Pernah baca riwayat Nabi Ayub nggak? Tadinya beliau hidup dalam kemewahan, lallu Allah mengujinya dengan kefakiran. Punya banyak keturunan, lalu satu per satu dipanggil Allah. Fisiknya yang sehat, kemudian Allah uji dengan penyakit kulit yang menggerogoti tubuh sampai 18 tahun lamanya. Namun, Nabi Ayub tidak pernah mengeluh.
Begitu pula Nabu
Muhammad SAW. Ketika berdakwah di daerah Ta’if, tidak ada satupun penduduk yang
mengikutinya. Bahkan beliau dilempari
batu oleh penduduk setempat hingga terluka. Ujian Rasulullah SAW begitu berat.
Hingga malaikat Jibril dan penjaga gunung mendatanginya dengan menawarkan agar
ditimpakan gunung kepada penduduk Ta’if. Namun, Rasulullah menolak tawaran itu.
Beliau justru memintakan rahmat dan mengharapkan diciptakannya generasi
bertakwa yang lahir dari tulang rusuk masyarakat Ta’if.
Memang Nabi Ayub AS atau
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah SWT. Tapi hikmahnya adalah saat
dapat ujian dan musibah, kita diajarkan tetap sabar dan tabah. Tidak perlu mengeluh
kepada manusia, apalagi berprassangka buruk. Karena sejatinya, tidak ujian dan musibah
pasti atas kehendak Allah SWT sekaligus melatih diri untuk diberi
kekuatan ihtimal al-adza’ (menanggung beban penderitaan).
Maka, berhentilah
berpikir merasa menjadi diri yang paling menderita dan merasa jadi korban dari
orang lain. Lalu menyalahkan orang lain. Tidak, semuanya sudah pantas untuk
kita. Sesuai amal perbuatan dan sudah menjadi kehendak-Nya, apapun bentuk
ujiannya. Karena nyatanya, setiap orang memiliki ujian dan masalahnya
masing-masing.
Mungkin ada yang merasa
beban hidupnya begitu berat. Tapi tidak ada orang lain yang mau mengerti. Ingatlah
bahwa di luar sana, masih banyak orang yang juga menghadapi ujian berat dan tantangan
besar dalam hidupnya.
Dalam kehidupan, setiap
individu memiliki kisah perjuangannya sendiri. Ada yang sedang berjuang melawan
penyakit, ada yang menghadapi masalah keluarga, dan ada juga yang berusaha
keras untuk mencapai mimpi mereka di tengah keterbatasan. Ada yang tidak punya
uang, ada pula yang difitnah atau dizolimi. Semuanya ada, dan sesuai masalahnya
masing-masing. Tidak ada orang yang baik-baik saja. Masalahnya, hanya mau sabar
atau tidak. Mau cerita ke Allah atau ke orang lain?
Berkiprah secara sosial
di taman bacaan pun ada ujiannya. Mulai dari dizolimi, dibilang nggak ada
kerjaan sampai ngurusin anak-anak orang untuk membaca. Atau bahkan diganggu
agar taman bacaannya tidak maju. Taman bacaan yang bersifat sosial saja ada
gangguannya, apalagi manusia. Negara pun ada ujiannya, PPN naik hingga PHK ada
di mana-mana.
Sungguh, tidak ada ujian
yang lebih ringan atau lebih berat. Setiap ujian sesuai dengan kemampuan
masing-masing individu. Daripada terjebak pada penilaian orang lain, lebih baik
mulai memusatkan perhatian pada diri sendiri. Karena tidak ada yang bisa
menolong kita, selain diri sendiri dan Allag SWT.
Belajarlah untuk
menghargai setiap langkah kecil yang kita ambil menuju perbaikan diri. Untuk
selalu sabar dan tenang dalam segala keadaan. Untuk selalu berbuat baik dan
menebar manfaat kepada sesama. Ketahuilah bahwa perjuangan kita adalah bagian
dari perjalanan hidup yang akan menguatkan diri kita sendiri. Kita kuat bukan
karena orang lain.
Di mana pun, semua orang
sedang berjuang. Berjuang untuk melawan masalahnya masing-masing, berjuang
untuk keluar dari ujiannya masing-masing. Yang penting diingat, kita tidak
sendiri dalam perjuangan dan perjalanan apapun. Selalu ada yang melindungi dan
menolong kita.
Teruslah perbaiki niat,
baguskan ikhtiar. Percayalah bahwa Allah SWT memberikan ujian untuk membuat
kita semakin kuat. Hingga mampu mengantarkan kita pada cita-cita dan Impian yang
mulia yang memang kita dambakan. Teruslah perbaiki diri hingga mencapai kata “pantas”.
Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar