Momong cucu sudah jadi budaya di Indonesia. Identik dilakukan seoarang kakek atau nenek kepada cucunya. Sebagai wujud kasih sayang dan cintanya kepada sang cucu. Momong cucu bolehlah disebut mengasuh, merawat, menjaga, dan bermain seorang kakek atau nenek dengan cucunya. Momong cucu, sebuah perbuatan sederhana tapi punya makna yang luar biasa.
Seperti di pekan ini saat liburan panjang
(24/5/2024), saya pun tidak sungkan momong cucu pertama saya, Aleena Thalia Saqeenarava
(9 bulan) di TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Mulai dari menggendong,
mengajak ngomong atau menunjukkan benda-benda yang bisa mengungdang perhatian
dan reaksi motoriknya. Sambil berbisik di telinganya, semoga Aleena tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang solehah, cerdas, dan bermanfaat untuk orang
banyak. Momong cucu, sangat perlu dilakukan untuk melatih emosi seorang kakek-nenek.
Sekaligus menanggalkan sejenak kesibukan pekerjaan atau yang lainnya.
Tapi sayang, mungkin hari ini, masih
banyak kakek atau nenek yang belum terbiasa momong cucu. Tidak tahu cara menggendong
cucu atau bingung apa yang mau dilakukan saat momong cucu. Mau nyanyi, suaranya
jelek. Mau dongeng tidak bisa. Mau melantunkan ayat Al Quran tidak hafal.
Bahkan tidak sediki kakek atau nenek yang bingung bila cucunya menangis. Tidak
tahu cara “mendiamkannya”. Akhirnya, tidak terbiasa dan tidak bisa momong cucu.
Merasa serba salah saat momong cucu.
Mungkin
banyak orang dewasa, kakek atau nenek belum tahu. Bahwa momong cucu snagat berpengaruh terhadap
kesehata fisik dan emosi kakek dan nenek. Hasil penelitian berjudul “The experiences of grandparents
raising grandchildren in Indonesia”. Working With Older People
(2019): Vol 23: Issue 11 (https://doi.org/10.1108/WWOP-10-2018-0019) menyebut kaum lansia, kakek
atau nenek merasa bahagia saat mengasuh cucunya sehingga bergampak positif bagi
kesehatan fisik dan emosinya. Sekalipun terkadang merasa lelah, ternyata momong
cucu bisa membangkitkan adrenalin positif sang kakek atau nenek. Membangun
energi cinta dan kasih sayang yang lebih tulus. Momong cucu mampu menghindari seorang
kakek atau nenek dari keluhan yang bersifat negatif. Ada pancaran ketulusan
saat menggendong, bermain dan tertawa dengan cucunya, mengusap atau memijat sang
cucu. Ada “quality time” yang tidak ternilai saat momong cucu. Kesehatan dan
emosi menjadi stabil dan pikiran pun lebih positif.
Lebih lanjut lagi, siapapun yang momong cucu akan menyebabkan sang kakek atau nenek tetap aktif dan mencegah penurunan fungsi kognitif. Momong cucu mampu memunculkan rasa puas dalam diri kakek nenek, di samping menghilangkan stress atau depresi akibta beban pekerjaan. Momong cucu pun jadi momen tidak ternilai untuk menjaga kehangatan keluarga dan memperkuat relasi positif antar anggota keluarga. Saking positifnya dampak momong cucu, maka tidak sedikit kakek atau nenek yang tetap terlibat mengasuh cucu hingga cucunya sekolah, dengan mengantar ke sekolah, mengajarkan membaca, bermain hingga tidur bersama cucunya. Semua aktivitas terkait cucu, pasti positif dan baik untuk tumbuh kembang sang cucu dan kakek-neneknya.
Jadi sudah saatnya, kakek atau nenek
di mana pun untuk membiasakan momong cucu. Untuk menjaga kesehata fisik dan mental
yang lebih positif. Agar terhindar dari penyakit atau pikiran yang buruk sehingga
mengganggu kesehatan di hari tuanya. Karena saat momong cucu, seoarang kakek
atau nenek pasti memiliki telinga yang benar-benar mendengarkan, lengan yang
selalu memegang, cinta yang tidak pernah berakhir, dan hati yang selalu lapang.
Itulah ketulusan seorang kakek atau nenek di hari tuanya, menjadi lebih tulus
akibat terbiasa momong cucu.
Dan saat momong cucu, cukup kerjakan
saja saat ada momen dan waktunya tiba. Tidak usah merasa menjadi kakek atau nenek
yang ingin membentuk cucunya jadi begini atau begitu. Karena momong cucu adalah
perbuatan untuk mengubah diri kakek atau nenek itu sendiri. Agar lebih baik di
sisa usianya. Salam literasi #MomongCucu#TBMLenteraPustaka #KopiLentera
Tidak ada komentar:
Posting Komentar