Banyak orang tidak mempersiapkan dana pensiun bukan karena tidak mampu, tetapi karena terjebak oleh mitos-mitos yang keliru. "Mitos keliru" berarti cara pandang atau kepercayaan yang telah diterima secara luas oleh masyarakat. Tapi sesungguhnya tidak benar atau kurang berdasarkan fakta. Mitos yang diyakini sekalipun belum tentu benar. Akibat informasi yang salah, pengalaman yang terbatas, atau interpretasi yang bias.
Contoh mitos yang keliru sering
ditemukan. Misalnya, mitos bahwa "makan wortel dapat membuat penglihatan
Anda sempurna" padahal manfaat wortel hanya mendukung kesehatan mata,
tidak membuat Anda melihat seperti elang. Ada pula mitos keuangan yang menyebut
“menabung adalah cara terbaik untuk menjadi kaya". Menabung yang tidak
diimbangi hasil investasi ya tentu tidak akan optimal. Tentu masih banyak lagi
mitos-mitos yang beredar di masyarakat, seperti hoaks yang berseliweran. Persis
seperti kita sampai hari ini meyakini mitos terkenal "Nyi Roro Kidul"
atau kisah "Malin Kundang".
Begitu juga seputar dana
pensiun, sering kali kita dihadapkan pada mitos-mitos yang salah. Dana pensiun
itu penting bukan untuk kaya di hari tua. Tapi untuk mempersiapkan dana yang
dibutuhkan saat tidak bekerja lagi alias pensiun. Dana pensiun dianggap sama
dengan Tabungan itu pun salah, Karena dana pensiun hanya dibisa diambil saat
usia pensiun, sementara tabunagn bisa diambil kapan saja.
Nah, berikut ini disajikan
ada 7 (tujuh) mitos seputar dana pensiun yang membuat pekerja atau banyak orang
tidak mau memiliki dana pensiun. Mitos-mitos yang salah tentang perencanaan
keuangan untuk hari tua. Berbagai mitos yang salah seputar dana pensiun antara
lain:
1.
Saya
masih muda, belum perlu pikirin pensiun. Justru saat masa muda adalah waktu terbaik untuk memulai dana
pensiun. Semakin awal punya dana pensiun ya semakin besar manfaat pensiun yang
akan diperoleh. Lebih baik rutin menabung di dana pensiun Rp. 500 ribu per bulan
di usia 25 tahun daripada 2 juta per bulan di usia 45 tahun.
2.
Saya
PNS/karyawan, sudah dapat pensiun otomatis. Betul ada pensiun, tapi nominalnya sering tidak mencukupi
kebutuhan hidup di hari tua. Makanya banyak pensiunan harus tetap bekerja demi
menutup kebutuhan bulanannya.
3.
Gaji
saya pas-pasan, mana bisa punya dana pensiun? Kan bisa punya dana pensiun dari
semampunya, misal Rp. 100 ribu per bulan.
Jadi, bukan soal besar kecilnya gaji tapi membangun kebiasaan dan konsistensi menabung
untuk hari tua.
4.
Nanti
juga ada anak-anak yang urus saya.
Lupa ya, anak-anak juga punya kehidupan dan kebutuhan sendiri. Jangan sampai
kita membebani urusan keuangan anak-anak, bisa menambah stres keluarga mereka.
Masa tua yang ideal itu bisa mandiri secara finansial maka harus dieprsiapkan
sejak dini.
5.
Investasi
aja, nggak perlu dana pensiun.
Dana pensiun juga bagian dari investasi, tapi dengan tujuan utuk masa pensiun
atau hari tua. Tiap fase kehidupan itu punya risiko dan strategi sendiri, maka
harus disesuaikan dengan kebutuhan di masa pensiun.
6.
Dana
pensiun itu cuma buat yang kerja kantoran. Sangat salah, karena pekerja informal atau pekerja lepas,
UMKM, dan pedagang pun bisa ikut program pensiun seperti DPLK.
7.
Pensiun
mah gimana nanti aja? Seharusnya
diubah jadi “nanti gimana?” kalau sudah pensiun. Masa pensiun atau hari tua memang
harus dipersiapkan sejak dini. Bila tidak, berpotensi besar jatuh miskin di
hari tua atau mengalami masalah keuangan sehingga menggantungkan hidup kepada
anak-anak. Apa mau begitu?
Adalah
fakta hari ini, 1 dari 2 pensiunan di Indonesia sangat menggantungkan
transferan anaknya di hari tua. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Bahkann survei lainnya menyebut, 7 dari 10 pensiunan di Indonesia pada akhirnya
mengalami masalah keuangan. Belum lagi kondisi 9 dari 10 pekerja di Indonesia sama sekali tidak siap
pensiun atau berhenti bekerja. Kenapa bisa terjadi? Jawabnya, karena tidak
adanya uang atau dana yang cukup untuk hari tua atau saat berhenti bekerja.
Suka
tidak suka, mitos-mitos seputar dana pensiun harus mulai disingkirkan. Gimana
caranya, tentu ada banyak hal yang bisa dilakukan, diantaranya 1) memberikan
edukasi dan literasi akan pentingnya mempersiapkan masa pensiun sejak dini, 2) mengubah
budaya “hidup untuk hari
ini" menjadi “hidup bersiap untuk hari tua”, dan 3) memperbanyak contoh
positif di lingkungan terdekat tentang pentingnya siapkan dana pensiun.
Jadi, mulailah menabung untuk
masa pensiun. Sama seperti pentingnya menabung untuk naik haji, pendidikan anak,
atau membeli rumah. Agar kerja yes, pensiun oke. Salam #YukSiapkanPensiun
#EdukatorDanaPensiun #DanaPensiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar