Sore itu mendung masih menyelimuti, puncak gunung pun tertutup kabut. Terlihat anak difabel tetap tekun membaca buku. Suara paraunya terdengar membaca kata demi kata sebuah buku. Di Taman Bacaan Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.
Namanya Tasya, anak
difabel yang tinggal sekitar 3km dari taman bacaan. Sudah empat tahun ini selalu
rajin membaca di taman bacaan. Buku demi buku dibacanya. Secercah harapan tersungging
dari balik bibirnya. Sejak menjadi anak taman bacaan, seperti ada surga yang bisa
ditapakinya. Ibunya yang selalu mengantar ke taman bacaan pun berkata, “Tasya
sekarang berbeda jauh dari sebelumnya. Dia begitu optimis dan selalu semangat
bila waktunya ke taman bacaan” katanya.
Tasya sudah tidak
melanjutkan sekolah akibat keterbatasannya, termasuk tidak tahan lagi dengan perilaku
bully teman-temanya. Tasya tadinya hanya seorang anak yang pemurung dan terkadang
emosional karena keadaannya. Dia lebih memilih mengurung diri. Tapi setelah
bergabung di TBM Lentera Pustaka, kini Tasya tercatat sebagai anak yang paling
rajin datang dan membaca buku. Selalu menunggu jadwal untuk ke taman bacaan. Tasya
yang selalu fanatik datang ke taman bacaan, di samping menjadikan taman bacaan
sebagai jalan hidup dan sarana aktualisasi diri di tengah keterbatasan yang
dialaminya.
Saat diantar
ibunya ke TBM Lentera Pustaka untuk bergabung 4 tahun lalu, saya pun hanya berkata,
”Baiklah Nak, silakan datang ke TBM Lentera Pustaka. Jadikan sarana aktualisasi
diri, di samping tetap membaca buku. Agar hidup jadi lebih semangat dan bergairah”
ujar saya selaku pendiri TBM Lentera Pustaka kala itu.
Apa yang
dialami Tasya, hanyalah potret dari salah satu anak pembaca aktif yang ada di
taman bacaan, Tentu masih banyak lagi anak-anak kampung lainnya yang merasakan
secara langsung manfaat taman bacaan. Bukan hanya menyediakan akses bacaan agar
bisa membaca buku. Tapi lebih dari itu, untuk memotivasi dan menyemangati
anak-anak yang berasal dari keluarga prasejahtera. Bahwa mereka punya
kesempatan yang sama untuk membaca buku dan menatap masa depan dengan penuh
optimis, persis seperti anak-anak Indonesia lainnya.
Setelah
berjalan 7 tahun ini, TBM Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor terus berkembang.
Makin membuktikan peran nyata dan kontribusi sosial dalam meningkatkan
kegemaran membaca anak-anak, di samping menjadi sentra pemberdayaan masyarakat.
Ada 14 program literasi yang dijalankan, mulai dari TAman BAcaan (TABA), GErakan
BERantas BUta aksaRA (GEBERBURA), KElas PRAsekolah (KEPRA), YAtim BInaan
(YABI), JOMpo BInaan (JOMBI), RAjin menaBUng (RABU), LITerasi DIGital (LITDIG),
LITerasi FINansial (LITFIN), Koperasi Simpan Pinjam, hingga MOtor BAca KEliling
(MOBAKE). Tidak kurang dari 200 orang setiap minggunya menjadi pengguna layanan
TBM Lentera Pustaka, yang didukung 6 wali baca dan 12 relawan. Setelah melewati
berbagai tantangan dan hambatan yang luar biasa, kini TBM Lentera Pustaka makin
menegaskan komitmennya untuk berkiprah nyata untuk gerakan literasi dan pemberdayaan
taman bacaan di tengah masyarakat.
Dari cerita
Tasya dan anak-anak pembaca aktif yang ada sekarang, TBM Lentera Pustaka pun telah
mengubah cara pikir dan jalan hidup seorang Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera
Pustaka yang mengubah garasi mobil rumahnya menjadi taman bacaan, Dari hanya 14
anak jadi ratusan anak yang terinfeksi “virus membaca”. Dari tidak punya
relawan jadi ada 12 relawan. Dari tidak ada ibu-ibu yang mengantar anaknya kini
jadi tempat berkumpul ibu-ibu yang literat. Tentu, berkat dukungan dari perusahaan
swasta yang selalu ber-CSR di TBM Lentera Pustaka setiap tahunnya, seperti Bank
Sinarmas dan Chubb Life.
Taman bacaan
memang hanya jalan sunyi pengabdian. Taman bacaan memang masih jadi aktivitas
sosial yang dipandang sebelah mata. Tapi berkat komitmen, konsistensi, dan
kolaborasi pada akhirnya taman bacaan mampu menjadi sentra pemberdayaan masyarakat
yang komprehensif, kawah candradimuka untuk membangkitkan kesadaran akan
pentingnya membaca buku, ilmu, akhlak, dan adab untuk anak-anak Indonesia ke
depan.
Sepengggal
kisah anak difabel seperti Tasya dan pengalaman kiprah nyata dan pengabdian di
taman bacaan, Syarifudin Yunus selaku Pendiri TBM Lentera Pustaka sebagai mahasiswa
Program Studi Doktor (S3) Manajemen Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas
Pakuan memuncakinya dengan penelitian disertasi berjudul “Peningkatan
Tata Kelola Taman Bacaan Melalui Pengembangan TBM Edutainment Berbasis Model
CIPP Pada Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di Kabupaten Bogor” dnegan promotor Prof.
Dr.rer.pol. Ir. Didik Notosudjono, M.Sc., IPU dan ko-promotor Dr. Martinus
Tukiran, M.T.
Melalui
komitmen dan konsistensi berkiprah diu taman bacaan plus ditambah sikap sabar
lagi ikhlas dalam mengelola taman bacaan, apapun kendalanya, disertasi tata kekola
taman bacaan secara khusus dipersembahkan Syarifudin Yunus untuk dunia taman
bacaan. Sebuah kemenangan hakiki yang ilmiah sebentar lagi diraih taman bacaan masyarakat.
Salam literasi #DisertasiTamanBacaan #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar