Sabtu, 08 Maret 2025

Mata-mata yang Tertuju ke Kitab Suci

Dalam banyak hal, kita sering mengabaikan hal-hal sederhana padahal tidak ternilai harganya. Sederhana itu penting, seperti mencium bau kopi di pagi hari. Menikmati suara halus rintik hujan yang jatuh ke tanah atau sekadar menanti sinar matahari terbenam tanda bedug maghrib. Hal sederhana yang sering dilupakan.

 

Terkadang, kehidupan mengajarkan kita bahwa hal yang paling berharga justru hal-hal sederhana yang semestinya bisa dilakukan. Mengajak anak-anak tadarusan di taman bacaan, ngeriung bareng lalu jhataman sambil menanti waktu Maghrib. Atau sekadar bernasihat baik ke anak-anak di bulan puasa. Seperti yang dilakukan di TBM Lentera Pustaka dengan "Ngabubu Read" Ramadan Ceria di taman bacaan. Sederhana tapi sangat bernilai.

 

Indah nggak sih, bila mata ini masih bisa melihat pemandangan anak-anak berjejer pada sambil memegang kitab suci? Keren nggak sih, bila kita masih sempat memandang anak-anak yang matanya tertuju ke halaman demi halaman kitab suci tanpa ngobrol macam-macam? Anak-anak yang dekat dengan kitab sucinya. Mata yang tertuju ke kitab suci. Apa ada pemandangan indah lainnya selain tadarusan di bulan puasa?

 

Kita sering lupa. Hal-hal yang dianggap sederhana justru memegang kekuatan diam yang mengundang keberkahan hidup. Memegang kitab suci, berarti kita diingatkan untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Bahkan kita bukan apa-apa di dunia ini. Disuruh untuk terus memperbaiki diri, bukan berprasangka buruk terhadap apapun. Ternyata, kemewahan terpenting bukanlah apa yang kita miliki. Tapi hal sederhana yang dapat kita rasakan secara batiniah.

 

Sungguh, ada keindahan tidak ternilai di balik kesederhanaan. Ada keajaiban di balik ikhtiar yang dianggap sepele dan kecil. Ada keheningan hati tanpa perlu suara-suara. Ada doa yang tergantung di balik suara syahdu bertadarus kitab suci. Persis seperti suara bedug yang ditunggu di bulan puasa, seperti bunga yang mekar lalu terjatuh ke tanah. Seperti memeluk erat orang-orang yang kita cintai. Sederhana tapi sering dilupakan.

 


Bersahabat dengan kesederhanaan, merawat hati yang ikhlas, dan berjuang di taman bacaan justru membuat kita makin paham. Bahwa apapun di dunia ini, sama sekali tidak perlu mengejar kesempurnaan. Tidak perlu banyak mimpi, tidak pula harus lengkap semuanya. Tapi cukup menikmati yang ada, menjalani yang bisa dilakukan.

 

Kata orang, hidup itu berjalan cepat. Waktu pun cepat berlalu. Tapi keindahan sejati justru ada terletak pada hal-hal yang sederhana. Untuk belajar melambat dari mimpi dan ambisi yang berlebihan. Lebih baik menikmati yang ada dan menghargai siapapun yang bisa bikin kitaebih baik dan bermanfaat. Daripada mengejar harapan-harapan yang tidak pernah ada habisnya.

 

Sebagai nasihat literasi, cukup kerjakan saja yang sederhana. Agar terus berproses dan akhirnya mendefinisikan sejarah kita, apa yang sudah diperbuat? Tidak melulu soal ambisi pribadi yang tidak berujung. Cukup bertindak yang kecil dan bisa dilakukan. Diketahui atau tidak diketahui orang banyak. Asal itu mampu mengisi jiwa kita, melambatkan harapan, dan dianggap sederhana tapi lebih bermakna. Salam literasi #NgabubuRead#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar