Terkadang, membaca buku tidak harus untuk menambah pengetahuan. Tapi buku bisa menjadi alat untuk memperbaiki diri. Sadar atas kesalahan, paham atas kekeliruan yang pernah terjadi. Membaca buku tidak harus mendapat wawasan baru. Tapi justru untuk merenungkan pentingnya introspeksi diri. Dan membaca buku pun tidak hanya menemukan sesuatu yang baru. Tapi lebih dari itu, kita jadi mengerti kekhilafan yang dimiliki diri sendiri tanpa perlu menuding orang lain.
Buku selalu berpesan. Jangan pernah merasa dijatuhkan tanpa
tahu artinya bangkit. Jangan menganggap diri paling tahu tanpa paham
ketidaksempurnaan. Jangan pula gampang menghakimi orang lain tanpa tahu
keburukan diri sendiri. Buku yang jadi sebab introspeksi diri. Bacaan yang
mengajak mengerti kekurangan diri.
Muhasabah buku.
Buku menyuruh kita untuk bercermin. Bukan untuk tampil baik
dan dipuji. Tapi untuk untuk melihat kesalahan dan kekurangan diri. Agar mau memperbaiki
diri. Tanpa menuntut kesempurnaan orang lain. Hingga lupa kita hanya
ciptaan-Nya.
Buku mengajak kita muntuk menunduk. Bukan untuk pura-pura
patuh dan meras apaling baik. Tapi untuk menghancurkan keegoisan yang merusak
diri. Untuk merasakan sakitnya terlalu bangga pada diri. Agar segera diobati
dan kian menjauh dari keangkuhan diri sebagai makhluk Ilahi.
Muhasabah buku. Bahwa dunia ini sementara, bahwa dunia ini
pasang-surut. Kemarin kita senang, hari ini sedih. Kemarin merasa bahagia, hari
ini terselip luka. Kemarin dipuji, hari ini dicaci. Kemarin dikatakan baik,
hari ini disebut buruk. Bahkan hari ini bisa jadi disanjung-sanjung tapi esok dipandang
sebelah mata. Tidak apa-apa, segalanya pasti bisa terjadi di dunia. Tapi semua
yang terjadi, sama sekali tidak ada yang kebetulan. Tapi karena kita tidak
memahami kesengajaan Allah.
Hari ini kita didekati, esok dijauhi. Hari ini kita dicintai,
esok dibenci. Hari ini kita dicari, esok kebiri. Sekali lagi, tidak apa-apa. Itulah
cara Allah membuat kita makin mengerti, Makin sadar akan kekurangan diri. Maka
hisablah diri sendiri, jangan menghisab orang lain. Tidak usah berjuang untuk
sempurna. Tapi kerjakan yang baik dan bermanfaat sehari-hari. Biarkan komentar,
ejekan, dan gosipan orang lain. Jadikan semuanya pelajaran untuk introspeksi
diri. Muhassabah buku.
Seperti anak-anak Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka
di kaki Gunung Salak Bogor. Membaca buku tidak harus jadi pintar tapi untuk
mengisi waktu senggang. Membaca buku bukan untuk dibilang jadi kutu buku. Tapi
untuk membangun pergaulan yang positif. Buku-buku yang mengajarkan untuk
hati-hati memilih majelis duduk. Buku yang mengingatkan untuk hati-hati dalam
berucap dan bersikap. Agar tetap sibuk dalam kebaikan.
Muhasabah buku. Hanya mengingatkan betapa pentingnya
memperbaiki lingkungan dan pergaulan kita. Untuk duduk bersama orang-orang yang
membahas ilmu dan adab. Bukan duduk bersama orang-orang yang hanya membicarakan
orang lain. Apalagi hanya banyak omong tapi aksinya kosong. Salam literasi
#BacaBukanMaen #TamanBacaan #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar