Saat membuka lembaran demi lembaran, ternyata buku “Waktumu Dihabiskan Untuk Apa???” bukan hanya enak dibaca. Tapi seperti “menampar” saya tentang pentingnya menghargai waktu dan memanfaatkannya untuk hal-hal yang bermanfaat. Saking pentingnya waktu, pantas banyak orang jurusan dunia yang menyebut “waktu adalah uang”. Begitu berharganya waktu hingga berkata bahwa waktu adalah uang, hal ini menunjukkan bahwa waktu itu benar-benar berharga. Apalagi di dalam Islam, maka hal itu lebih berharga lagi dan sangat berharga.
Ngobrolin
buku “Waktumu Dihabiskan Untuk Apa???” kian menegaskan bahwa waktu yang telah
berlalu memang tidak bisa diputar ulang atau dipanggil kembali. Waktu pun tidak
bisa dijilat atau dicelupin seperti kopi. Waktu hanya bisa dijalani dan
digunakan untuk apa? Waktu yang digunakan untuk yang bermanfaat atau waktu yang
terbuang percuma. Terbukti benar, siapapun yang menyia-nyiakan waktu maka nanti
waktulah yang akan menyia-nyiakan dirinya.
Modal
terbesar yang dimiliki seseorang dalam hidup, adalah waktu. Waktu memang
dimiliki semuar orang. Tapi tidak semua orang bisa mengatur waktu dan memanfaatkan
waktu. Maka jangan menunggu waktu yang tepat untuk melakukan hal-hal
yang baik. Waktu yang menentukan seberapa banyak kebaikan ditabut, seberapa
sering manfaat ditebarkan? Waktu yang terus berjalan, semakin mengajarkan bahwa
masa lalu hanya bisa diambil hikmahnya. Dan waktu pula yang menyuruh untuk bersiap
dan memanfaatkan waktu yang lebih baik untuk masa depan. Jadi, jangan buang-buang
waktu!
Sangat
benar, Nabi Muhammad SAW mengingatkan bahwa “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh
manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang” (HR. Bukhari).
Ketika manusia lalai dari badan yang sehat dan waktu yang luang hingga tertipu oleh
dunia. Sibuk dan habis waktunya untuk urusan dunia hingga lupa bersyukur kepada
Allah SWT. Lalai atas nikmat yang diberikan-Nya. Hingga lupa untuk patuh kepada
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka waktu laksana pedang. Jika gagal
menggunakannnya justru akan menebas kita. Waktu yang berlalu tanpa manfaat,
saat disibukkan untuk hal yang sia-sia.
Saya pun
tersadar. Buku “Waktumu Dihabiskan Untuk Apa??” justru semakin mengokohkan kiprah
saya di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak. Taman
bacaan sebagai ikhtiar untuk memanfaatkan waktu. Untuk selalu berbagi kebaikan
dan menebar manfaat kepada sesama. Membimbing anak-anak yang membaca, mengajar
kaum buta aksara, menjadi driver motor baca keliling, hingga mengurus buku-buku
taman bacaan. Tentang cara mengatur dan mengoptimalkan waktu yang dimiliki
untuk hal-hal yang bermanfaat. Karena waktu pula, taman bacaan bisa jadi ladang
amal, bukan hanya sekadar tempat membaca.
Dari
buku “Waktumu Dihabiskan Untuk Apa???” saya belajar banget. Bahwa masa depan
bukan ditentukan oleh pendidikan atau pekerjaan, bukan pula oleh pangkat dan
jabatan. Tidak pernah ada masa depan yang berasal dari statuss soial atau
bahkan media sosial. Tapi masa depan sangat bergantung pada cara kita memanfaatkan
waktu. Waktu yang dihabiskan untuk menabuk kebaikan dan menebar manfaat. Kapan
pun di di mana pun.
Hingga
saya pun membatin. Bahwa tidak ada yang pernah saya sesali selain keadaan
ketika matahari tenggelam ajal berkurang, namun amal saya tidak bertambah. Waktu
saya waktu kamu, untuk apa? Salam literasi #PegiatLiterasi #TamanBacaan
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar