Ternyata, tingkat kegemaran membaca (TGM) masyarakat Indonesia pada tahun 2022 berada di level 63,9 poin pada 2022. Skor tersebut meningkat 7,4% dibandingkan setahun sebelumnya. Itu berarti, makin banyak orang Indonesia yang gemar membaca. Begitulah data survei yang dilakukan Perpusnas (2023) tentang tingkat kegemaran membaca di Indonesia terhadap 11.158 reponden yng tersebar di 102 kabupaten/kota. Survei ini didasari pada dari frekuensi membaca per minggu hingga durasi akses internet untuk bahan bacaan. Tentu, ini kabar menggembirakan ya.
Bila dicermasti secara seksama, mungkin
skor tingkat kegemaran membaca itu tergolong tinggi, 63,5%. Itu berarti, 6 dari
10 orang di Indonesia gemar membaca. Tapi sebagai pembanding, bisa juga dilihat
realitasnya di lapanganya. Apakah benar di dekat kita, setiap 6 dari 10 orang
yang ada gemar membaca. Mungkin bisa dicek di kafe-kafe, di angkutan umum atau
di mana pun. Karena gemar membaca kan ukurannya adalah sedang membaca buku,
bukan ngobrol atau yang lainnya. Seberapa sering kita melihat orang yang sedang
membaca buku dalam keseharian?
Intinya membaca buku di era digital
memang patut ditumbuhkan. Salah satunya melalui aktivitas di taman bacaan. Karena
itu taman bacaan di mana pun harus terus berkerasi dan berjuang. Demi tegaknya
tradisi baca dan budaya literasi masyarakat. Apapun alasannya, taman bacaan
harus eksis dan bertahan. Syratanya sederhana, yaitu memastikan 1) ada anak-anak yang membaca, 2) ada
buku-buku yang dibaca, dan 3) ada komitmen dari pengelola taman bacaan itu
sendiri. Agar kegemaran membaca di masyarakat tetap hidup sebagai bagian ekosistem
sosial. Bila kafe-kafe dan tempat ngopi ada di mana-mana, seharusnya taman
bacaan pun ada di mana-mana. Agar akses membaca buku jadi lebih mudah.
Sebagai
realisasi komitmen meningkatkan kegemaran membaca itulah, Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor ikut berkiprah
secara sosial. Untuk selalu menyediakan tempat membaca dan akses bacaan untuk
anak-anak usia sekolah Kecamatan Tamansari Kab. Bogor. Saat ini tidak kurang dari
100 anak yang akti membaca seminggu 3 kali di taman bacaan. Ada juga 40-an anak
kelas prasekolah yang belajar calistung dan bermain di taman bacaan seminggu 2
kali. Ada kegiatan berantas buta aksara. Dan yang tidak kalah penting aktivitas
motor baca keliling (mobake) yang mengantarkan buku ke kampung-kampung, agar
anak-anak bisa membaca buku. Dengan dukungan 6 wali baca dan 12 relawan, TBM
Lentera Pustaka berjibaku untuk tetap menegakkan kegemaran membaca di masyarakat.
Dengan menyediakan akses bacaan semudah-mudahnya secara rutin. Taman bacaan dan
buku bukan hanya sebagai ladang amal tapi menjadi jalan hidup. Untuk selalu
berbuat baik dan menebar manfaat kepada sesama anak bangsa.
Maka
untuk menjaga dan meningkatkan kegemaran membaca Masyarakat, taman bacaan harus
terus ikhtiar dan berjuang. Ada atau tidak ada yang peduli. Taman bacaan harus memastikan
anak-anak yang membaca terpelihara, koleksi buku-buku bacaan selalu tersedia,
dan komitmen pengelola TBM harus terus terjaga. Tanpa ketiagnya, sangat
berpotensi taman bacaan bacaan akan punah alias “mati suri”. Karena sejatinya, taman
bacaan yang bertahan di era digital memang harus di-ikhtiarkan bukan hanya
didiamkan. Seperti rezeki pun harus dicari bukan ditunggu. Maka proses dan
aktivitas taman bacaan menjadi kata kuncinya. Harus ada kegiatan yang dibikin
di taman bacaan, apa pun bentuknya. Taman bacaan tidak boleh berdiam diri
apalagi pasrah. Karena memang, membangun kegemaran membaca di kalangan
anak-anak dan masyarakat itu tidak mudah seperti membalik telapak tangan.
Dan
yang penting, kegemaran membaca masyarakt tidak bisa lagi dilihat dari minat
membacanya. Tapi harus dari ketersediaan akses bacaan untuk masyarakat.
Seberapa banyak tempat-tempat untuk membaca yang tersedia? Gerakan literasi dan
taman bacaan pasti efektif bila tempat membaca buku tersedia di mana-mana. Salam
literasi #TamanBacaan #BacaBukanMaen #TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar