Entah, memang sudah zamannya kali ya. Sekarang ini banyak orang yang kalau sudah ngomong alias bicara, sepertinya paling benar. Coba deh cek di media sosial atau di grup-grup WA. Apalagi kalau ngomongin musuh atau orang yang paling dibencinya, busyet sudah seperti “manusia surga” tapi hidupnya di bumi. Jadi, mohon maaf saja bila membaca tulisan ini. Khusus untuk orang-orang yang merasa paling benar dalam sikap, pikiran, dan tindakan. Orang-orang yang kalau sudah ngomong, kayak yang paling benar?
Memang, agak menjengkelkan. Zaman
sudah berubah, sudah serba digital tapi saat ngomong persis seperti “manusia
setengah dewa”. Apapun yang diperbuat orang lain selalu salah, apalagi musuhnya.
Hanya dia sendiri yang benar. Walau hanya cuma di mulut. Bahkan ditambah “drama
mimik” sedikit dan lokasi ngomongnya di teman-teman sejawat, yah sudah pasti
didukung penuh. Padahal, itu semua cuma ekpresi orang yang “bermentalitas
korban”. Seolah-olah apa yang terjadi pada dirinya akibat perbuatan orang lain.
Hellow, elo siapa?
Kalau sudah ngomong kayak yang
paling benar. Manusia model begitu berbahaya banget. Merasa tidak pernah berbuat
salah. Senangnya ngomongin orang lain lalu memberi nasihat ke orang lain. Kesannya
seperti orang pintar, padahal ucapannya tidak selalu benar dan sulit
dibuktikan. Hanya omong kosong belaka. Kok bisa ya, ada manusia seperti begitu?
Lagi-lagi memang sudah zamannya. Sekarang
ini banyak orang sangat pandai ngomong orang lain. Jago menghakimi orang lain. Tapi
sayang, justru mereka itu terlalu bodoh untuk menilai dirinya sendiri. Kerjanya
sibuk mengurus kehidupan orang lain. Ngomong sana-sini yang nggak jelas, lalu intimidasi
orang lain dengan gonta-ganti nomor hp. Ngakunya beragama tapi nggak punya
akhlak. Sudah lupa mana yang baik dan buruk. Bahkan sudah lupa urusan hidup dirinya
sendiri, apalagi sama Tuhannya.
Jadi, untuk kamu yang bila sudah
ngomong kayak yang paling benar. Sejatinya, justru kamu sedang berada dalam
masalah yang besar. Ada masalah psikologis, bahkan krisis moral. Mungkin
akibat terlalu jauh dari Tuhan dan jarang ngaji atau membaca Al Quran. Lupa ya,
semua orang pasti punya kesalahan. Terus bila orang lain salah, apa kita berhak
untuk menghakiminya? Sekolah di mana sih? Atau bergaulnya sama siapa?
Ajarannya,
hidup itu sederhana. Orang yang luar biasa itu cenderung lebih sederhana dalam
ucapannya. Tapi hebat dalam tindakannya. Selalu konsisten berbuat baik (bukan
konsisten ngomong buruk) dan selalu berani menebar manfaat ke banyak orang,
apapun alasannya. Namun sebaliknya, orang yang jago ngomong biasanya justru tindakannya
patut dipertanyakan. Itulah yang disebut “kebodohan permanen”. Saat bicara
kayak orang yang paling benar. Sementara tindakan nyatanya apa sih?
Hati-hati saja, bila berteman dengan
orang yang kalau sudah ngomong kayak orang paling benar. Lebih baik jauhi dan
hindari. Sambil introspeksi diri saja. Toh, siapa yang menabur pasti akan menuainya.
Jika kita berbuat baik maka kebaikan pula imbalannya, Sebaliknya bila keburukan
yang diomongkannya, tinggal tunggu waktu saja untik mendulang keburukan yang diperbuatnya.
Jadi rileks saja, toh orang kalau sudah ngomong kayak orang paling benar itu
belum tentu orang baik. Jangan-jangan, mereka dikirim Tuhan ke bumi untuk “mengisi”
neraka yang sudah dijanjikan-Nya.
Saya sih, lebih baik tidak banyak
omong. Lebih baik banyak menulis. Sebagai cara sederhana untuk memperbaiki
diri. Bila mau membacanya, silakan. Bila tidak mau membacanya pun tidak
masalah. Karena buat saya, apa yang tertulis akan abadi. Sementara apa yang diomong
pasti akan hilang.
Musuh literasi itu orang yang saat ngomong kayak yang paling benar. Makanya rumusnya simpel saja. Bahwa orang
yang benar-benar baik itu pasti akan malu bila omongannya tidak lebih baik
daripada perbuatannya sendiri. Jadi, hindari kalau ngomong kayak orang
yang paling benar. Biasa-biasa aja, karena semuanya sudah pantas dan pas untuk
kita. Salam literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar