Gibran dan Renungan
Kuliah Jurnalistik, Ada Berita Apa Hari Ini?
Ada berita apa hari ini? Pertanyaan itulah yang
menjadi pemantik diskusi dengan mahasiswa di ruang kelas kemarin (6/12/2023). Ini soal jurnalistik, soal penyajian beriata
sehari-hari kepada publik dalam segala bentuk dan momentum. Segala sesuatu yang
menyangkut kewartawaan. Apa dan kenapa seseorang atau masalah layak diberitakan?
Maka nama Gibran Rakabuming Raka, sang cawapres dianggap
layak menjadi berita. Anak muda yang juga anak presiden maju menjadi cawapres
setelah mendapat “karpet merah” dari Mahkamah Konstitusi. Belum lagi “keseleo”
bicara soal asal folat dan asam sulfat saat kampanye di dua tempat yang berbeda.
Hingga mendapat komentar pedas dari masyarakat atau netizen.
Terlepas dari soal elektoral atau urusan pilpres, dalam
kuliah jurnalistik, sosok Gibran memang sangat layak menjadi berita. Mampu menjawab
pertanyaan mendasar “ada berita apa hari ini?”. Untuk memudahkan wartawan dalam
menyajikan fakta sekaligus menafsirkan fakta yang ada adanya. Setidaknya, Gibran,
telah memenuhi syarat penting menjadi sumber berita karena 1) memiliki hubungan langsung
dengan topik pemberitaan, 2) memiliki otoritas terhadap masalah yang
diberitakan, dan c) memiliki kompetensi dalam memberi informasi yang terkait
dengan berita.
Di tengah hiruk pikuk
kampanye pilpres seperti sekarang, pembelajaran jurnalistik menjadi lebih
dinamis. Karena berhadapan langsung dengan realitas yang terjadi di lapangan,
di samping lebih mudah memilih “berita” yang memiliki nilai berita bagus. Secara
jurnalistik, memberitakan Gibran bersifat aktual,
informatif, dan penting. Sosok yang memenuhi syarat nilai berita untuk disajikan
ke publik.
Berbekal persfektif
sumber dan nilai berita itulah, mahasiswa
semester 7 Pendidikann Bahasa dan sastra Indonesia FBS Universitas Indrapratsa
PGRI (Unindra) menuangkan hasil liputan jurnalisme data menjadi berita ke dalam
buku “Republik Anak Muda” terbitan LovRinz Publishing. Sebuah buku yang menyajikan
persepsi dan pilihan politik kaum muda di era pilpres 2024. Setelah meliput dan
mewawancarai, lalu para mahasiswa menuliskannya menjadi berita hingga
diterbitkan ke dalam bentuk buku. Sebagai bagian kuliah “Jurnalistik” yang
dibimbing dosen pengampu Syarifudin Yunus yang sekaligus penulis buku
Jurnalistik Terapan.
Buku dengan 192 halaman ini, menjadi bukti mahasiswa harus memahami cara kerja jurnalistik, di samping menjadikan jurnalistik sebagai proses penting dalam membangun keterampilan menulis. Pilpres yang tidak hanya menjadi komoditas politik dan pencitraan semata. Tapi lebih dari itu, pilpres yang mampu memacu akal sehat dan hati nurani publik dalam memilih calon pemimpinnya. Mau bagaiman dan mau dibawa kemana negara ini?
Buku “Republik
Anak Muda” hanya cara sederhana anak muda mengekspresikan fakta di Masyarakat.
Tapi sangat penting untuk memberi pesan “jangan asal memilih di pilpres”.
Karena sejatinya, kekuasaan adalah pertarungan
terburuk antara apa yang dipilih dan apa yang dialami. Jangan sampai pemimpin
terpilih, justru menyakitkan bukan menyembuhkan.
Jadi bertanyalah selalu, ada berita apa hari ini? Salam
Jurnalistik! #RepublikAnakMuda #KuliahKurnalistik #MahasiswaUnindra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar