Pernah dengar cerita ini? Ketika kawanan kera mendengar bahwa petani yang selalu mengusir mereka dari ladang jagung telah meninggal dunia. Mereka merayakannya dengan gembira, begitu senangnya. Namun di tahun berikutnya, tidak ada lagi jagung yang bisa mereka curi dan makan di ladang. Tidak ada lagi petani yang menanamnya. Saat itulah kawanan menyadari dengan pahit bahwa petani yang mereka anggap “musuh” sebenarnya adalah orang yang menanam makanan mereka. Orang yang berjasa untuk mereka.
Kisah kawanan kera dan
petani, bisa jadi pelajaran. Bahwa seseorang yang dianggap musuh pun sangat
diperlukan. Sebaliknya, bisa saja orang mungkin tidak menghargai tindakan kita
hari ini. Tapi mereka akan mengakui pentingnya kita ketika kita tidak ada lagi.
Jadi, tetaplah berbuat baik dan tebarkan manfaat di manapun. Apapun persepsi
orang lain, selagi baik dan manfaat pasti pasti ada gunanya. Bila tidak
sekarang ya nanti, waktu yang akan membuktikannya.
Begitu pula, bila ada
orang yang berkuasa bertindak angkuh bak pahlawan. Gemar merendahkan, bahkan
menyalahkan orang yang pernah berjasa padanya. Memanipulasi informasi,
terkadang ambisi menghancurkan reputasi orang lain. Hati-hati, begitulah
perilaku destruktif akibat arogansi seseorang. Orang yang sok berkuasa
dan tidak punya empati pada orang lain. Realitas itu ada di sekitar kita.
Ketahuilah, kita hidup
di dunia ini bukan untuk orang lain. Bukan pula ditugasi untuk membalas
keburukan orang lain. Biarkan saja, kita cukup terus memperbaiki diri. Tanpa
peduli pada orang-orang yang tidak ada pengaruhnya terhadap aktivitas yang kita
jalankan.
Kawanan kera itu
menyesal karena tidak ada lagi petani yang menanam jagung. Akibatnya, tidak ada
lagi makanan di ladang. Sering kali, ada orang menganggap kita musuhnya. Tapi
berikutnya, mereka menyesal karena sikap arogansinya sendiri. Kebaikan petani yang
menanam jagung untuknya, justru dipersepsi sebagai musuhnya. Begitulah realitas
yang bisa terjadi pada siapapun.
A cup of coffee akhir tahun di taman bacaan, hanya mengingatkan selalu ada saja orang yang
bertindak jahat di dekat kita. Karena kita memang tidak bisa mengontrol mereka.
Biarkan mereka yang berpikir dan bertindak buruk, maka mereka pula yang akan
menanggung akibatnya sendiri. Kita cukup diam dan bersikap tenang. Karena the show must go on.
Jadi, apapun celotehan
orang biarkan saja. Kita hidup bukan untuk orang lain. Tapi untuk Allah, untuk
menggapai ridho-Nya. Kita dan mereka sama saja, sekarang berada di atas tanah
dan tujuan masuk ke dalam tanah. Tapi yang membedakan hanya amalan antara kita
dan mereka. Seberapa banyak perbuatan baik dan manfaat yang ditebarkan untuk
orang lain.
A cup of coffee akhir tahun di taman bacaan mengingatkan. Jangan pernah larut dalam kesenangan
dunia, apalagi kelakuan jahat orang lain. Jangan terlena dengan sanjungan dan
akal bulus orang lain. Kita tidak tahu di belakangnya? Teruslah kita
introspeksi diri di mana pun, hingga kapan pun. Selamat ngopi!
#TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #PegiatLiterasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar