Minggu, 04 Agustus 2024

Catatan Literasi dari Pinggir Jalan

Dalam hidup ini, terkadang sulit dibantah bahwa kita sering kali terjebak dalam kesilapan menilai orang lain. Gemar memvonis dan menuding salahnya orang lain. Namun, ingatlah bahwa setiap kali kita melihat kesalahan orang lain, sepatutnya kita berhenti sejenak dan merenung ke dalam diri sendiri.

 

Bukan tidak mungkin, dalam diri kita, tersembunyi kesalahan yang lebih banyak dan lebih besar daripada yang kita lihat pada orang lain. Karena biasanya, siapapun yang pandai menilai orang lain seringkali gagal menilai dirinya sendiri. Jari telunjuknya ke depan tanpa pernah menunjuk dirinya. Maka perjalanan kehidupan pun terhenti di persimpangan.

 

Kehidupan ini adalah sebuah perjalanan yang penuh dengan pelajaran dan hikmah. Perjalanan sebuah pikiran untuk menjauhi prasangka. Perjalanan melepas tudingan kepada orang lain.  Karena "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa" (Al-Hujurat: 12). Sungguh, betapa pentingnya untuk tidak cepat menilai dan berprasangka buruk terhadap orang lain.

 

Renungkanlah, siapapun pasti pernah berbuat salah. Tiada ada manusia yang sempurna. Betapa seringnya kita tersalah langkah, tergelincir dalam dosa dan kesilapan.

 

 

Namun, Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang."Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang" (An-Nur: 22). Maka, jadikan setiap salah dan khilaf sebagai peluang untuk memperbaiki diri.

 


Bila sadar tiap manusia tidak sempurna. Maka setiap kali melihat kekurangan orang lain, jadikan itu sebagai cermin untuk melihat kelemahan sendiri. Setiap tudingan atas salah orang lain, sebaiknya tuding diri sendiri terlebih dulu. Setiap kritikan yang dilontarkan kepada orang lain, sepatutnya kita tanyakan kepada diri sendiri, adakah kita benar-benar sempurna?

 

Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang bijak adalah orang yang mengoreksi dirinya sendiri dan beramal untuk kehidupan setelah mati" (HR. Tirmidzi). Sesungguhnya, kehidupan ini adalah ujian yang menuntut kita untuk selalu muhasabah diri. Selalu mau introspeksi dan memperbaiki diri. Jangan biarkan prasangka dan penilaian kita terhadap orang lain menutupi hakikat bahwa kita juga manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan.

 

Maka esok, tetaplah melangkah. Ciptakan perjalanan yang indah, untuk memulai perjalanan dunia baru. Tinggalkan semua pikiran tentang dunia yang pernah dikenal sebelumnya. Biarkan jiwa membawa kita ke tempat yang mulia. Karena perjalanan selalu dimulai dari pikiran yang meluncur ke hati. Untuk tidak lagi berprasangka buruk kepada orang lain. 

 

Berdirilah dengan tegak, teruslah berjalan dalam gelap malam. Hingga cahaya esok pagi yang terang menyemai dalam sanubari. Untuk selalu memperbaiki diri, menjadi lebih baik setiap hari, dan menjauhi prasangka buruk. Dan jangan pernah merasa diri lebih baik daripada orang lain.

 

Catatan literasi dari pinggir jalan. Bahwa perjalanan sebuah pikiran selalu ada di otak manusia itu sendiri dan tidak akan pernah sama. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar