Dalam banyak hal, kita sering mengabaikan hal-hal sederhana padahal tidak ternilai harganya. Sederhana itu penting, seperti mencium bau kopi di pagi hari. Menikmati suara halus rintik hujan yang jatuh ke tanah atau sekadar menanti sinar matahari terbenam tanda bedug maghrib. Hal sederhana yang sering dilupakan.
Terkadang, kehidupan mengajarkan kita bahwa hal yang paling berharga
justru hal-hal sederhana yang semestinya bisa dilakukan. Mengajak anak-anak
tadarusan di taman bacaan, ngeriung bareng lalu jhataman sambil menanti waktu
Maghrib. Atau sekadar bernasihat baik ke anak-anak di bulan puasa. Seperti yang
dilakukan di TBM Lentera Pustaka dengan "Ngabubu Read" Ramadan Ceria
di taman bacaan. Sederhana tapi sangat bernilai.
Indah nggak sih, bila mata ini masih bisa melihat pemandangan anak-anak
berjejer pada sambil memegang kitab suci? Keren nggak sih, bila kita masih
sempat memandang anak-anak yang matanya tertuju ke halaman demi halaman kitab
suci tanpa ngobrol macam-macam? Anak-anak yang dekat dengan kitab sucinya. Mata
yang tertuju ke kitab suci. Apa ada pemandangan indah lainnya selain tadarusan
di bulan puasa?
Kita sering lupa. Hal-hal yang dianggap sederhana justru memegang
kekuatan diam yang mengundang keberkahan hidup. Memegang kitab suci, berarti
kita diingatkan untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Bahkan kita bukan
apa-apa di dunia ini. Disuruh untuk terus memperbaiki diri, bukan berprasangka
buruk terhadap apapun. Ternyata, kemewahan terpenting bukanlah apa yang kita
miliki. Tapi hal sederhana yang dapat kita rasakan secara batiniah.
Sungguh, ada keindahan tidak ternilai di balik kesederhanaan. Ada
keajaiban di balik ikhtiar yang dianggap sepele dan kecil. Ada keheningan hati
tanpa perlu suara-suara. Ada doa yang tergantung di balik suara syahdu
bertadarus kitab suci. Persis seperti suara bedug yang ditunggu di bulan puasa,
seperti bunga yang mekar lalu terjatuh ke tanah. Seperti memeluk erat
orang-orang yang kita cintai. Sederhana tapi sering dilupakan.
Bersahabat dengan kesederhanaan, merawat hati yang ikhlas, dan berjuang
di taman bacaan justru membuat kita makin paham. Bahwa apapun di dunia ini,
sama sekali tidak perlu mengejar kesempurnaan. Tidak perlu banyak mimpi, tidak
pula harus lengkap semuanya. Tapi cukup menikmati yang ada, menjalani yang bisa
dilakukan.
Kata orang, hidup itu berjalan cepat. Waktu pun cepat berlalu. Tapi
keindahan sejati justru ada terletak pada hal-hal yang sederhana. Untuk belajar
melambat dari mimpi dan ambisi yang berlebihan. Lebih baik menikmati yang ada
dan menghargai siapapun yang bisa bikin kitaebih baik dan bermanfaat. Daripada
mengejar harapan-harapan yang tidak pernah ada habisnya.
Sebagai nasihat literasi, cukup kerjakan saja yang sederhana. Agar terus
berproses dan akhirnya mendefinisikan sejarah kita, apa yang sudah diperbuat?
Tidak melulu soal ambisi pribadi yang tidak berujung. Cukup bertindak yang
kecil dan bisa dilakukan. Diketahui atau tidak diketahui orang banyak. Asal itu
mampu mengisi jiwa kita, melambatkan harapan, dan dianggap sederhana tapi lebih
bermakna. Salam literasi #NgabubuRead#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar