Memang tidak mudah membangun tradisi baca dan budaya literasi di tengah era digital. Bukan soal gampang, mengubah perilaku anak-anak untuk lebih dekat dengan buku bacaan di tengah gempuran gawai. Maka wajar, bila gerakan literasi seakan “berjalan di tempat”. Apalagi berkiprah di taman bacaan, tidak semudah membalik telapak tangan. Selalu ada tantangan, selalu berpotensi terpinggirkan. Eksistensinya pun kian terancam.
Siapapun yang berkiprah di taman bacaan.
Tidak cukup hanya bermodalkan siakap sabar. Tidak cukup pula hanya berbekal idealisme
literasi. Bahkan tekad, komitmen, dan konsistensi pun belum cukup. Harus punya
keberanian untuk “tutup kuping” atas prasangka dan ocehan orang lain. Di samping
bertindak kreatif dalam segala keadaan. Demi tegaknya tradisi baca dan budaya
literasi masyarakat. Artinya, harus ada cara beda di taman bacaan. Jangan
mengelola taman bacaan dengan cara biasa-biasa saja. Bila mau tetap bertahan.
Hanya ada 3 sebab taman bacaan sulit
untuk bertahan. Yaitu karena 1) buku ada. anak tidak ada, 2) anak ada, buku
tidak ada, dan 3) sikap sepenuh hati pengelolanya. Tanpa kepastian akan tiga
hal itu, taman bacaan dapat dipastikan sulit bertahan. Jangan mencapai
tujuannya, taman bacaan pun sulit bisa eksis bila ketiga hal tersebut
terganggu. Taman bacaan yang kepayahan, hingga tergopoh-gopoh untuk tetap hadir
di tengah masyarakat.
Maka siapapun, harus ada
cara beda mengelola taman bacaan. Seperti yang dilakukan Taman Bacaan Masyaraat
(TBM) Lentera Pustaka di kaki Gunung Salak Bogor. Hingga di tahun ke-6 ini, TBM
Lentera Pustaka tidak pernah merasa lelah untuk selalu berkreasi. Menggagas
program baru, berkolaborasi, dan ngobrol secara intensif bersama wali baca dan
relawan. Hanya untuk memastikan eksistensi dan kiprah taman bacaan. Untuk
selalu menjadikan taman bacaan sebagai tempat yang asyik dan menyenangkan. Maka
kini, tidak kurang 130 anak pembaca aktif ada di TBM Lentera Pustaka, dari
awalnya hanya 14 anak saja. Ada 14 program literasi yang dijalankan TBM Lentera
Pustaka, seperti taman bacaan, berantas buta aksara, ramah difabel, kelas
prasekolah, koperasi simpan pinjam, literasi digital, literasi finansial, hingga
motor baca keliling. Dengan dukungan 5 wali baca dan 12 relawan, kini TBM
Lentera Pustaka beroperasi 6 hari dalam seminggu dan melayani tidak kurang dari
200 pengguna layanan setiap minggunya.
Beberapa cara beda
yang dilakukan TBM Lentera Pustaka antara lain;
1.
Menerapkan
“TBM Edutainment” sebagai metode tata kelola taman bacaan yang berbasis edukasi
dan entertainment. Taman bacaan sebagai pusat edukasi dan huburan anak-anak
sehingga menjadikan membaca buku sebagai aktivitas yang asyik dan menyenangkan.
2.
Menerapkan
salam literasi, doa literasi, dan senam literasi tiap kali aktivitas membaca dilakukan
di taman bacaan yang dibimbing oleh wali baca dan relawan TBM Lentera Pustaka
yang hadir.
3.
Menggelar
event bulanan sebulan sekali dengan mendatangkan “tamu dari luar” sekaligus memberikan
“jajanan kampung gratis” untuk anak-anak yang rajin membaca dan orang tua yang
mengantar anak-anaknya ke taman bacaan.
4.
Berkolaborasi
CSR dengan korporasi untuk ikut mendukung aktivitas literasi dan biaya operasional
taman bacaan. Pada tahun 2023 ini, TBM Lentera Pustaka didukung CSR korporasi dari
1) Bank Sinarmas, 2) Asosiasi DPLK, dan 3) AAI Indonesia di Perancis.
5.
Kreativitas yang tidak boleh berhenti di
taman bacaan. Saat ini TBM Lentera Pustaka pun dilengkapi rooftop baca dan
kebun baca yang direvitalisasi oleh Bank Sinarmas, di samping selalu berkerasi
untuk berkolaborasi dengan BEM Faperta IPB, komunitas-komunitas, menjadi tempat
riset dan penelitian literasi mahasiswa, serta menjadi sentra diskusi pegiat
literasi.
Seperti di bulan puasa tahun
2023 ini, TBM Lentera Pustaka pun menggelar "Ngabubu-Read Ramadan
Ceria" dengan menggelar khataman Al Quran setiap Sabtu, di sampung menyediakan
takjil berbuka puasa. Anak-anak pembaca aktif lebih difokuskan untuk tadarusan
selama sebulan penuh hingga mampu khatam Al Quran seminggu sekali. Melalui
Ngabubu-Read, TBM lebtera Pustaka pun memberikan santunan kepada anak-anak
yatim binaan, jompo binaan, para janda, dan kaum ibu buta huruf. Di samping
memberikan "uang ketupat" kepada setiap anak pembaca aktif dan orang
tuanya. Sebagai saluran zakat mal dan sedekah pendiri TBM Lentera Pustaka
bersama teman-temannya yang peduli.
“Semua orang tahu, mengelola taman bacaan memang
tidak mudah. Maka kami di TBM Lentera Pustaka selalu menghadirkan cara beda untuk
menghidupkan taman
bacaan. Melalui event bulanan, salam literasi, doa literasi, senam literasi,
bahkan menjadi laboratorium literasi finansial dan digital perusahaan dan
komunitas. Melalui TBM Edutainment, kami menerapkan model tata kelola dan
pengembangan taman bacaan yang berbasis edukasi dan entertainmet” ujar
Syarifudin Yunus, Pendiri TBM Lentera Pustaka di Bogor (2/4/2023).
Kreativitas adalah
kata kunci tata kelola taman bacaan. Soal anak-anak yang membaca, koleksi buku
bacaan, biaya operasional, program literasi, wali baca dan relawan, biaya
operasional, kendala sosial, fasilitas taman bacaan, kolaborasi dengan siapa?,
komitmen dan konsistensi, dan apapun yang terjadi di taman bacaan. Di taman
bacaan, 90% persoalan dapat diselesaikan dengan kreativitas pengelolanya. Maka
taman bacaan terllau muda “mati suri” ketika kreativitas terbelenggu atau tidak
ada di taman bacaan.
Dan satu lagi,
siapapun yang mau berkiprah di taman bacaan. Harus punya siakp pantang menyerah
dan ikhlas dalam menekuninya. Karena taman bacaan adalah jalan sunyi pengabdian
dan kepedulian yang tertumpahkan tanpa henti sepanjang masa. Untuk mengubah
niat baik jadi aksi nyata. Di taman
bacaan, siapapun tidak butuh uang untuk
berada di dalamnya tapi hanya butuh hati untuk menjalankannya.
Toh, apapun kebaikan yang dikerjakan
di taman bacaan tidak akan pernah sia-sia di kemudian hari. Salam literasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi
#TBMLenteraPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar