaan sangat
penting untuk memotivasi taraf pendidikan anak-anak ke depan. Di samping dapat
menginspirasi cita-cita mereka. Bacaan yang bisa menumbuhkan mimpi dan motivasi
anak-anak. Apalagi di daerah pelosok atau pedesaan, tersediannya akses bacaan
sudah pasti dapat mengurangi kesenjangan Pendidikan. Akses bacaan bisa jadi
salah satu cara efektif untuk memperkecil kesenjangan itu tanpa harus langsung
bergantung pada infrastruktur pendidikan yang berbiaya besar.
Bahkan melalui
buku-buku bacaan, anak-anak dapat membangun karakter dan sikap empati. Tanpa
perlu campur tangan orang tua yang berlebihan. Cerita dan bacaan hakikatnya
mampu mengajarkan nilai-nilai seperti kerja keras, kejujuran, empati, dan
toleransi. Bacaan yang mampu membentuk karakter anak-anak sejak dini, di
samping kemandirian belajar anak. Bila dikaitkan dengan konsep “deep learning”,
maka tersedianya akses bacaan akan dapat membuat anak-anak terbiasa membaca dan
menjadi pembelajar mandiri, tidak sepenuhnya bergantung pada guru atau sistem
formal. Membaca sebagai proses belajar, dan cara sederhana anak mengenali
potensi dirinya.
Maka atas
kegundahan minimnya akses bacaan itulah, TBM Lentera Pustaka melalui program MOtor
BAca KEliling (MOBAKE) secara rutin setiap Minggu keliling kampung di kaki
Gunung Salak Bogor, hanya untuk menyediakan akses bacaan. Berbekal motor donasi
dari Bank Sinarmas, relawan TBM Lentera Pustaka menyambangi kampung-kampung
untuk sediakan akses bacaan, Sepertiyang terjadi pada Minggu (22/6/2025) di Kp.
Gadog Tengah Desa Sukajadi Kec. Tamansari Kab. Bogor.
Jadi, mari kita mulai persoalkan akses
bacaan bukan minat baca anak. Karena tidak akan pernah ada minat baca tanpa tersedianya
akses bacaan. Salam literasi #MotorBacaKeliling #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar