Mungkin, sudah saatnya dihnetikan narasi tentang orang Indonesia minat baca rendah atau malas membaca. Tapi yang harus disosialisasikan adalah ikhtiar menyediakan akses bacaan. Berjuang untuk mendistribusikan buku bacaan secara merata dan bersifat inklusif. Masalahnya bukan minat baca atau malas membaca. Tapi akses bacaan yang tidak tersedia di mana pun. Coba cek saja di lokasi masing-masing, di mana ada tempat membaca sebagai fasilitas umum? Apalah ada di setiap kecamatan? Atau di setiap kelurahan atau desa?
Maka untuk menjawab
soal ketersediaan akses bacaan, Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Lentera Pustaka
di kaki Gunung Salak Bogor telah menjalankan “Motor Pustaka” untuk mendekatkan
buku bacaan kepada anak-anak di Kecamatan Tamansari Kab. Bogor. Motor Pustaka ini
merupakan hibah dari Pustaka Bergerak Indonesia (PBI) yang didukung oleh Ditjen
Kebudayaan RI, Dana Indonesiana, dan LPDP. Sebagai bukti kolaborasi dalam
menggerakkan akses bacaan ke daerah yang selama ini tidak punya akses membaca. Motor
Pustaka mendatangi dua kampung seminggu, lalu mengajak anak-anak untuk membaca.
Bisa di pinggir jalan, di pos ronda, di tanah lapang atau halaman rumah penduduk.
Motor Pustaka atau lebih
dikenal motor baca keliling TBM Lentera Pustaka merupakan inisitaif kewargaan
yang sudah berjalan 2 tahun. Setiap minggu menjelajah kampung untuk sediakan
akses bacaan ke kampung-kampung. Spirit motor pustaka adalah menyebarkan gagasan pentingnya buku bacaan dan mendesaknya berbagi akses
buku kepada anak-anak usia sekolah. Motor Pustaka juga simbol bahwa buku bukan
hanya soal perilau membaca dan ilmu pengetahuan. Namun lebih dari itu, untuk
membangun semangat kerelawanan untuk terus bergerak sediakan akses bacaan.
Tanpa pamrih berjuang dan menyusuri jalan-jalan kampung hanya untuk siapkan
akses bacaan. Sekalipun di bawah terik matahari menyengat atau basah kuyup
akibat hujan melanda. Semangat kerelawanan yang tidak boleh hilang di gerakan
literasi dan taman bacaan.
“Publik harus menyadari, masalah
literasi bukan soal minat baca tapi akses bacaan. Maka melalui hibah motor pustaka
dari PBI, kami di TBM Lentera Pustaka akan terus bergerak menjelajah kampung
sedikan akses bacaan. Misi besarnya adalah untuk menekan angka putus sekolah”
ujar Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka sekaligus Driver Motor
Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor.
Maka persoalan literasi bukan terletak pada
“keengganan membaca”. Melainkan pada ketimpangan akses bacaan di masyarakat.
Tidak banyak atau tidak ada buku yang bisa dibaca masyarakat. Seperti dinyatakan
Kepada Perpusnas, bahwa rasio nasional ketersediaan buku di Indonesia saat ini kurang
dari 1 persen. Artinya, di Indonesia, rasio buku dengan total penduduk belum
mencapai satu buku per orang/tahun. Masih jauh dari ukuran ideal dalam standar UNESCO,
yaitu 1 orang harus membaca minimal 3 buku tiap tahunnya.
Bila akses bacaan tersedia, maka minat baca akan tumbuh
dengan sendirinya. Maka saatnya, perbanyak akses bacaan di berbagai daerah dan
pelosok Indonesia. Salam
bergerak! #PustakaBergerak #MotorPustaka #TBMLenteraPustaka #AksesBacaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar