Kata banyak orang, taman bacaan Masyarakat kurang mendapat perhatian. Memang benar, buktinya banyak orang pula bertanya, apa sih taman bacaan? Sampai-sampai, banyak kebijkan pemerintah yang “menyutruh” bantu taman bacaan. Tapi realiasasinya “nol besar” alias kebijakan sebatas PHP. Taman bacaan memang masih terpinggirkan. Maka di taman bacaan, jangan terlalu banyak berharap apalagi pada kebijakan. Tapi taman bacaan, cukup dikelola dengan baik dan diurus. Jangan sampai nama taman bacaan ada tapi tidak diurus.
Seperti
yang terjadi di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor, Pada bulan Mei
dan Juni 2024 ini, bisa dibilang bulan terpadat aktivitas CSR di TBM Lentera
Pustaka. Mulai CSR dari DPLK Riders, Jakarta Islamic Boarding School (JIBS),
Bank Sinarmas (CSR dan Qurban), AAI Perancis, Al Izhar, Perpusnas RI, Telkom
Indonesia, dan donasi kaos H. Kusnadi plus bakti sosial BEM Faperta IPB,
launching buku mahasiswa Unindra. Semuanya dilakukan di TBM Lentera Pustaka.
Ada yang tahu-nya dari google, ada yang karena pertemanan, ada pula yang relasi,
dan ada yang dengan sengaja memang memilih TBM Lentera Pustaka.
Adapun
donasi yang diberikan ke TBM Lentera Pustaka selama 2 bulan tersebut,
alhamdulillah. Donasi berupa uang mencapai Rp. 11 juta dan jumlah donasi buku
mencapai 438 buku bacaan dan qurban 1 sapi + 1 kambing serta 134 donasi kaos
TBM yang diberikan secara gratis untuk anak-anak pembaca aktif.
Pertanyaannya
sederhana, kenapa orang-orang baik dan lembaga baikitu mau menyasar dan
berkunjung ke TBM Lentera Pustaka? Jawabnya pun sederhana, karena 1)
anak-anaknya TBM Lentera Pustaka banyak lagi aktif, 2) dukungan para ibu yang
mengantar jumlahnya luar biasa, dan 3) selalu ada publikasi di online news
setelah event dilakukan, tidak hanya sebatas medsos. Para tamu yang ber-CSR
senang karena antusiasme pengguna layanan di TBM Lentera Pustaka sangat tinggi.
Berkegiatan di TBM Lentera Pustaka jadi semarak, menyenangkan, dan jadi momen
berkesan yang sulit dilupakan para tamu yang datang berbakti di taman bacaan. Gairah
tamu yang datang ke TBM itu sangat penting, jadi itulah yang harus diperkuat di
taman bacaan. Dan siapapun yang ber-CSR di taman bacaan, maka
dia telah peduli terhadap gerakan membaca buku bagi anak-anak Indonesia di
tengah gempuran era digital.
TBM
Lentera Pustaka sadar betul. Taman bacaan tidak bisa berdiri sendiri tanpa
kolaborasi dan sinergi bersama, termasuk perhatian orang-orang baik dan
perusahaan swasta, termasuk peran besar dari wali baca dan relawan yang megabdi
di TBM, termasuk kaum ibu yang mengantar anak-anaknya. Maka semua pihak harus
terlibat aktif “menghidupkan” taman bacaan itu sendiri. Agar taman bacaan,
benar-benar mampu menjadi tempat berbuat baik dan menebar manfaat bagi semua
orang. Sehingga kemudahan dan keberkahan pun bertaburan di taman bacaan.
Dan
tidak kalah penting, bahwa taman bacaan pada akhirnya harus diurus bukan bukan “di-manage
di atas kertas atau di dalam otak”. Karena apa yang ada di otak pastinya tidak
sama dengan apa yang terjadi di lapangan. Maka cara sederhana mengelola pada akhirnya
terletak pada “praktik baik”, pada aksi nyata dalam menghidupkan taman bacaan,
Agak sulit bila membesarkan taman baxaan dari ruang diskusi dan narasi ilmiah. Metode
banyak, ilmu melimpah tapi praktik di lapangan hanya butuh “cara mengurus TBM
yang baik”.
Alhamdulillah
setelah 7 tahun berjalan, kini TBM Lentera Pustaka sudah jadi "ladang
amal" banyak pihak, banyak orang. Sudah jadi ekosistem literasi yang
berdaya sehingga mendapat dukungan dari berbagai pihak secara alamiah. Maka
selanjutnya, apay ag sudah berjalan di TBM Lentera Pustaka tinggal dirawat dan
tetap diurus seperti yang sudah dilakukan. Lalu esok, tinggal diambah
kreativitas dan inovasi aktivitas yang ada di TBM Lentera Pustaka. Agar lebih
berkualitas, lebih semarak lagi. Sehingga para tamu yang datang ber-CSR lebih
senang dan terkesan.
TBM
Lentera Pustaka kian menegaskan fokusnya terhadap praktik baik di gerakan
literasi dan taman bacaan. Saat ini TBM Lentera Pustaka menjalankan 15 program
literasi seperti TABA (Taman Bacaan) dengan 100 anak usia sekolah, GEBERBURA
(GErakan BERantas BUta aksaRA) dengan 9 warga belajar, KEPRA (Kelas PRAsekolah)
dengan 40 anak usia prasekolah, YABI (YAtim BInaan) dengan 14 anak yatim yang
disantuni dan 4 diantaranya dibeasiswai, JOMBI (JOMpo BInaan) dengan 12 jompo
usia lanjut, TBM Ramah Difabel dengan 2 anak difabel, Koperasi SImpan Pinjam
dengan 28 kaum ibu agar terhindar dari jeratan rentenir dan utang berbunga
tinggi, DonBuk (Donasi Buku), RABU (RAjin menaBUng), Literasi Digital, Literasi
Finansial, Kopi Lentera kafenya lirerasi, dan MOBAKE (MOtor BAca KEliling).
Tidak kurang 200 orang setiap minggunya menjadi pengguna layanan TBM Lentera
Pustaka yang didukung oleh 12 wali baca dan relawan, di samping koleksinya
mencapai lebih dari 10.000 buku. Terima kasih buat orang-orang baik dan perusahaan
swasta seperti Bank Sinarmas dan Chubb Life yang telah mendukung aktivitas TBM
Lentera Pustaka.
Jadi
kata kuncinya, taman bacaan memang harus diurus dan punya "strong
point'" yang bisa dilihat atau dicermati orang-orang dan lembaga di luar
sana. Tanpa diurus, taman bacaan sulit untuk berkembang. Teruslah berliterasi
di mana pun. Salam literasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan #BacaBukanMaen
Tidak ada komentar:
Posting Komentar