Pak Joko menghabiskan lebih dari 30 tahun hidupnya sebagai karyawan bagian administrasi di sebuah perusahaan jasa pengiriman di Jakarta. Setiap pagi ia berangkat naik motor, pulang sore dengan senyum dan sedikit lelah di wajahnya. Ia dikenal jujur, rajin, dan jarang mengeluh. Tapi satu hal yang ia abaikan: menabung untuk pensiun.
Gaji Pak Joko pas-pasan, dan ia merasa selalu cukup untuk kebutuhan
bulanan, sekolah anak-anak, dan sedikit rekreasi bersama keluarga. Soal
pensiun? "Nanti aja mikirnya," katanya dulu pada teman kerjanya yang
ikut program DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan).
Tahun berlalu cepat. Anak-anaknya tumbuh, satu per satu lulus dan mandiri.
Dan tibalah saatnya Pak Joko pensiun di usia 58 tahun. Pada hari perpisahan di
kantor, ia menerima sekotak kenang-kenangan, satu sertifikat penghargaan, dan
uang pesangon seadanya.
Tiga bulan pertama setelah pensiun, hidup terasa seperti liburan. Tapi di
bulan keempat, ia mulai cemas. Tagihan listrik tetap normal. Harga sembako
naik. Motor tua mulai rewel. Dan uang tabungan makin menipis.
Suatu pagi, Pak Joko duduk di warung kopi sambil menatap kosong.
"Pak Joko, sehat?" sapa Pak Anwar, mantan kolega.
"Sehat, War. Cuma... hidup nggak semudah yang saya bayangkan pas
pensiun."
Pak Anwar tersenyum, "Saya sempat ikut DPLK dulu. Nggak banyak, tapi
cukup buat bantu-bantu hidup sekarang. Sayang, waktu nggak bisa diulang ya,
Pak."
Pak Joko hanya mengangguk. Pahit, tapi benar. Ia berharap bisa mengulang
masa mudanya, sekadar menyisihkan sedikit untuk hari tua, untuk masa pensiun.
Kini Pak Joko, sering murung. Karena pusing untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari di usia pensiun. Sudah tidak punya gaji tapi kebutuhan
tetap meningkat. Pak Joko terlambat menyadari pentingnya dana pensiun. Iya
menyesal tidak mau ikut program DPLK saat masih bekerja dulu. Maka apapun
alasannya, sangat penting menyiapkan masa pensiun sejak dini, khusunya melalui
DPLK. Karena melalui DPLK, setidaknya setiap karyawan memiliki 3 (tiga)
keuntungan, yaitu: 1) ada dana yang pasti untuk hari tua, 2) ada hasil
investasi yang optimal karena sifatnya jangka panjang, dan 3) ada kedisplinan
menabung untuk masa pensiun plus ada insentif pajak saat manfaat pensiun
dibayarkan.
----
Syarifudin Yunus, edukator dana pensiun dan Ketua Dewan Pengawas DPLK
Sinarmas Asset Management mengingatkan pentingnya perencanaan masa pensiun
sejak dini. Saat masih bekerja harus berani menyisihkan sebagian gaji untuk
hari tua. Agar kerja yes, pensiun oke. Tetap punya kesinambungan penghasilan di
masa pensiun. "Dari kisah Pak Joko, kita belajar pentingnya punya dana
pensiun. Agar tetap mandiri secara finansial di hari tua, dan tidak bergantung
kepada anak di masa pensiun" ujar Syarif.
Jangan sampai saat kerja berjaya tapi begitu pensiun merana. Salam literasi
#YukSiapkanPensiuj #EdukasiDanaPensiun #DPLKSAM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar