Sabtu, 15 Juli 2023

Musuh Literasi Itu Orang yang Saat Ngomong Kayak yang Paling Benar

Entah, memang sudah zamannya kali ya. Sekarang ini banyak orang yang kalau sudah ngomong alias bicara, sepertinya paling benar. Coba deh cek di media sosial atau di grup-grup WA. Apalagi kalau ngomongin musuh atau orang yang paling dibencinya, busyet sudah seperti “manusia surga” tapi hidupnya di bumi. Jadi, mohon maaf saja bila membaca tulisan ini. Khusus untuk orang-orang yang merasa paling benar dalam sikap, pikiran, dan tindakan. Orang-orang yang kalau sudah ngomong, kayak yang paling benar?

 

Memang, agak menjengkelkan. Zaman sudah berubah, sudah serba digital tapi saat ngomong persis seperti “manusia setengah dewa”. Apapun yang diperbuat orang lain selalu salah, apalagi musuhnya. Hanya dia sendiri yang benar. Walau hanya cuma di mulut. Bahkan ditambah “drama mimik” sedikit dan lokasi ngomongnya di teman-teman sejawat, yah sudah pasti didukung penuh. Padahal, itu semua cuma ekpresi orang yang “bermentalitas korban”. Seolah-olah apa yang terjadi pada dirinya akibat perbuatan orang lain. Hellow, elo siapa?

 

Kalau sudah ngomong kayak yang paling benar. Manusia model begitu berbahaya banget. Merasa tidak pernah berbuat salah. Senangnya ngomongin orang lain lalu memberi nasihat ke orang lain. Kesannya seperti orang pintar, padahal ucapannya tidak selalu benar dan sulit dibuktikan. Hanya omong kosong belaka. Kok bisa ya, ada manusia seperti begitu?

 

Lagi-lagi memang sudah zamannya. Sekarang ini banyak orang sangat pandai ngomong orang lain. Jago menghakimi orang lain. Tapi sayang, justru mereka itu terlalu bodoh untuk menilai dirinya sendiri. Kerjanya sibuk mengurus kehidupan orang lain. Ngomong sana-sini yang nggak jelas, lalu intimidasi orang lain dengan gonta-ganti nomor hp. Ngakunya beragama tapi nggak punya akhlak. Sudah lupa mana yang baik dan buruk. Bahkan sudah lupa urusan hidup dirinya sendiri, apalagi sama Tuhannya.

 

Jadi, untuk kamu yang bila sudah ngomong kayak yang paling benar. Sejatinya, justru kamu sedang berada dalam masalah yang besar. Ada masalah psikologis, bahkan krisis moral. Mungkin akibat terlalu jauh dari Tuhan dan jarang ngaji atau membaca Al Quran. Lupa ya, semua orang pasti punya kesalahan. Terus bila orang lain salah, apa kita berhak untuk menghakiminya? Sekolah di mana sih? Atau bergaulnya sama siapa?

 


Ajarannya, hidup itu sederhana. Orang yang luar biasa itu cenderung lebih sederhana dalam ucapannya. Tapi hebat dalam tindakannya. Selalu konsisten berbuat baik (bukan konsisten ngomong buruk) dan selalu berani menebar manfaat ke banyak orang, apapun alasannya. Namun sebaliknya, orang yang jago ngomong biasanya justru tindakannya patut dipertanyakan. Itulah yang disebut “kebodohan permanen”. Saat bicara kayak orang yang paling benar. Sementara tindakan nyatanya apa sih?

 

Hati-hati saja, bila berteman dengan orang yang kalau sudah ngomong kayak orang paling benar. Lebih baik jauhi dan hindari. Sambil introspeksi diri saja. Toh, siapa yang menabur pasti akan menuainya. Jika kita berbuat baik maka kebaikan pula imbalannya, Sebaliknya bila keburukan yang diomongkannya, tinggal tunggu waktu saja untik mendulang keburukan yang diperbuatnya. Jadi rileks saja, toh orang kalau sudah ngomong kayak orang paling benar itu belum tentu orang baik. Jangan-jangan, mereka dikirim Tuhan ke bumi untuk “mengisi” neraka yang sudah dijanjikan-Nya.

 

Saya sih, lebih baik tidak banyak omong. Lebih baik banyak menulis. Sebagai cara sederhana untuk memperbaiki diri. Bila mau membacanya, silakan. Bila tidak mau membacanya pun tidak masalah. Karena buat saya, apa yang tertulis akan abadi. Sementara apa yang diomong pasti akan hilang.

 

Musuh literasi itu orang yang saat ngomong kayak yang paling benar. Makanya rumusnya simpel saja. Bahwa orang yang benar-benar baik itu pasti akan malu bila omongannya tidak lebih baik daripada perbuatannya sendiri. Jadi, hindari kalau ngomong kayak orang yang paling benar. Biasa-biasa aja, karena semuanya sudah pantas dan pas untuk kita. Salam literasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar