Tahukah Anda, saat kapan kayu yang terbakar api tidak bersisa lagi?
Jawabnya, atas sebab onggokan debu
kayu itu lenyap tertiup angin atau musnah terbawa air. Bersih, tidak ada
sisanya sama sekali.
Begitu pula gambaran nasib, segala
amal ibadah kita bila ada hasad yang merajai hati. Ya, hasad akan selalu membakar
kebaikan yang kita perbuat. Seperti api yang memakan kayu bakar. Akhirnya,
hanya menjadi arang atau butiran debu. Tergantung seberapa kuat hasad itu
bertahta di singgasana hati? Apalagi di bulan puasa dan mau lebaran, bisa jadi sifat
hasad merasuk ke dalam hati dan perilaku. Akibat tidak senang melihat
keberhasilan orang lain. Hati-hati hai anak manusia.
Hasad itu sederhana. Selalu benci terhadap anugerah
Allah SWT yang diterima oleh orang lain. Hasad sama dengan iri atau dengki. Sifat yang menginginkan hilangnya nikmat dari orang yang
memilikinya. Melihat orang lain punya motor baru iri. Melihat orang lain
berhasil dan sukses malah benci. Melihat orang lain rumah atau mobilnya bagus
timbul rasa dengki. Lalu, kerjanya mencari-cari kesalahan orang lain itu. Gemar
mengintip laju orang lain yang berhasil dan menjadikan salahnya sebagai celaan.
Sekali lagi,
hati-hati. Di dalam Al-Qur'an dijelaskan, sifat hasad itu jadi awal mula
seseorang membangun karakter tidak terpuji yang menjadi awal mula perilaku
jahat. Jadi sebab timbul pikiran dan perasaan untuk mencelakakan orang lain.
Inginnya lebih unggul dari orang lain. Atau merasa bahwa yang berhak
memiliki segala sesuatu itu hanyalah dirinya sendiri. Nah hati-hati, ciri-ciri orang hasad
biasanya dirasuki kondisi:
1. Tidak senang melihat
orang lain berhasil atau sukses.
2. Senang dengan
kesalahan saudaranya atau orang lain.
3. Menganggap kealpaan
kawan sebagai celaan.
4. Menjadikan kawan sebagai
saingan.
5. Berpikir negatif dan berburuk
sangka.
Sejatinya, sifat hasad itu kejahatan
yang tersembunyi. Sangat membahayakan diri pemiliknya dan lingkungannya. Maka
ada doa, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh, dan dari kejahatan
orang yang dengki”(QS. 113: Ayat 1-5). Banyak orang lupa, hati yang dipenuhi
hasad menjadikan hidup tidak tenang. Terlalu sibuk memikirkan sukses orang lain
dan bagaimana cara melenyapkannya.
Hasad, jadi sebab hilang rasa syukur
atas semua karunia Allah SWT. Anehnya lagi, karena hasad sering menganggap
rezeki orang lain yang melesat diiringi kecurigaan asal usul rezeki tersebut.
Gampang suudzon (kata yang benar “suuzan”) atau berburuk sangka.
“Jauhilah prasangka
buruk, karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta." (HR.
Al-Bukhari). Bahkan “Jauhkanlah dirimu dari hasad. Karena sesungguhnya hasad itu
memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar” (HR Abu Dawud). Maka,
lebih baik perbanyak rasa syukur. Untuk mengikis hasad yang tidak pada
tempatnya. Agar hidup lebih layak dan lebih bisa didapatkan. Itulah syarat moral
untuk mencapai kenyamanan.
Ketahuilah, hati yang
benci tidak akan pernah damai. Pikiran yang dengki tidak pernah bersih, Mata
yang iri tidak akan pernah betul-betul terpejam. Karena hasad, iri, dan dengki
itu melelahkan bahkan merusak hidup pemiliknya. Hati-hati terhadap hasad,
apalagi mau lebaran. Jangan pernah lupa dengan berbagai nikmat Allah SWT yang
sebenarnya sudah diperoleh. Bila mau ditambah lagi esok. Jadilah literat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar