Suatu kali, ada yang bertanya. Buat apa baca buku? Toh, masa depan tiap orang tidak ada yang tahu. Rajin baca buku kan belum tentu sukses. Rajin baca buku juga tidak menjanjikan kaya. Jadi, buat apa baca buku?
Mungkin pertanyaan itu
sama dengan buat apa masak di rumah? Kan sekarang juga sudah banyak tempat
makan atau resto. Daripada masak juga belum tentu enak, ya mendingan beli saja.
Jadi buat apa masak?
Sama buat apa kuliah,
kalau ujung-ujungnya menikah. Sekolah tinggi-tinggi tidak bekerja, akhirnya
malah mengurus anak atau bebenah di rumah. Jadi, buat apa sekolah bila akhirnya
ke dapur juga. Bila pertanyaan semacam itu “ditaruh” di kepala siapapun, maka
selesaikan semuanya. Sama dengan pertanyaan, buat apa hidup kalau akhirnya mati
juga? Ada yang bisa bantu jawab?
Buat apa baca buku? Sama
dengan pertanyaan buat apa kuliah atau sekolah? Baca buku bukan buat pintar,
bukan pula biar sukses atau kaya. Baca buku itu untuk bersiap-siap, biar tahu
caranya biar terlatih cara berpikirnya.
Kita tidak pernah tahu
masa depan itu seperti apa? Tapi kita bersiap diri untuk menghadapi masa depan
yang seperti apa. Kita paham ujungnya menikah. Tapi kita harus bersiap untuk
menikah dengan siapa dan bagaimana? Bisa jadi ujungnya ke dapur lagi. Tapi kita
tahu caranya memasak, tahu caranya berbenah di rumah. Tahu cara mendidik anak,
tahu caranya bekerja. Nah, semua itu bisa dilatih dan dicari caranya lewat
membaca buku.
Membaca buku itu biar
realistis. Tahu diri dan bisa antisipasi segala kemungkinan. Bila sukses harus
gimana? Bila pintar harus gimana? Dan bila kaya pun harus gimana? Untuk apa
kaya kalau tidak pernah bantu orang lain. Buat apa pula sukses bila tidak bisa
dipakai untuk membantu orang lain.
Taman bacaan itu
tempatnya membaca buku. Tempat belajar formal itu di kampus atau di sekolah.
Memasak ya tempatnya di dapur. Lah, kalau tidak baca buku bisa saja bacanya di
jalanan yang bising. Belajar di warung kopi. Atau masak di ruang tamu.
Jadi buat apa baca buku?
Baca buku memang tidak menjamin kita sukses, tidak menjamin kita kaya. Tapi
membaca buku itu menjadikan kita sebagai pribadi yang siap, bisa lebih
antisipasi terhadap masa depan. Berpikir lebih objektif, lebih realistis
menghadapi masalah, mau cari solusi atau menemukan hal-hal baru. Lah kalau
tidak baca buku, darimana sikap realistisnya. Kapan cari solusi dari suatu
masalah? Tiap hari mengeluh, tiap hari pesimis, bahkan tiap hari cuma ngurusin
hidup orang lian. Sudah pasti, itu kurang atau tidak pernah membaca buku.
Baca buku itu bukan cuma
biar bertambah pengetahuan. Tapi mampu menyederhanakan masalah agar bisa cari
solusinya. Bukan malah meratapi masalah tanpa dicari jalan keluarnya. Baca buku
itu biar sehat, biar terbiasa mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat.
Nongkrong di kafe-kafe rajin, ngobrol seharian bisa. Kenapa tidak mau untuk
membaca buku? Coba tanya diri sendiri dan cari jawabannya. Lebih manfaat yang
mana?
Baca buku itu bikin kita
berbeda, berkiprah di taman bacaan itu punya kepuasan batin yang beda. Buku
yang dibaca itu yang bikin kita beda pola pikirnya, beda cara kerjanya, beda
menangani masalah, beda dalam menyikapi hidup. Beda sikap dan beda dalam melihat
persoalan karena baca buku. Makanya, jangan tanya buat apa baca buku? Bila
melihat orang berbuat salah dan jelek masih diam saja. Ya, mendingan baca buku.
Baca buku itu bukan buat
sukses atau kaya. Tapi untuk bersiap-siap, sebagai bekal yang baik dalam
menjalani hidup. Berbuat baik tidak mau, menebar manfaat tidak punya waktu.
Baca buku masih tidak mau juga? Terus mau ngapain … Salam literasi
#BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar