Ada yang bilang, gelas yang pecah atau retak tidak bisa kembali utuh lagi. Begitu pula hati yang luka, katanya tidak bisa diobati lagi. Itu mah urusan cinta yang keblinger. Memang benar, kita tidak bisa mengutuhkan kembali gelas yang sudah pecah. Tapi kita pasti bisa mengambil gelas yang baru untuk membuat secangkir kopi agar tetap dapat menikmatinya dengan penuh rasa senang.
Ini bukan tentang secangkir kopi dan gelasnya yang
sudah retak atau pecah. Tapi tentang jalan hidup dan kehidupan yang memang
sudah menjadi takdir bagi hidup kita. Tentang bersikap realistis dan ikhtiar
untuk memperbaiki diri. Agar menjadi lebih baik. Lagi pula, untuk apa meratapi
takdir? Mau sampai kapan merasa luka, sementara di luar sana dunia terus
berkembang.
Banyak orang lupa. Jalan hidup itu pasang-surut,
berliku-liku. Kita tidak pernah bisa mengelak atas apapun yang memang sudah
menjadi jalan hidup kita. Tapi, kita selalu bisa menjadikan setiap rasa sabar dan ikhlas untuk menerima
apapun keadaan kita. Agar besok, tetap dapat menikmati hidup dengan penuh rasa
syukur.
Di sekolah mana pun, tidak ada pelajaran yang menyebut
masalah bisa diselamatkan akan dengan ratapan atau keluh-kesah. Kita hanya
diminta untuk menerima apapun, memahami jalan hidup itu sendiri. Agar tidak ada
lagi rasa sesal dan keputus-asaan tentang hari esok. Disuruh introspeksi dan
ikhtiar lagi untuk menjadi lebih baik. Sambil menumbuhkan rasa sabar dan syukur
yang begitu besar dalam hati. Karena hanya sabar dan syukur yang akan memeluk
erat dan menguatkan jiwa kita.
Seperti berkiprah di taman bacaan, mungkin tidak ada
orang yang mau dan bercita-cita. Tapi bila taman bacaan sudah jadi jalan hidup,
maka sepantasnya diterima dan dijalani sepenuh hati. Mungkin, taman bacaan
itulah yang jadi sarana untuk menumbuhkan perbuatan baik dan menebar manfaat
seseorang kepada orang lain. Bisa jadi, taman bacaan menjadi sinyal akan
pentingnya menjaga keseimbangan. Seimbang kahir bati, seimbang urusan
individual dan sosial.
Sungguh, siapapun tidak pernah tahu apa yang sedang
direncanakan oleh Allah SWT untuk kita. Suka duka, pahit manis dan semua takdir
yang dilewati boleh jadi itu cara Allah sedang mempersiapkan sesuatu yang
sangat indah di kemudian hari. Maka penting untuk selalu menjaga optimisme dan
prasangka baik kepada-Nya.
Apapun alasannya, jadikanlah rasa sabar sebagai penguat
hati. Jadikanlah sikap ikhlas sebagai penguat langkah. Karena saat kita
mampu menerima segala bentuk ujian hidup, maka Allah akan selalu memberikan
kita lebih dari apa yang kita minta.
Maka berhentilah berkeluh kesah atau meratapi keadaan.
Bangun dan bergeraklah menuju tempat baik, pergaulan baik dan ladang amal yang
melimpah ruah di luar sana. Percayalah, bahwa Allah selalu memiliki cara yang
hebat untuk membuat kita tersenyum ketika dunia benar-benar membuat kita
menangis.
Sedih boleh, merasa tersakiti boleh Asal akal sehat dan
hati nurani tetap bisa menjaganya. Jangan biarkan ego dan nafsu menguasai diri
tanpa arah dan tujuan. Teruslah ikhtiar dalam kebaikan dan kemanfaatan, di mana
pun berada. Untuk menjadikan diri lebih baik dari yang kemarin.
Lalu, kenapa kamu masih menangis? Salam literasi #TBMLenteraPustaka
#TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar